Uji Hipotesis Hasil Penelitian
bahwa mean empirik pada kedua kelompok ini lebih besar dari mean hipotetiknyanya sehingga menyebabkan kedua kelompok ini memiliki sikap
etnosentris yang tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan etnis Tionghoa yang merupakan kelompok minoritas di Indonesia. Etnis Tionghoa bersama-sama
berkumpul menjadi suatu kelompok yang satu dengan tetap berusaha untuk menjaga segala kebudayaan, sistem keyakinan, cara hidup dan pola perilaku,
cara berpikir serta simbol-simbol kebudayaan Siswanto, 2007. Keberadaan etnis Tionghoa yang heterogen, yaitu etnis Tionghoa
Totok asli dan etnis Tionghoa Peranakan dikalangan etnis Tionghoa di Indonesia membuat kedua kelompok ini memiliki perbedaan dalam bersikap
terutama mengenai etnosentrisme dikalangan etnis Tionghoa. Didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Helmi 1990 bahwa etnis
Tionghoa memiliki sikap etnosentris, dimana dari hasil penelitian tersebut generasi tua pada etnis Tionghoa memiliki sikap etnosentris yang lebih besar
dibandingkan generasi mudanya. Sikap etnosentris pada kelompok etnis lahir dan dipengaruhi dari
lingkungan yang terdekat dengan individu, yaitu keluarga selanjutnya berkembang pada lingkungan masyarakat dan pendidikan atau sekolah.
Keluarga merupakan tempat terbentuknya sikap etnosentris yang dibentuk melalui proses interaksi nilai-nilai yang ada dalam diri individu dan pengaruh
lingkungan melalui proses belajar Helmi, 1990. Hal ini didukung dengan teori belajar sosial atau social learning oleh Bandura 1977 bahwa proses
belajar terjadi dengan mengalami dan meniru apa yang ada disekitarnya. Dari keluarga, individu belajar mengenai norma kultural, jatidiri sebagai anggota
suatu kelompok etnis, bahasa ibu yang terdapat dalam kelompok etnis serta
59 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berinteraksi dengan anggota dalam kelompok etnis dan anggota diluar kelompok etnis pada lingkungan masyarakat dan pendidikan atau sekolah.
Berdasrkan hasil penelitian, etnis Tionghoa Totok memiliki sikap etnosentris yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan etnis Tionghoa Totok
berasal dari keluarga yang memiliki latar belakang budaya Tionghoa yang dominan. Dilingkungan keluarga orangtua, etnis Tionghoa Totok asli
mensosialisasikan dan menginternalisasikan adat kebiasaan budaya Tionghoa. Hal ini menjadikan norma kultural yang terdapat pada etnis Tionghoa sangat
besar terinternalisasi dalam individu etnis Tionghoa. Sikap mental etnis Tionghoa yang berlandaskan ajaran Kong Fu Tse yang menekankan pada
sikap hubungan keluarga, negara dan bangsa berdasarkan kesadaran akan kedudukan etnis Tionghoa yang lebih tinggi, lebih superior dan lebih maju
Hidayat, 1977. Ini merupakan suatu aspek yang mempengaruhi sikap etnosentris yang tinggi pada etnis Tionghoa Totok.
In-group feeling yang kuat pada etnis Tionghoa Totok membuat jatidiri
etnis sebagai etnis Tionghoa memiliki keterikatan emosional yang besar Berry, 1999. Dalam hal ini, lingkungan masyarakat memiliki peranan dalam
pengaruhnya terhadap sikap etnosentris. Eksklusivitas yang terdapat pada etnis Tionghoa Totok asli terlihat dalam kehidupan bermasyarakatnya. Ini
tercermin dengan adanya kampung “pecinan” dihampir seluruh kota yang ada di Indonesia. Pemakaian nama Tionghoa tetap dipertahankan oleh etnis
Tionghoa Totok asli hingga saat ini demi menjaga salah satu identitas ketionghoaannya.
Bahasa Tionghoa merupakan aspek yang menunjang terbentuknya sikap etnosentris. Pelestarian bahasa dalam kelompok etnis dipengaruhi oleh
60 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
keinginan anggota kelompok untuk melestarikan bahasa mereka dalam masyarakat dominan dengan menggunakan bahasa tersebut dan
mengajarkannya kepada keturunannya Berry, 1999. Kelestarian bahasa Tionghoa dikalangan etnis Tionghoa Totok menumbuhkan rasa persaudaraan
yang tinggi. Saat individu etnis Tionghoa Totok bertemu dengan individu etnis Tionghoa lain yang juga mampu berkomunikasi dengan bahasa Tionghoa
membuat individu merasakan bahwa mereka bersaudara satu sama lainnya, walaupun asal dan marga mereka berbeda. Hal ini membuat lingkup pergaulan
dikalangan etnis Tionghoa Totok terkesan eksklusif. Mereka merasa nyaman saat bertemu dengan sesama etnis Tionghoa. Didukung dengan bentuk fisik
yang sama antar individu etnis Tionghoa yang lain membuat etnis Tionghoa Totok bergaul dengan sesama individu etnis Tionghoa.
Lingkungan pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap etnosentris pada etnis Tionghoa Totok.
Institusi pendidikan merupakan suatu sarana dimana terdapat internalisasi budaya secara formal maupun informal. Secara formal individu diajarkan
budaya yang terdapat pada masyarakat yang dominan, sedangkan secara informal individu diajarkan cara bekerjasama dan bergaul dengan individu
yang lain Matsumoto, 2004. Etnis Tionghoa Totok cenderung bersekolah dilingkungan yang didominasi oleh etnis Tionghoa sehingga mereka memiliki
cara bergaul, bersikap dan berperilaku yang hampir sama sesuai dengan budaya etnis Tionghoa. Sebaliknya, etnis Tionghoa Peranakan dengan ciri-ciri
fisik yang hampir menyerupai masyarakat Indonesia asli membuat etnis Tionghoa bersekolah di sekolah yang didominasi oleh masyarakat Indonesia
asli sehingga mereka tidak hanya bergaul dengan etnis Tionghoa tetapi juga
61 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI