Gambar 5 menunjukkan adanya perbedaan berat kering pada setiap perlakuan. Penimbangan berat kering tanaman sawi dilakukan dengan
menimbang semua tanaman berdasarkan perlakuan. Berat kering tertinggi diperoleh pada perlakuan Air Limbah Tahu 20. Hal ini dibuktikan pada
perlakuan Air Limbah Tahu 20 diperoleh hasil berat kering yaitu 76 gram, sedangkan berat basah terendah diperoleh pada perlakuan EM4 yang
memperoleh hasil berat basah hanya mencapai 29 gram. Urutan berat basah dari yang tertinggi hingga terendah adalah Air Limbah Tahu 20,
Air Limbah Tahu 30, Kontrol, Air Limbah Tahu 10 dan EM4.
B. Pembahasan
Pada penelitian ini, dilakukan terhadap tanaman sawi caisim Brassica juncea L. dengan menggunakan perlakuan air limbah tahu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air limbah tahu terhadap pertumbuhan tanaman sawi caisim Brassica juncea L..
Dalam penelitian ini, terdapat 50 polybag tanaman sawi caisim Brassica juncea L.
, dimana setiap perlakuan terdapat 10 replikasi. Perlakuan yang dilakukan adalah kontrol, air limbah tahu 10, air limbah tahu 20, air
limbah tahu 30, dan EM4. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah, dan berat kering.
Tanaman sawi caisim Brassica juncea L. disemai pada tanggal 15 April 2015, kemudian dipindahkan ke dalam masing-masing polybag pada
tanggal 1 Mei 2015. Perlakuan dilakukan pertama kali pada tanggal 7 Mei 2015. Tanaman sawi caisim Brassica juncea L. dipanen pada umur 32
hari sejak tanaman sawi dipindahkan ke dalam polybag. Pemanenan dilakukan pada tanggal 2 Juni 2015.
Air limbah tahu yang digunakan untuk penyiraman sebelumnya dilakukan fermentasi terlebih dahulu. Fermentasi dilakukan dengan
menggunakan mol yang telah dibuat sebelumnya. Perbandingan yang gunakan yaitu 1:1, dimana setiap botol mineral terdapat 500 ml air limbah
tahu : 500 ml mol. Fermentasi ini dilakukan hanya dalam 1 hari bisa langsung digunakan untuk penyiraman.
Pengujian data dilakukan dengan Uji Anova. Uji Anova bertujuan untuk mengetahui apakah data berbeda secara statistik atau tidak. Syarat
untuk melakukan Uji nova adalah Uji Normalitas Test of Normality dan Uji Homogenitas Test of Homogeneity of variance. Jika dari hasil Uji
Anova menunjukkan bahwa data berbeda secara statistik maka dilanjutkan dengan Uji Duncan. Uji Duncan atau dikenal juga dengan Duncan Multile
Range Test DMRT merupakan uji lanjut dari statistik jika sampel data
dari Uji Anova menunjukkan data berbeda secara statistik.
1. Morfologi Tanaman A Tinggi Tanaman
Tinggi tanaman
merupakan salah
satu parameter
pertumbuhan tanaman. Tanaman setiap waktu terus tumbuh yang menunjukkan telah terjadi pembelahan dan pembesaran sel.
Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, fisiologi, dan genetik tanaman Fahrudin, 2009.
Gambar 2 menunjukkan bahwa tinggi tanaman tertinggi diperoleh perlakuan Air Limbah Tahu 20 yaitu 31,59 cm.
Sedangkan tinggi tanaman terendah diperoleh pada perlakuan kontrol yaitu 23,41 cm. Apabila ditinjau secara keseluruhan pada
perlakuan gambar 2, maka perlakuan Air Limbah Tahu 20 tinggi tanaman sawi caisim lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan
lain. Urutan tinggi tanaman dari yang tertinggi hingga terendah yaitu perlakuan Air Limbah Tahu 20, Air Limbah Tahu 30, Air
Limbah Tahu 10, EM4 dan Kontrol. Hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan antar perlakuan pada tinggi tanaman caisim.
Pada gambar 2 juga dapat dilihat adanya perbedaan antara perlakuan air limbah tahu dan EM4. Gambar pada perlakuan air
limbah tahu terjadi peningkatan pada setiap minggunya sedangkan pada perlakuan EM4 pertambahan tinggi tanaman tidak secepat
perlakuan air limbah tahu. Pemberian air limbah tahu lebih baik dibandingkan dengan pemberian EM4 pada tanaman sawi caisim
Brassica juncea L.. Hal ini terjadi karena kandungan nutrisi yang diserap tanah pada air limbah tahu lebih banyak daripada EM4.
Selain itu, dapat dikatakan bahwa kedua perlakuan ini memberikan hasil yang baik terhadap pertumbuhan tanaman sawi caisim
Brassica juncea L..
Perlakuan air limbah tahu yang diaplikasikan ke tanaman sawi caisim Brassica juncea L. memiliki pengaruh yang lebih
besar terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dibandingkan dengan EM4. Perbandingan tinggi tanaman setiap pengamatan pada
perlakuan air limbah tahu dengan kontrol, pertumbuhan tinggi tanaman perlakuan air limbah tahu terus meningkat setiap
pengamatan dari masing-masing replikasi dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Hal ini terjadi karena tanaman pada perlakuan
air limbah tahu menyerap kandungan unsur hara dalam tanah, sedangkan pada perlakuan kontrol tanaman tidak memperoleh
tambahan nutrisi karena tanah tidak mendapatkan tambahan unsur hara sehingga pemberian air limbah tahu berpengaruh terharap
pertumbuhan tinggi tanaman sawi caisim Brassica juncea L.. Tanaman pada perlakuan EM4 memberikan pengaruh yang
baik pada tanaman tetapi pada perlakuan EM4 tinggi tanaman tidak jauh beda dengan tinggi tanaman perlakuan kontrol. Hal ini
diakibatkan karena perlakuan EM4 kurang mendapatkan cahaya matahari jika dibandingkan dengan perlakuan air limbah tahu dan
perlakuan kontrol. Cahaya matahari terhalang oleh tanaman sawi perlakuan air limbah tahu dan kontrol karena tanaman dari
perlakuan tersebut lebih tinggi sehingga cahaya matahari tidak langsung mengenai tanaman sawi perlakuan EM4.
Pertumbuhan tanaman sawi caisim Brassica juncea L. pada dosis air limbah tahu yang berbeda-beda memberikan hasil
yang berbeda pula. Konsentrasi air limbah tahu yang paling optimal pada pertumbuhan tinggi tanaman sawi caisim Brassica
juncea L. adalah Air Limbah Tahu 20. Hal ini dibuktikan
dengan rata-rata tinggi tanaman yang didapatkan selama pengukuran lebih tinggi jika dibandingankan dengan Air Limbah
Tahu 10 dan Air Limbah Tahu 30. Hal ini terjadi karena pada konsentrasi Air Limbah Tahu 10 nutrisi yang terkandung
didalamnya sedikit sehingga nutrisi yang diserap oleh tanaman pun hanya sedikit. Sedangkan pada konsentrasi Air Limbah Tahu 30
nutrisi yang terkandung lebih banyak sehingga penyerapan yang dilakukan oleh akar untuk pengambilan nutrisi dari air limbah tahu
pun kurang maksimal. Pada konsentrasi Air Limbah Tahu 20, kandungan nutrisi optimal sehingga penyerapan yang dilakukan
oleh akar untuk pengambilan nutrisinya pun maksimal. Pada pengamatan ini juga dilakukan pengukuran pH tanah
dan kelembaban tanah setiap kali pengukuran pada tanaman sawi caisim Brassica juncea L.. Tanah yang cocok untuk ditanami
sawi adalah tanah yang gembur, banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat keasaman pH tanah
optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7 Haryanto, dkk, 2003. Pungukuran pH tanah yang diperoleh setiap
kali pengamatan antara lain pH berkisar 5-7. Hal ini terjadi karna tanah yang digunakan dalam penanaman telah tercampur dengan
air limbah tahu setiap kali penyiraman. pH dari air limbah tahu adalah 5 sehingga pH air limbah tahu bersifat asam yang
menyebabkan pH tanah juga bersifat asam. Sedangkan kelembaban udara yang sesuai untuk pertumbuhan sawi yang optimal berkisar
80-90. Pengukuran kelembaban tanah yang diperoleh setiap kali pengamatan antara lain berkisar 55 - 70. Hal ini terjadi
karena pada saat penanaman sawi caisim adalah musim kemarau, pada siang hari cahaya matahari sangat terik sehingga tanah
menjadi kurang lembab. Cara untuk mengatasinya adalah dilakukan penyiraman setiap hari. Akan tetapi kelembaban yang
diperoleh belum maksimal. Pertambahan tinggi tanaman pada semua perlakuan selain
dipengaruhi oleh pupuk juga dipengaruhi oleh faktor lain. Pertumbuhan tanaman pada dasarnya dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain hormon dan genetik
tanaman. Hormon yang mengatur kecepatan dan arah pertumbuhan tanaman, sedangkan genetik tanaman berperan dalam proses
sintesis protein. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dari luar yaitu nutrisi, cahaya, air, suhu dan kelembaban. Nutrisi
berperan sebagai sumber energi dan sintesis komponen sel. Cahaya
diperlukan tanaman terutama dalam proses fotosintesis tanaman, dimana dalam proses fotosintesis tanaman dihasilkan karbohidrat
untuk mensuplai sumber energi tanaman. Air berperan dalam proses fotosintesis dan aktivasi reaksi enzimatik. Suhu lingkungan
akan mempengaruhi reaksi enzimatik pada tanaman. Kelembaban diperlukan untuk aktivitas pemanjangan sel, semakin banyak air
yang di serap dan makin sedikit yang diuapkan akan menyebabkan pembentangan sel Putra, 2014.
Perhitungan yang digunakan adalah uji normalitas, uji homogenitas dan uji Anova. Pengujian ini menggunakan SPSS
16.0 dengan level confident 95 0,05. Uji normalitas dapat dilihat pada lampiran 1, dimana yang
dimaksudkan dengan uji normalitas adalah untuk memperlihatkan bahwa sampel diambil dari populasi yang berdistribusi normal.
Pengujian normalitas pada tinggi tanaman menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov. Pada perlakuan kontrol, data menunjukkan
p value sig = 0,946 0,05 sehingga H0 diterima bahwa data diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Pada perlakuan
Air Limbah Tahu 10, Air Limbah Tahu 20, dan Air Limbah Tahu 30, data menunjukkan p value sig = 0,75 0,05 , p value
sig = 0,993 0,05 dan p value sig = 0,972 0,05 sehingga H0 diterima bahwa data diambil dari populasi yang berdistribusi
normal. Sedangkan pada perlakuan EM4, data menunjukkan p
value sig = 0,955 0,05 sehingga H0 diterima bahwa data diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Dimana H0 adalah
data diambil dari populasi yang berdistribusi normal dan H1 adalah data yang diambil bukan dari populasi yang berdistribusi normal.
Uji homogenitas dapat dilihat pada lampiran 1, dimana uji homogenitas bertujuan untuk memperlihatkan data sampel berasal
dari populasi yang memiliki variasi yang sama. Dari uji homogenitas, menunjukkan bahwa p value sig = 0,013 0,05
maka H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variansi pada tiap kelompok data adalah tidak sama tidak homogen. Data tidak
homogen artimya pada setiap perlakuan tidak mempunyai keseragaman variansi data. Dimana H0 adalah variansi pada tiap
kelompok data adalah sama homogen dan H1 adalah variansi pada tiap kelompok data adalah tidak sama tidak homogen. Pada
uji homogenitas, dikatakan sama homogen apabila p value sig 0,05. Kemudian, untuk menguji adanya perbedaan antar perlakuan
dilakukan menggunakan Uji One Way Anova menggunakan SPSS versi 16.0 dengan level confident 95 0,05.
Berdasarkan tabel 3.2, bahwa perhitungan Uji One Way Anova diperoleh p value sig = 0,002 0,05 maka H0 ditolak dan
H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nyata tinggi tanaman pada antar perlakuan. Untuk mengetahui
perbedaan tinggi tanaman yang beda nyata antar tiap perlakuan
dapat dilihat pada Uji Duncan pada lampiran 4. Pada Uji Anova ini, data dikatakan signifikan apabila p value sig 0,05 sehingga
H0 ditolak dan H1 diterima. Hipotesis H0 adalah tidak terdapat perbedaan antara air limbah tahu dengan tinggi tanaman dan H1
adalah adanya perbedaan antara tinggi tanaman dengan air limbah tahu.
Berdasarkan hasil Uji Anova menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dari tinggi tanaman pada masing-masing perlakuan
maka dilanjutkan dengan Uji Duncan. Hasil Uji Duncan dapat dilihat pada lampiran 1, dimana hasil Uji Duncan didapatkan hasil
bahwa pada perlakuan Air Limbah Tahu 20 menunjukkan hasil beda nyata terhadap perlakuan Air Limbah Tahu 10, Air Limbah
Tahu 30, EM4 dan Kontrol. Hal ini berarti perlakuan yang baik terhadap tinggi tanaman adalah perlakuan Air Limbah Tahu 20.
B Jumlah Daun
Daun merupakan organ tanaman tempat mensistensis makanan untuk kebutuhan tanaman maupun sebagai cadangan
makanan. Daun memiliki klorofil yang berperan dalam melakukan fotosintesis. Semakin banyak jumlah daun, maka tempat untuk
melakukan proses fotosintesis lebih banyak dan hasilnya lebih banyak juga Fahrudin, 2009.
Pertambahan jumlah daun tanaman sawi Brassica juncea L
. dapat dilihat pada gambar 3 diatas. Gambar 3 menunjukkan bahwa adanya peningkatan jumlah daun serta penurunan jumlah
daun pada setiap perlakuan tanaman sawi caisim. Penurunan jumlah daun terjadi pada pengamatan tanggal 15 Mei 2015.
Penurunan jumlah daun ini terjadi pada semua perlakuan yaitu kontrol, Air Limbah Tahu 10, Air Limbah Tahu 20, Air
Limbah Tahu 30 dan EM4. Setelah pengamatan pada tanggal tersebut, jumlah daun mengalami peningkatan atau pertambahan
kembali. Pada pengamatan tanggal 15 Mei 2015, daun tua pada tanaman sawi caisim mengalami kekuningan dan layu, kemudian
gugur dari batang tanaman sawi caisim. Hal ini terjadi karena sebelum pengamatan dilakukan penambahan tanah pada semua
tanaman sawi caisim sampai batas kotiledon, sehingga daun pertama pada tanaman mengalami kelayuan dan gugur dari batang
tanaman. Pada pengamatan terakhir yaitu pada tanggal 29 Mei 2015, jumlah daun tertinggi diperoleh perlakuan Air Limbah Tahu
20 yaitu 9,9. Sedangkan jumlah daun terendah diperoleh perlakuan Air Limbah Tahu 30. Jika dillihat dari gambar 3, dapat
diketahui bahwa pertambahan jumlah daun tanaman sawi caisim Brassica juncea L. memiliki hasil yang berbeda-beda sehingga
hasil kurvanya pun naik turun.
Daun merupakan
organ pokok
tumbuhan tempat
berlangsungnya fotosintesis yang menghasilkan senyawa organik penyusun tubuh tumbuhan. Hasil fotosintesis tidak hanya
digunakan oleh daun tetapi juga ditransfer kebagian lain yang membutuhkan seperti akar dan batang. Oleh karena itu jumlah
daun sangat penting, karena semakin banyak jumlah daun maka bagian tanaman yang melakukan fotosintesis akan lebih besar
sehingga semakin banyak fotosintat yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan tanaman. Hasil fotosintesis
tidak hanya digunakan oleh daun tetapi juga dipengaruhi oleh luas daun. Hal ini karena luas daun mempengaruhi banyaknya sinar
matahari yang diserap oleh tumbuhan untuk melakukan fotosintesis. Jika daun semakin luas maka semakin banyak radiasi
sinar matahari yang diterima oleh tumbuhan sehingga hasil fotosintesis semakin banyak Ogbomo, 2011.
Selain itu, terdapat faktor lain yang berpengaruh dalam pertambahan jumlah daun tanaman sawi caisim Brassica juncea
L. yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor dalam yang
mempengaruhi pertumbuhan antara lain hormon dan genetik tanaman. Hormon yang mengatur kecepatan dan arah pertumbuhan
tanaman, sedangkan genetik tanaman berperan dalam proses sintesis protein. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman
dari luar yaitu nutrisi, cahaya, air, suhu dan kelembaban. Nutrisi
berperan sebagai sumber energi dan sintesis komponen sel. Cahaya diperlukan tanaman terutama dalam proses fotosintesis tanaman,
dimana dalam proses fotosintesis tanaman dihasilkan karbohidrat untuk mensuplai sumber energi tanaman. Air berperan dalam
proses fotosintesis dan aktivasi reaksi enzimatik. Suhu lingkungan akan mempengaruhi reaksi enzimatik pada tanaman. Kelembaban
diperlukan untuk aktivitas pemanjangan sel, semakin banyak air yang di serap dan makin sedikit yang diuapkan akan menyebabkan
pembentangan sel. Selain itu, yang mempengaruhi pertumbuhan daun pada
tanaman adalah unsur hara Nitrogen. Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi tumbuhan yang pada umumnya sangat diperlukan
untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman, seperti daun batang dan akar tetapi kalau terlalu banyak
dapat mengahambat pembuangan dan pembuahan pada tanaman. Defisiensi menyebabkan kecepatan pertumbuhan sangat terganggu
dan tanaman kurus kering. Nitrogen merupakan unsur dalam molekul klorofil sehingga defisiensi Nitrogen mengakibatkan daun
menguning atau mengalami klorosis. Ini biasanya dimulai dari daun bagian bawah dan defisiensi yang kuat menyebabkan coklat
dan mati. Fungsi nitrogen pada tanaman sebagai berikut
Untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman
Dapat menyehatkan pertumbuhan daun, daun tanaman lebar dengan warna yang lebih hijau, kekurangan nitrogen
menyebabkan khlorosis pada daun muda berwarna kuning Meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman
Meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun-daunan Meningkatkan berkembangbiaknya mikroorganisme didalam
tanah. Dalam penelitian ini, tempat penelitian ditutup dengan
menggunakan paranet hitam untuk menghindari serangan hama yang menyerang daun tanaman, sehingga hama tidak dapat masuk
dan memakan daun. Akan tetapi, dengan adanya paranet ini, cahaya matahari yang masuk ke dalam tidak secara maksimal
sehingga pada perlakuan EM4 jumlah daun yang dihasilkan lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan kontrol.
Pada penelitian ini, terdapat hama yang menyerang tanaman sawi Brassica juncea L. terutama menyerang pada daun.
Hama yang menyerang daun sawi adalah belalang, ulat daun dan siput kecil. Penyerangan siput kecil ini terjadi pada saat tanaman
sawi caisim Brassica juncea L. berumur 1 minggu setelah penanaman pada polybag. Siput kecil ini memakan daun-daun
tanaman sawi sehingga daun-daunnya menjadi berlubang. Penyerangan siput kecil terjadi pada perlakuaan Kontrol dan Air
Limbah Tahu 100 ml. Penyerangan siput kecil hanya terjadi selama
3-5 hari. Penanggulangan hama siput kecil dilakukan secara manual yaitu dengan cara mengambil siput kecil yang terdapat
pada tanaman, kemudian membuang ataupun dimatikan. Selain siput kecil, penyerangan hama yang lain yaitu belalang dan ulat
daun. belalang dan ulat daun ini hampir menyerang sebagian perlakuan. Penyerangan belalang dan ulat daun terjadi pada saat
tanaman sawi caisim Brassica juncea L. berumur 3 minggu setelah penanaman pada polybag. Ulat daun memakan daun-daun
yang masih muda, sedangkan belalang memakan daun-daun yang sudah tua sehingga daun-daun menjadi berlubang. Penyerangan
belalang dan ulat daun berlangsung selama 5-6 hari. Penanggulana hama pada belalang dilakukan secara manual yaitu dengan cara
menangkap belalang secara langsung kemudian mengeluarkan dari dalam paranet ataupun mematikannya. Sedangkan penanggulangan
hama ulat daun dilakukan secara manual dan penyemprotan pestisida organik “PESONA” dari PT. Natural Nusantara.
Penanggulangan manual dilakukan dengan cara mengecek setiap daun pada masing-masing tanaman, jika menemukan ulat daun
maka langsung dimatikan. Kemudian penganggulangan dengan cara penyemprotan pestisida organik dilakukan sesuai dengan
petunjuk penggunaan sesuai yang terdapat pada label pemakaian pada pestisida organik tersebut.
Perhitungan yang digunakan adalah Uji Normalitas dengan menggunakan Uji Kolmogrorov-Smirnov, Uji homogenitas, dan
Uji Anova. Pengujian ini menggunakan SPSS 16.0 dengan level confident 95 0,05.
Uji normalitas dapat dilihat pada lampiran 2, dimana yang dimaksudkan dengan uji normalitas adalah untuk memperlihatkan
bahwa sampel diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Pengujian normalitas pada jumlah daun menggunakan Uji
Kolmogorov-Smirnov. Pada perlakuan kontrol, data menunjukkan p value sig = 0,448 0,05 sehingga H0 diterima bahwa data
diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Pada perlakuan Air Limbah Tahu 10, Air Limbah Tahu 20, dan Air Limbah
Tahu 30, data menunjukkan p value sig = 0,375 0,05 , p value sig = 0,303 0,05 dan p value sig = 0,49 0,05 sehingga H0
diterima bahwa data diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Sedangkan pada perlakuan EM4, data menunjukkan p
value sig = 0,809 0,05 sehingga H0 diterima bahwa data diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Dimana H0 adalah
data diambil dari populasi yang berdistribusi normal dan H1 adalah data yang diambil bukan dari populasi yang berdistribusi normal.
Uji homogenitas dapat dilihat pada lampiran 2, dimana uji
homogenitas bertujuan untuk memperlihatkan data sampel berasal dari populasi yang memiliki variasi yang sama. Dari uji
homogenitas, menunjukkan bahwa p value sig = 0,999 0,05 maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variansi pada
tiap kelompok data adalah sama homogen. Dimana H0 adalah variansi pada tiap kelompok data adalah sama homogen dan H1
adalah variansi pada tiap kelompok data adalah tidak sama tidak homogen. Pada uji homogenitas, dikatakan sama homogen
apabila p value sig 0,05. Kemudian, untuk menguji adanya perbedaan antar perlakuan dilakukan menggunakan Uji One Way
Anova menggunakan SPSS versi 16.0 dengan level confident 95 0,05.
Berdasarkan tabel 3.4, bahwa perhitungan Uji One Way Anova diperoleh p value sig = 0,002 0,05 maka H0 ditolak dan
H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nyata jumlah daun tanaman pada antar perlakuan. Untuk
mengetahui perbedaan jumlah daun tanaman yang beda nyata antar tiap perlakuan dapat dilihat pada Uji Duncan pada lampiran 4.
Pada Uji Anova ini, data dikatakan signifikan apabila p value sig 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Hipotesis H0 adalah
tidak terdapat perbedaan antara air limbah tahu dengan tinggi tanaman dan H1 adalah adanya perbedaan antara pertambahan
jumlah daun tanaman dengan air limbah tahu. Berdasarkan hasil Uji Anova menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan dari jumlah daun pada masing-masing perlakuan maka
dilanjutkan dengan Uji Duncan. Hasil Uji Duncan dapat dilihat pada lampiran 1, dimana hasil Uji Duncan didapatkan hasil bahwa
pada perlakuan Air Limbah Tahu 20 menunjukkan hasil beda nyata terhadap perlakuan Air Limbah Tahu 10, Air Limbah Tahu
30, EM4 dan Kontrol. Hal ini berarti perlakuan yang baik terhadap jumlah daun adalah perlakuan Air Limbah Tahu 20.
C Berat Basah
Berat basah merupakan berat tanaman pada saat tanaman masih hidup dan ditimbang secara langsung setelah dipanen,
sebelum tanaman layu karena kehilangan air. Kelemahan pengukuran berat basah karena masih dipengaruhi oleh kadar air
jaringan tanaman. Berat basah didefinisikan sebagai bobot mula- mula yang dimiliki tanaman setelah di panen. Proses pemanenan
sawi caisim dilakukan pada pagi hari. Pada gambar 4, menunjukkan bahwa adanya perbedaan
berat basah pada setiap perlakuan. Penimbangan berat basah tanaman sawi dilakukan dengan menimbang semua tanaman
berdasarkan perlakuan. Berat basah tertinggi diperoleh pada perlakuan Air Limbah Tahu 20. Hal ini dibuktikan pada
perlakuan Air Limbah Tahu 20 diperoleh hasil berat basah yaitu 908 gram, sedangkan berat basah terendah diperoleh pada
perlakuan EM4 yang memperoleh hasil berat basah hanya
mencapai 421 gram. Urutan berat basah dari yang tertinggi hingga terendah adalah Air Limbah Tahu 20, Air Limbah Tahu 30,
Air Limbah Tahu 10, Kontrol dan EM4. Berat segar tanaman sawi caisim Brassica juncea L. terdiri
atas batang dan daun. Semakin banyak jumlah daun maka berat segar tajuk tanaman juga akan meningkat. Tinggi tanaman dan
jumlah daun juga berpengaruh pada berat segar tanaman. Semakin besar tinggi tanaman dan semakin banyak jumlah daun,
maka berat segar akan meningkat. Selain tinggi tanaman dan jumlah daun, berat basah juga dipengaruhi oleh luas daun.
Berdasarkan penelitian berat segar meningkat dengan penggunaan air limbah tahu dibandingkan dengan penggunaan EM4. Berat
segar juga dipengaruhi oleh efektifnya penyerapan unsur hara dan air oleh akar yang menyebabkan meningkatkan pertumbuhan
akar, daun dan tinggi tanaman. Selain itu, faktor yang mempengaruhi berat basah yaitu
faktor luar dan faktor dalam. Faktor dalam yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain hormon dan genetik tanaman. Hormon
yang mengatur kecepatan dan arah pertumbuhan tanaman, sedangkan genetik tanaman berperan dalam proses sintesis
protein. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dari luar yaitu nutrisi, cahaya, air, suhu dan kelembaban. Nutrisi
berperan sebagai sumber energi dan sintesis komponen sel.
Cahaya diperlukan tanaman terutama dalam proses fotosintesis tanaman, dimana dalam proses fotosintesis tanaman dihasilkan
karbohidrat untuk mensuplai sumber energi tanaman. Air berperan dalam proses fotosintesis dan aktivasi reaksi enzimatik.
Suhu lingkungan akan mempengaruhi reaksi enzimatik pada tanaman. Kelembaban diperlukan untuk aktivitas pemanjangan
sel, semakin banyak air yang di serap dan makin sedikit yang diuapkan akan menyebabkan pembentangan sel.
D Berat kering
Berat kering tanaman adalah berat suatu tanaman setelah melewati beberapa tahapan proses pengeringan. Berat kering
tanaman menjadi salah satu parameter pertumbuhan tanaman. Berat
kering tanaman
mengindikasikan pola
tanaman mengakumulasi produk dari proses fotosintesis.
Pada penelitian ini, pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven listrik pada suhu 60
C selama 2 hari. Pengeringan sawi caisim dengan menggunakan aliran panas
memiliki suhu baik yaitu antara 45 C sampai dengan 75
C. pengeringan pada suhu dibawah 45
C maka mikroba dan jamur yang merusak produk masih hidup, sehingga daya awet dan mutu
bahan rendah. Sebaliknya, pengeringan diatas 75 C akan
menyebabkan struktur kimiawi dan fisik produk rusak karena
perpindahan panas dan massa air yang cepat yang berdampak pada struktur sel bahan Buckle dkk, 2010. Tanaman yang sudah
kering diambil kemudian ditimbang. Lakukan 3 kali pengulangan penimbangan,
kemudian lakukan
kalibrasi setiap
kali penimbangan. Berat kering yang benar jika angka dari hasil
pengulangan penimbangan konstan. Setelah didapatkan berat kering, tanaman bisa disimpan di dalam inkubator.
Pada gambar 5 di atas, menunjukkan adanya perbedaan berat kering pada setiap perlakuan. Penimbangan berat kering
tanaman sawi dilakukan dengan menimbang semua tanaman berdasarkan perlakuan. Berat kering tertinggi diperoleh pada
perlakuan Air Limbah Tahu 20. Hal ini dibuktikan pada perlakuan Air Limbah Tahu 20 diperoleh hasil berat kering
yaitu 76 gram, sedangkan berat kering terendah diperoleh pada perlakuan EM4 yang memperoleh hasil berat kering hanya
mencapai 29 gram. Urutan berat kering dari yang tertinggi hingga terendah adalah Air Limbah Tahu 20, Air Limbah Tahu 30,
Kontrol, Air Limbah Tahu 10 dan EM4. Berat kering tanaman tidak dapat diukur hanya dengan
melihat berat basah tanaman. Hal ini karena berat basah tanaman menunjukkan besarnya kandungan air yang terdapat dalam
tanaman. Pengukuran berat kering dianggap lebih reliable karena tidak terpengaruh adanya status kadar air. Berat kering ini
biasanya disebut dengan biomassa tanaman. Biomassa tanaman ini menggambarkan kualitas dari suatu tanaman, semakin besar
biomassa tanaman maka menunjukkan tanaman tersebut dapat menyimpan fotosintat dari hasil fotosintesis yang besar
Krishnawati, 2003. Fotosintat ini merupakan suatu produktivitas tanaman. Produktivitas tanaman merupakan suatu refleksi hasil
fotosintesis dari komponen-komponen yang menghasilkan suatu energi. Namun, apabila biomassa tanaman rendah menunjukkan
adanya suatu hambatan dalam proses metabolisme tumbuhan.
C. Keterbatasan dalam Penelitian