Sikap Etnosentris pada Etnis Tionghoa Totok asli dan Peranakan

Rasa kedekatan secara emosional ini membuat etnis Tionghoa merasa bahwa bahasa Tionghoa dapat menjadikan mereka merasa bersaudara satu sama lainnya walaupun secara asal dan marga nama keluarga mereka berbeda. Dalam hal pergaulan sehari-hari, keinginan etnis Tionghoa totok asli untuk cenderung bergaul dengan orang-orang sesama etnis Tionghoa lebih besar. Hal ini dikarenakan dengan bergaul sesama etnis Tionghoa, mereka merasa memiliki kesamaan secara karakteristik dan berpikir. Etnis Tionghoa Totok asli sebagian besar bermata pencaharian sebagai pedagang. Kesamaan profesi diantara etnis Tionghoa Totok ini menjadikan etnis Tionghoa Totok asli sering berkumpul bersama untuk membahas bagaimana perkembangan usaha mereka. Seringnya etnis Tionghoa Totok asli ini berkumpul dengan sesamanya memberikan kesan bahwa mereka hanya bergaul dengan sesama etnisnya saja. Hal ini menjadikan etnis Tionghoa terkesan eksklusif, sehingga sikap etnosentris pada etnis Tionghoa Totok asli tampak lebih kuat. Pada etnis Tionghoa Peranakan yang memiliki orientasi yang kurang terhadap budaya Tionghoa menjadikan etnis Tionghoa peranakan memiliki sikap etnosentris yang cenderung lebih rendah dibandingkan etnis Tionghoa Totok asli. Etnis Tionghoa peranakan diasumsikan norma kultural dan jati diri etnis sebagai etnis Tionghoa mengalami kepudaran, sehingga hal-hal yang berkaitan dengan adat istiadat, budaya serta kelekatan emosi sebagai etnis Tionghoa menjadi berkurang. Hal ini dikarenakan pada etnis Tionghoa peranakan orientasi budaya tidak terfokus pada budaya Tionghoa tetapi telah mengalami asimilasi dengan budaya Indonesia. Etnis Tionghoa peranakan merasa diri mereka sebagai bagian dari bangsa Indonesia, sehingga hal-hal yang berbau budaya Tionghoa tidak menjadi keharusan bagi etnis Tionghoa peranakan untuk melestarikan atau menjalaninya. Ini menjadikan etnis 35 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tionghoa peranakan memiliki sikap etnosentris yang lebih rendah dari etnis Tionghoa totok asli. Pada aspek bahasa, etnis Tionghoa peranakan mengalami penurunan dalam pelestarian bahasa Tionghoa untuk berkomunikasi, cenderung menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah setempat. Hal ini dikarenakan etnis Tionghoa peranakan telah melakukan asimilasi dengan etnis-etnis lain yang ada di Indonesia. Dalam pergaulan sehari-hari, etnis Tionghoa peranakan cenderung berbaur dengan masyarakat setempat. Lingkungan sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap etnosentris. Proses sosialisasi banyak dihabiskan dengan teman sebaya dalam situasi bergaul, bekerjasama dan sekolah. Etnis Tionghoa peranakan cenderung bersekolah di sekolah yang terdiri dari berbagai macam budaya atau etnis. Hal ini membuat etnis Tionghoa peranakan mampu berbaur dengan etnis lain yang mana secara fisik, etnis Tionghoa peranakan tidak jauh berbeda dengan etnis Indonesia lainnya. Berkaitan dengan fenomena yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti tertarik untuk menjadikan generasi muda Tionghoa dalam hal ini diwakilkan oleh mahasiswa sebagai subjek penelitian. Hal ini disebabkan karena peneliti merasa bahwa generasi muda Tionghoa saat ini sudah mengalami penetrasi sosial dimana nilai, pikiran dan perilaku pada keadaan dahulu yang dialami etnis Tionghoa berbeda dengan keadaan yang ada saat ini. 36 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Tabel 2.2 Aspek-aspek Pembeda Aspek pembeda Etnis Tionghoa Totok Asli Etnis Tionghoa Peranakan Norma kultural Menjalankan norma-norma yang terdapat pada budaya etnis Tionghoa dengan taat. Norma-norma yang terdapat pada budaya etnis Tionghoa menjadi longgar dijalankan. Jatidiri etnis Identifikasi diri terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan budaya Tionghoa memiliki nama Tionghoa. Identifikasi terhadap segala hal yang berbau budaya Tionghoa mulai pudar tidak memiliki nama Tionghoa. Pergaulan sehari- hari Cenderung bergaul dengan sesama etnis Tionghoa. Sudah berbaur dengan masyarakat setempat. Bahasa Menggunakan bahasa Tionghoa Hokkien, Teo-Chiu, Mandarin, Khek secara aktif untuk berkomunikasi dengan sesama etnis Tionghoa menjadikan bahasa Tionghoa sebagai bahasa ibunya Tidak dapat menggunakan bahasa Tionghoa Hokkien, Teo-Chiu, Mandarin, Khek untuk berkomunikasi dengan sesama etnis Tionghoa. Cenderung menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah setempat Sikap Etnosentris Menggunakan bahasa Tionghoa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari, menjalankan norma kebudayaan Tionghoa dengan taat, cenderung bergaul dengan sesama etnis Tionghoa, mengidentifikasikan diri terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan budaya Tionghoa kelekatan emosi yang besar terhadap budaya Tionghoa. Tidak aktif menggunakan bahasa Tionghoa menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah setempat, norma pada budaya etnis Tionghoa menjadi longgar untuk dijalankan, lebih berbaur dalam pergaulan, serta identifikasi terhadap budaya Tionghoa mulai pudar kelekatan emosi yang lemah terhadap budaya Tionghoa. 37 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. Hipotesis

Berdasarkan penjelasan diatas maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah etnis Tionghoa Totok asli memiliki sikap etnosentris yang lebih tinggi dibandingkan etnis Tionghoa Peranakan. 38 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kausal komparatif. Desain kausal komparatif merupakan desain penelitian yang membandingkan dua atau lebih jenis sampel penelitian. Berdasarkan keterangan tersebut, penulis mencoba untuk mengetahui dan membandingkan sikap etnosentris pada etnis Tionghoa totok asli dan etnis Tionghoa peranakan

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini variabel-variabel penelitian yang digunakan, adalah: 1. Variabel tergantung Variabel tergantung adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas Sugiyono, 2002. Variabel inilah yang nantinya akan menjadi pusat persoalan penelitian. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sikap etnosentris. 2. Variabel bebas Variabel bebas atau terikat adalah variabel yang dipandang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel tergantung Sugiyono, 2002. Jadi variabel bebas ini adalah variabel yang mempengaruhi variabel tergantung. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Ketionghoaan. Ketionghoaan dikategorikan menjadi dua, yaitu Tionghoa totok asli dan Tionghoa peranakan. 38 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. Variabel kontrol Variabel kontrol merupakan variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan, sehingga tidak akan mempengaruhi variabel utama yang diteliti. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah pendidikan. Tingkat pendidikan pada penelitian ini diutamakan tingkat pendidikan formal yaitu laki-laki atau perempuan yang sedang menjalani pendidikan di Universitas mahasiswa.

C. Definisi Operasional

1. Variabel bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Ketionghoaan. Pada dasarnya Ketionghoaan terdiri atas dua kategori, yaitu Tionghoa Totok asli dan Tionghoa peranakan. Tionghoa totok asli adalah etnis Tionghoa yang berasal dari orang tua yang sama-sama etnis Tionghoa bapak dan ibu etnis Tionghoa, orang-orang Tionghoa yang masih berorientasi pada budaya Tionghoa, menggunakan bahasa Tionghoa dalam percakapan sehari-hari di dalam rumah dan bahasa campuran Indonesia di luar rumah, Tionghoa totok asli ini sebagian besar menjadi warga negara Indonesia melalui naturalisasi atau karena lahir di Indonesia. Sedangkan, Tionghoa peranakan adalah orang-orang yang lahir dari perkawinan campuran antara orang Tionghoa dan Indonesia, penggunaan bahasa Tionghoa mereka sudah tidak aktif lagi, mereka cenderung menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa daerah dimana mereka tinggal. Untuk mendapatkan keterangan mengenai diri subjek apakah subjek tergolong Tionghoa totok asli atau Tionghoa peranakan pada skala sikap etnosentris terdapat bagian identitas yang antara lain meminta subjek menyebutkan ketionghoaannya yang terdiri atas nama Tionghoa, orang tua ayah dan ibu yang berasal dari etnis Tionghoa totok asli atau etnis Tionghoa peranakan, asal, bahasa Tionghoa yang dikuasai. 2. Variabel tergantung Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sikap etnosentris. Sikap etnosentris adalah suatu sikap, perilaku dan pola pikir dari suatu kelompok sosial berdasarkan etnis tertentu, yang memiliki in-group feeling yang kuat, menganggap bahwa segala sesuatu yang termasuk dalam kebiasaan, nilai, keyakinan, pandangan, sikap, perilaku dan pemikiran kelompoknya sebagai segala sesuatu yang terbaik dibandingkan dengan yang dimiliki kelompok sosial lain. Aspek-aspek dari sikap etnosentris yang akan diukur meliputi : a Norma kultural Norma kultural diartikan sebagai wujud dari sikap dan perilaku yang ditanamkan kepada setiap individu sejak awal perkembangan individu yang diinternalisasikan melalui proses belajar dari keluarga maupun lingkungan kelompok etnis. b Jatidiri etnis Jatidiri etnis merupakan bagian konsep diri individu yang berasal dari pengetahuan tentang keanggotannya dalam suatu kelompok sosial, bersama dengan nilai dan signifikansi emosional yang dilekatkan pada keanggotaan itu. c Pergaulan Kesediaan menjadikan orang lain, baik itu etnis Tionghoa atau etnis lain sebagai rekan dalam pergaulan dengan tujuan dijadikan teman.