disebut sebagai out-groupnya, dimana individu-individu anggota kelompok tersebut dianggap sebagai lawan dari in-groupnya Boner dalam Helmi, 1990. Sikap ini
disebabkan karena dengan berbaur dengan etnis atau suku lain membuat mereka merasa tidak nyaman, ada perasaan dikucilkan atau didiskriminasikan oleh etnis atau
suku lain yang mayoritas. Hal ini secara tidak langsung memunculkan sikap etnosentrisme pada etnis Tionghoa.
Sebagian etnis Tionghoa merasa diri mereka merupakan kelompok yang eksklusif atau istimewa dibandingkan dengan etnis lain sehingga etnis Tionghoa
cenderung untuk tidak membaur dengan masyarakat setempat yang berbeda etnis dengan mereka. Salah satu contoh adanya perasaan eksklusif yang terlihat pada etnis
Tionghoa adalah keinginan etnis Tionghoa untuk mencari pasangan hidup yang sesama etnis.
Sikap etnosentris dapat dilihat pada etnis Tionghoa melalui fenomena- fenomena yang telah dipaparkan penulis sebelumnya dan penelitian yang telah
dilakukan oleh berbagai peneliti. Pada penelitian ini, peneliti tertarik untuk melakukan penelitan dengan lebih khusus melihat etnis Tionghoa yang heterogen, yang terdiri
atas etnis Tionghoa yang Totok asli dan etnis Tionghoa Peranakan. Peneliti ingin mengetahui perbedaan sikap etnosentris pada etnis Tionghoa Totok asli dan etnis
Tionghoa Peranakan.
B. Rumusan Masalah
Melihat fenomena yang telah diungkap diatas maka peneliti ingin membatasi permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini, yaitu apakah ada perbedaan
sikap etnosentris antara etnis Tionghoa Totok asli dan Peranakan.
4 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan batasan permasalahan tersebut maka penelitian ini memiliki tujuan untuk membandingkan sikap etnosentris pada etnis Tionghoa Totok asli dan
etnis Tionghoa Peranakan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Untuk menambah kasanah pengetahuan di bidang Psikologi sosial khususnya Psikologi budaya tentang sikap etnosentris dan dinamikanya dalam
kontak sosial antar budaya.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran pada masyarakat etnis Tionghoa untuk mengetahui seberapa besar sikap etnosentris yang dimiliki etnis
Tionghoa dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
masyarakat etnis Tionghoa yang ada di Indonesia dalam pengembangan dan peningkatan proses asimilasi dengan masyarakat Indonesia lainnya dalam
kehidupan sehari-hari.
5 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI
A. Sikap Etnosentris
1. Etnosentrisme
a. Pengertian
Tuhan menciptakan manusia sebagai mahkluk sosial. Kedudukan manusia sebagai mahkluk sosial mendorongnya untuk membentuk kelompok
sosial. Kelompok sosial ini dilandasi oleh kesamaan kepentingan dan tujuan. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok dengan sadar akan menjalin
hubungan timbal balik dengan sesama anggota untuk mempererat hubungan dalam kelompok. Sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, maka terdapat
pola-pola perilaku dan aturan permainan yang mengatur hubungan antar anggota dalam kelompok, misalnya nilai-nilai dan norma-norma sosial. Hal
ini merupakan faktor pengikat yang mempererat hubungan timbal balik tersebut Helmi, 1990.
Norma dan nilai yang terkandung dalam suatu kelompok memiliki fungsi untuk memberikan arah dan pedoman terhadap perilaku anggota
dalam kelompok. Oleh sebab itu, agar setiap anggota dapat diterima dengan baik dalam hubungan timbal balik tersebut, maka para anggota harus mampu
untuk mengidentifikasikan nilai dan norma kelompok. Proses identifikasi ini akan menimbulkan perasaan in-group dan orang yang berada di luar
kelompok disebut out-group Helmi,1990. In-group diartikan sebagai individu yang memiliki identifikasi yang
kuat untuk menyebut dirinya sebagai bagian suatu kelompok sosial tertentu, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sedangkan out-group merupakan individu yang bukan bagian dari suatu kelompok sosial tertentu. Perasaan in-group disertai dengan perasaan
persaudaraan yang memandang anggota kelompok sendiri sebagai “orang kita” atau “keluarga sendiri”. Sebaliknya, orang-orang diluar kelompok
dipandang sebagai “orang asing” atau “orang lain”. Perasaan yang ada pada kelompok in-group terhadap kelompok out-group cenderung lebih dingin,
bahkan kadang-kadang disertai dengan rasa permusuhan Ahmadi, 1991. Dalam suatu kelompok biasanya terdapat kecenderungan untuk
menganggap segala yang termasuk didalam kelompoknya sebagai yang utama, baik, riil, logis dan sebagainya. Sedangkan segala yang berbeda dan
tidak termasuk didalam kelompok sendiri dipandang kurang baik, tidak baik dan tidak susila. Dalam in-group dimana individu termasuk didalamnya,
terdapat kecenderungan untuk sering mengadakan identifikasi atau penyesuaian diri dengan kelompok. Adanya unsur mendukung, mengikuti
norma yang ada dalam kelompoknya disebut sebagai in-group. Dalam out- group, individu berada diluar suatu kelompok. Ia merasa bahwa ia tidak
tergolong didalamnya Ahmadi, 1991. Sikap in-group pada umumnya mempunyai faktor simpati dan
solidaritas yang tinggi, serta selalu mempunyai perasaan dekat dengan anggota kelompoknya. Sedangkan sikap terhadap out-group selalu ditandai
dengan suatu antagonisme atau antipati. Perasaan in-group atau in-group feeling yang kuat yang dimiliki individu dalam suatu kelompok dan
memandang nilai-nilai budaya maupun segala sesuatu yang ada dalam dirinya lebih baik dari individu ataupun kelompok lain disebut sebagai
etnosentrisme Haryono, 1994. Pernyataan ini juga diperjelas dengan
7 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI