6 secara konkret persekutuan umat yang berbeda status sosial, budaya, fungsi, tetapi
sama dalam martabatnya Lalu, 2007: 71. Katekese umat merupakan katekese yang berbicara tentang umat yang menjadi subyek dalam proses katekese dan
semua peserta katekese adalah sederajat. Artinya bahwa tidak ada yang diunggulkan ataupun yang direndahkan. Oleh karena itu, diharapkan dalam
katekese umat ini terjadi suatu komunikasi iman dari tiap umat yang pada akhirnya akan semakin memperteguh dan memperdalam iman serta
menjadikannya sebagai saksi Kristus. Inilah yang perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh agar proses katekese selalu mengarah pada perwujudan iman
umat dalam keterlibatan hidup menggereja. Selama tinggal di stasi Mansalong, kesan penulis bahwa pelaksanaan
katekese di stasi Mansalong kurang mendapat tempat. Pelaksanaan katekese dilaksanakan pada saat Bulan Kitab Suci Nasional saja. Tema yang diangkat tidak
sesuai dengan kondisi hidup umat setempat melainkan mengikuti tema yang disiapkan oleh Keuskupan. Sarana yang digunakan sangat terbatas. Tenaga
maupun pengetahuan akan katekese pun masih terbatas. Padahal kita tahu bahwa suksesnya pelaksanaan katekese umat tergantung pada beberapa aspek yang
disebutkan di atas. Berdasarkan latar belakang dan keprihatinan yang ada, penulis tertarik
untuk menyumbangkan sebuah pemikiran demi meningkatkan arah hidup menggereja umat agar lebih memasyarakat melalui penulisan skripsi ini dengan
judul “SUMBANGAN KATEKESE UMAT SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP
MENGGEREJA DI STASI MANSALONG PAROKI MARIA BUNDA
7
KARMEL MANSALONG KABUPATEN NUNUKAN” . Penulis ingin
memberikan sumbangan pemikiran bagi pelaksanaan katekese di stasi Mansalong. Penulis berharap pelaksanaan katekese dapat membawa perubahan sikap umat
yang diwujudkan melalui keterlibatan umat dalam hidup menggereja sesuai dengan visi dan misi Gereja.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka ada beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa sumbangan katekese umat untuk hidup menggereja umat?
2. Sejauh mana umat stasi Mansalong paroki Maria Bunda Karmel Mansalong
Kabupaten Nunukan terlibat dalam hidup menggereja? 3.
Bagaimana katekese model Shared Christian Praxis SCP digunakan sebagai jalan untuk meningkatkan keterlibatan umat stasi Mansalong paroki Maria
Bunda Karmel Mansalong Kabupaten Nunukan dalam hidup menggereja?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan permasalahan yang diungkapkan di atas, maka ada beberapa rumusan tujuan:
1. Menguraikan sumbangan katekese umat untuk hidup menggereja umat.
2. Mengungkapkan permasalahan yang dihadapi umat stasi Mansalong paroki
Maria Bunda Karmel Mansalong dalam hidup menggerejanya. 3.
Memberi sumbangan pemikiran melalui katekese umat model Shared Christian Praxis SCP untuk membantu meningkatkan keterlibatan umat
8 stasi Mansalong paroki Maria Bunda Karmel Mansalong Kabupaten Nunukan
dalam hidup menggereja.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Praktis
Skripsi ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a.
Secara akademis, skripsi ini memberikan kontribusi bagi pengetahuan dan pengembangan ilmu yang berkaitan dengan katekese umat yang nantinya
akan membawa dampak positif terhadap keterlibatan umat dalam hidup menggereja.
b. Skripsi ini sebagai masukan bagi paroki khususnya para katekis untuk
memacu mereka dalam usaha meningkatkan keterlibatan umat dalam hidup menggereja.
c. Paroki diharapkan mampu mempergunakan hasil-hasil pemikiran dalam
skripsi ini yaitu sebagai bahan untuk memperluas wawasan para katekis sehingga memiliki kemampuan lebih dalam berkatekese.
d. Sebagai calon katekis, penulis semakin diperkaya sehingga mampu
mendesain katekese umat yang sungguh kontekstual dan menarik.
2. Manfaat Teoritis
Skripsi ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a.
Berguna untuk penelitian lebih lanjut mengenai katekese umat guna meningkatkan keterlibatan umat dalam hidup menggereja
b. Sebagai sumbangan pustaka ilmiah, khususnya dalam bidang katekese umat.
9
E. Metode Penulisan
Dalam penulis ini, penulis menggunakan metode deskriptif analitis yang bertujuan untuk memaparkan cara hidup menggereja secara umum yang diangkat
melalui studi pustaka. Penulis juga akan mengungkapkan situasi umat stasi Mansalong paroki Maria Bunda Karmel Mansalong dalam keterlibatan hidup
menggereja. Guna mengetahuinya, penulis akan melaksanakan penelitian di stasi Mansalong paroki Maria Bunda Karmel Mansalong. Melalui data yang diperoleh
tersebut, penulis mencoba menganalisis dan merumuskan sumbangan pemikiran mengenai katekese umat yang dapat membantu umat guna meningkatkan
keterlibatan dalam hidup menggereja mereka.
F. Sistematika Penulisan
Pada bab I, penulis akan menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika
penulisan. Bab II membahas ketekese umat sebagai upaya meningkatkan keterlibatan
umat dalam hidup menggereja. Bab ini berisi sejarah katekese umat, arti katekese umat, tujuan katekese umat,
proses katekese umat, kekhasan katekese umat, pendamping katekese umat, Shared Christian Praxis SCP sebagai salah satu
model katekese umat, dan sumbangan katekese umat untuk hidup menggereja umat melalui pembangunan persaudaraan koinonia, mengembangkan pewartaan
Kabar Gembira kerygma, menghidupkan peribadatan yang menguduskan leiturgia, dan memajukan karya cinta kasihpelayanan diakonia. Kemudian,
rangkuman peran katekese umat dalam hidup menggereja.
10 Bab III memberikan gambaran keterlibatan umat stasi Mansalong dalam
hidup menggereja. Bab ini berisi gambaran situasi umum umat stasi Mansalong, penelitan mengenai cara hidup menggereja umat stasi Mansalong paroki Maria
Bunda Karmel Mansalong, penelitian mengenai keterlibatan hidup menggereja umat stasi Mansalong, laporan dan pembahasan hasil penelitian, pendalaman lebih
lanjut terhadap hasil penelitian menurut masing-masing variabel, dan kesimpulan hasil penelitian.
Bab IV membahas upaya meningkatkan keterlibatan hidup menggereja umat stasi Mansalong yang dibagi dalam tiga bagian. Bagian pertama mendalami
pentingnya keterlibatan dalam hidup menggereja. Bagian kedua menguraikan upaya meningkatkan keterlibatan hidup menggereja melalui katekese umat.
Bagian ketiga berisi usulan program katekese umat model SCP untuk meningkatkan hidup menggereja umat stasi Mansalong, yang di dalamnya
terdapat latar belakang program, tema dan tujuan program, matriks usulan katekese umat model SCP, dan contoh satuan pendampingan katekese umat model
SCP. Bab V berisikan penutup yang mencakup dua bagian. Bagian pertama
membahas kesimpulan untuk menjawab rumusan permasalahan, tujuan penulisan skripsi serta didukung oleh data hasil penelitian. Bagian kedua berisikan saran
yang ditujukan kepada pihak stasi Mansalong paroki Maria Bunda Karmel Mansalong.
11
BAB II KATEKESE UMAT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN
KETERLIBATAN UMAT DALAM HIDUP MENGGEREJA
Pada bab II ini, penulis akan menguraikan mengenai katekese umat sebagai upaya meningkatkan keterlibatan umat dalam hidup menggereja. Pokok
permasalahan yang akan diangkat dalam bab II ini adalah apa sumbangan katekese umat untuk hidup menggereja umat.
Bab II merupakan kajian pustaka. Penulis pada bab ini membagi menjadi tiga pokok bahasan, yakni pada pokok bahasan pertama menjelaskan tentang
katekese umat. Pokok bahasan kedua menjelaskan tentang fungsi katekese umat, dan ketiga rangkuman peran katekese umat dalam hidup menggereja.
Pokok bahasan pertama berisi penjelasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan katekese umat, yakni sejarah katekese umat, arti, tujuan, proses, kekhasan,
peserta, pendamping, dan Shared Christian Praxis SCP sebagai salah satu model katekese umat beserta pengertian dan langkah-langkahnya. Pokok bahasan kedua,
penulis akan menjelaskan sumbangan katekese umat mencakup empat tugas Gereja, yakni menghadirkan dan membangun persekutuan koinonia,
mengembangkan pewartaan Kabar Gembira kerygma, menghidupkan peribadatan yang menguduskan leiturgia, serta memajukan karya cinta kasih
atau pelayanan diakonia. Dan ketiga menguraikan rangkuman peran ketekese umat dalam hidup menggereja umat.
12
A. Katekese Umat
1. Sejarah Katekese Umat
Gagasan utama yang menyertai pemikiran tentang katekese yang dibicarakan pada rapat MAWI 1976 adalah “Kayakinan, bahwa iman kita pada
hakikatnya adalah jawaban manusia kepada tawaran serta tindakan penyelamatan Allah” Setyakarjana, 1997: 1. Pernyataan ini mengandung arti bahwa dalam
setiap keadaan hidup manusia selalu menerima tawaran penyelamatan dari Allah yang mengharapkan jawaban manusia. Keadaan hidup masyarakat, dalam setiap
masa terus berganti, baik di masa silam, kini, dan akan datang. Oleh karena itu, sudah menjadi tugas Gereja, umat beriman seluruhnya untuk terus-menerus
memupuk dan membina iman saudara-saudaranya agar betul-betul merupakan jawaban terhadap tawaran dan tindakan penyelamatan Allah yang selalu bermakna
dan memadai. Usaha pelayanan iman seperti itu dilaksanakan oleh Gereja melalui katekese sebagai karya pendidikan iman.
Majelis Agung Waligereja Indonesia mengajak seluruh Umat Allah di Indonesia bersama-sama memikirkan mengenai katekese yang dipahami sebagai
pendidikan iman Kristiani. Para bapak dan ibu, pemuda dan pemudi, para imam, para katekis, guru agama dan saudara-saudari Katolik semuanya, tidak ada yang
dikecualikan, semua diajak untuk bertukar pikiran mengenai pendidikan iman Kristiani. Maka, pada tahun 1977 diselenggarakan oleh Komisi Kateketik MAWI
pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia pertama PKKI I, guna mencari dan membahas arah katekese yang cocok sesuai dengan konteks hidup
Gereja di Indonesia. Pertemuan ini dihadiri oleh para utusan dari masing-masing keuskupan di Indonesia dan dilaksanakan di Sindanglaya. Lewat diskusi-diskusi