Pengaruh air limbah tahu terhadap pertumbuhan tanaman sawi caisim (Brassica Juncea L.).

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN AIR LIMBAH TAHU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI CAISIM (Brassica juncea L.)

Oleh

Eka Puji Lestari Universitas Sanata Dharma

Industri tahu selalu menghasilkan limbah cair yang melimpah, apabila tidak ditangani secara tepat akan menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan, namun jika dikelola dengan baik akan menguntungkan. Air limbah tahu memiliki kandungan unsur hara yaitu Pb, Ca, Fe, Cu dan Na. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air limbah tahu terhadap pertumbuhan caisim (Brassica juncea L.) dalam berbagai konsentrasi.

Sampel yang digunakan adalah tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.). Pada penelitian ini terdapat 50 tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.) di dalam polibag dengan diberikan dosis air limbah cair yang berbeda-beda yaitu 10%, 20% dan 30%. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu konsentrasi air limbah tahu. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat kering. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Uji Anova dan dilanjutkan dengan menggunakan test Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan level 5% significant.

Hasil perhitungan Uji One Way Anova diperoleh p value (sig) = 0,002 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nyata tinggi tanaman dan jumlah daun pada antar perlakuan. Dosis yang paling optimal pertumbuhannya adalah air limbah tahu 20%. Urutan pertumbuhan tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.) yaitu air limbah tahu 20%, 30%, 10%, EM4 dan kontrol.

Kata Kunci : Air Limbah Tahu, Tanaman Sawi Caisim, Pertumbuhan


(2)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF GIVING WASTE WATER BREACURD TOWADRS GROWTH CAISIM PLANT (Brassica juncea L.)

By

Eka Puji Lestari Sanata Dharma University

Tofu industry always make many the influence water, if it is not treat will distract the environment, but if it is treated will make some profit. Waste water has some nutrient such as Pb, Ca, Fe, Cu and Na. This research is an experimental reseacrh that is purposed to know the effect of the giving waste water to the growth of Caisim (Brassica juncea L.) in some concentration.

The sample that is used is Sawi Caisim plant (Brassica juncea L.). in this research there are 50 sawi Caisim plants (Brassica juncea L.) in polybag with some dose of waste water thatis different as 10%, 20%, and 30%. The independent variable in this research is the concentration of waste water. The dependent variable in this research is the higher of plant, the number of leaves of leaf, the weight of wet weight and the weight of dry. The data that is found is analyzed using Anova test and continued using Duncan Multiple Range Test (DMRT) with 5% level of significant.

This result of Anova Test is found p value (sig) = 0,002 < 0,05 then H0 is rejected and H1 is accepted so it can be summarized that there is true differences of the higher of plant and number of leaf in every treatments. The dose that is more optimal in the growth of plant is waste water 200 ml. The order growth of sawi caisim plant (Brassica juncea L.) is waste water 20%, 30%, 10%, EM4 and kontrol.


(3)

PENGARUH PEMBERIAN AIR LIMBAH TAHU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI CAISIM (Brassica juncea L.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Disusun oleh: Eka Puji Lestari

111434031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2015


(4)

i

PENGARUH PEMBERIAN AIR LIMBAH TAHU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI CAISIM (Brassica juncea L.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Disusun oleh: Eka Puji Lestari

111434031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

ii


(6)

(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Cukup Allah sebagai penolong kami. Dan dia adalah sebaik

-baiknya pelindung” –

QS Ali Imran : 173

Kupersembahkan buat : Ayah dan Ibuku,

ungkapan rasa hormat dan baktiku Adikku dan Almamaterku


(8)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 11 Agustus 2015 Penulis


(9)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta :

Nama : Eka Puji Lestari NIM : 111434031

Demi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENGARUH PEMBERIAN AIR LIMBAH TAHU TERHADAP

PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI CAISIM (Brassica juncea L.)

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Yogyakarta

Pada tanggal : 11 Agustus 2015

Yang menyatakan,

Eka Puji Lestari


(10)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Air Limbah Tahu Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi Caisim (Brassica juncea L.)”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya, khususnya kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan karunia serta kekuatan yang luar biasa sehingga saya dapat melalui masa-masa pembuatan skripsi.

2. Rohandi Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

3. Drs. Antonius Tri Priantoro, M.For.Sc. selaku Kaprodi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan petunjuk dan arahan dalam pembuatan skripsi.

5. Lucia Wiwid Wijayanti, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan petunjuk, arahan, dorongan serta semangat dalam pembuatan skripsi.

6. Luisa Diana Handoyo, M.Si. dan Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd. selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran guna memperbaiki skripsi saya menjadi lebih baik.

7. Kedua orang tua saya Ayah Maryanto dan Ibu Kasiyem atas segala pengorbanan, doa serta dukungan penyemangat yang telah diberikan kepada saya selama ini.

8. Adikku tersayang Dhea Amelya Putri yang selalu memberikan semangat saya dalam menyelesaikan skripsi.


(11)

viii

9. Bapak dan Ibu Dosen sera seluruh staff Program Pendidikan Biologi Sanata Dharma Yogyakarta.

10.Sahabat saya yang luar biasa yaitu Hana Tri Pratiwi dan Eka Nurvidianti yang selalu ada untuk saya, memberikan semangat, bantuan, motivasi dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi.

11.Pak Slamet dan mas Ari yang telah membantu dalam penelitian skripsi. 12.The gank “Kebun Anggur” yaitu Ricca, Lia Wuryan, Chyntia, Reni, Ervin,

Claudia, Mega, bang Jimmy dan Thomas yang telah membantu dan memberikan semangat dari awal penelitian hingga selesai.

13.Salma Yunita, Lia Aprilia, Agnes Ria, Nining, Fenti A, Ancis dan

teman-teman “VIRION” Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

angkatan 2011 yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan bantuannya, serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca diterima dengan terbuka demi perbaikan skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak.

Yogyakarta, 11 Agustus 2015 Penulis

Eka Puji Lestari


(12)

ix

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN AIR LIMBAH TAHU TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI CAISIM (Brassica juncea L.)

Oleh

Eka Puji Lestari Universitas Sanata Dharma

Industri tahu selalu menghasilkan limbah cair yang melimpah, apabila tidak ditangani secara tepat akan menyebabkan pencemaran terhadap lingkungan, namun jika dikelola dengan baik akan menguntungkan. Air limbah tahu memiliki kandungan unsur hara yaitu Pb, Ca, Fe, Cu dan Na. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air limbah tahu terhadap pertumbuhan caisim (Brassica juncea L.) dalam berbagai konsentrasi.

Sampel yang digunakan adalah tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.). Pada penelitian ini terdapat 50 tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.) di dalam polibag dengan diberikan dosis air limbah cair yang berbeda-beda yaitu 10%, 20% dan 30%. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu konsentrasi air limbah tahu. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat kering. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Uji Anova dan dilanjutkan dengan menggunakan test Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan level 5% significant.

Hasil perhitungan Uji One Way Anova diperoleh p value (sig) = 0,002 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nyata tinggi tanaman dan jumlah daun pada antar perlakuan. Dosis yang paling optimal pertumbuhannya adalah air limbah tahu 20%. Urutan pertumbuhan tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.) yaitu air limbah tahu 20%, 30%, 10%, EM4 dan kontrol.


(13)

x

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF GIVING WASTE WATER BREACURD TOWADRS GROWTH CAISIM PLANT (Brassica juncea L.)

By

Eka Puji Lestari Sanata Dharma University

Tofu industry always make many the influence water, if it is not treat will distract the environment, but if it is treated will make some profit. Waste water has some nutrient such as Pb, Ca, Fe, Cu and Na. This research is an experimental reseacrh that is purposed to know the effect of the giving waste water to the growth of Caisim (Brassica juncea L.) in some concentration.

The sample that is used is Sawi Caisim plant (Brassica juncea L.). in this research there are 50 sawi Caisim plants (Brassica juncea L.) in polybag with some dose of waste water thatis different as 10%, 20%, and 30%. The independent variable in this research is the concentration of waste water. The dependent variable in this research is the higher of plant, the number of leaves of leaf, the weight of wet weight and the weight of dry. The data that is found is analyzed using Anova test and continued using Duncan Multiple Range Test (DMRT) with 5% level of significant.

This result of Anova Test is found p value (sig) = 0,002 < 0,05 then H0 is rejected and H1 is accepted so it can be summarized that there is true differences of the higher of plant and number of leaf in every treatments. The dose that is more optimal in the growth of plant is waste water 200 ml. The order growth of sawi caisim plant (Brassica juncea L.) is waste water 20%, 30%, 10%, EM4 and kontrol.

Keyword : Waste water, Sawi Caisim Plant, Growth


(14)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vi

KATA PENGANTAR... vii

ABSTRAK... ix

ABSTRACT... x

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Batasan Penelitian... 4

D. Tujuan Penelitian... 4


(15)

xii BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Limbah Tahu... 6

B. Tanaman Sawi Caisim... 9

1. Klasifikasi Tanaman Sawi Caisim... 9

2. Morfologi Tanaman Sawi Caisim... 10

3. Kandungan Tanaman Sawi Caisim... 12

4. Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Caisim... 12

5. Hama dan Penyakit Pada Tanaman Sawi Caisim... 14

6. Manfaat Tanaman Sawi Caisim... 22

C. Pupuk Cair... 24

D. Effective Microorganisme 4 (EM4)... 25

E. Mengukur Pertumbuhan Tanaman... 26

F. Nutrisi untuk Pertumbuhan... 28

G. Penelitian yang Relevan... 32

H. Kerangka Berpikir... 33

I. Hipotesa... 33

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 34

B. Waktu dan Tempat Penelitian... 34

C. Alat dan Bahan... 34

D. Cara Kerja... 35

1. Penelitian di Lapangan... 35

2. Pengamatan di Laboratorium... 39

E. Rancangan Penelitian... 39

F. Desain Penelitian... 41

G. Teknik Pengumpulan Data... 41

H. Analisis Data... 42


(16)

xiii BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil... 43

B. Pembahasan... 52

C. Keterbatasan dalam Penelitian... 72

BAB V. IMPLEMENTASI TERHADAP PEMBELAJARAN... 73

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 76

B. Saran... 76


(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kandungan Limbah Cair Tahu... 8

Tabel 2. Kandungan Tanaman Sawi Caisim... 12

Tabel 3. Makronutrien... 29

Tabel 4. Mikronutrien... 30

Tabel 5. Uji Anova Tinggi Tanaman... 45

Tabel 6. Uji Anova Jumlah Daun... 48


(18)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tanaman Sawi Caisim... 10

Gambar 2. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Sawi Caisim... 44

Gambar 3. Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Sawi Caisim... 47

Gambar 4. Berat Basah Pada Beberapa Perlakuan... 50


(19)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar... 80

Lampiran 2. Tabel Pengamatan... 88

Lampiran 3. Hasil Pengamatan... 92

Lampiran 4. Uji Statistik... 94

Lampiran 5. Silabus... 102

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 108

Lampiran 7. Kisi-kisi Penulisan Soal Postest... 130

Lampiran 8. Soal Postest... 13


(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Industri tahu merupakan salah satu industri pengolahan berbahan

baku kedelai yang penting di Indonesia. Tahu merupakan makanan yang

sangat dikenal dan dinikmati oleh banyak masyarakat Indonesia. Industri

tahu umumnya dikerjakan secara tradisional dan dimiliki oleh pengusaha

kecil dan menengah. Di samping keberadaannya yang sangat penting,

industri tahu juga mempunyai dampak yang cukup penting terhadap

lingkungan terutama masalah limbahnya (Suprapti, 2005).

Kegiatan industri termasuk industri tahu selalu menghasilkan

limbah apabila tidak ditangani secara tepat akan menyebabkan

pencemaran terhadap lingkungan, namun jika dikelola dengan baik akan

menguntungkan. Oleh karena itu, pengusaha industri tahu harus menyadari

dampak negatif akibat kegiatan usahanya. Bau busuk dari sisa-sisa protein

menjadi amoniak, dapat menyebar melalui aliran ke seluruh penjuru

hingga mencapai radius beberapa kilometer. Air limbah yang meresap ke

dalam tanah dapat mencemari sumur-sumur disekitarnya dan air

limbahnya yang dibuang ke selokan secara langsung dapat mencemari

sungai, saluran irigasi maupun air untuk keperluan yang lain.

Produksi tahu menghasilkan limbah baik berupa padat maupun


(21)

2

penggumpalan. Limbah ini sebagian besar dimanfaatkan para pembuat

tahu untuk diolah menjadi tempe gembus dan pakan ternak, ada pula yang

diolah menjadi tepung ampas tahu sebagai bahan baku pembuatan roti

kering. Sedangkan limbah cair dihasilkan dari proses perendaman,

pencucian, perebusan, pengempresan dan pencetakan. Hampir dari seluruh

proses ini menghasilkan limbah yang berupa cairan yang berakibat

tingginya limbah tahu. Melimpahnya limbah cair dihasilkan dari proses

produksi menjadi salah satu alasan pengolahan limbah cair tahu karena

limbah cair tahu mengandung bahan-bahan organik yang masih sangat

tinggi seperti karbohidrat, protein, lemak, kalium dan sebagainya. Selain

itu juga memiliki BOD dan COD yang cukup tinggi. Jika limbah tersebut

langsung dibuang melalui saluran air maka akan mencemari lingkungan.

Industri tahu memerlukan suatu pengolahan ataupun pemanfaatan limbah

yang bertujuan untuk mengurangi resiko pencemaran lingkungan seperti

pencemaran air dan udara.

Tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.) merupakan tanaman

sayuran dengan iklim sub-tropis, namun mampu beradaptasi dengan baik

pada iklim tropis. Caisim pada umumnya banyak ditanam pada dataran

rendah, namun dapat pula di dataran tinggi. Saat ini, kebutuhan caisim

semakin lama semakin meningkat seiring dengan populasi manusia dan

manfaat mengomsumsi bagi kesehatan. Sebagai sayuran, caisim di kenal

dengan sawi hijau dengan berbagai khasiat bagi kesehatan. Kandungan

yang terdapat pada caisim adalah protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe,


(22)

Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C. Manfaat caisim sangat baik untuk

menghilangkan rasa gatal ditenggorokan pada penderita batuk, penyembuh

sakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi ginjal, serta

memperbaiki dan memperlancar pencernaan (Sunarjono, 2004).

Salah satu faktor penting dalam budidaya yang menunjang

keberhasilan tanaman adalah masalah pemupukan. Pemupukan dapat

dilakukan dengan menggunakan pupuk organik ataupun anorganik. Sistem

budidaya sayuran secara umum di Indonesia termasuk sawi masih

memanfaatkan pupuk anorganik untuk meningkatkan produksi dan

peptisida dari bahan-bahan anorganik sintesis dan secara intensif. Hal ini

disebabkan oleh pemahaman bahwa semakin banyak menggunakan pupuk

anorganik akan semakin baik, ditambah lagi dengan fakta bahwa pada

tanaman sayuran terdapat banyak hama dan penyakit yang apabila tidak

dikendalikan akan menurunkan hasil secara signifikan. Namun tanpa

disadari cara-cara ini ternyata menghasilkan akibat sampingan yang sangat

merugikan bagi lingkungan dan kesehatan. Meskipun pupuk anorganik

mempunyai kandungan unsur hara yang tinggi, namun jika diberikan

secara terus menerus kepada tanah akan menyebabkan akumulasi unsur

hara tertentu pada tanah yang nantinya akan merusak agregat tanah yaitu

adanya pemadatan.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin mengetahui pengaruh

pemberian air limbah tahu terhadap pertumbuhan tanaman sawi caisim


(23)

4

B. Rumusan Masalah

Rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh pemberian air limbah tahu terhadap

pertumbuhan tanaman sawi Caisim (Brassica juncea L.) dalam

berbagai konsentrasi ?

2. Berapakah konsentrasi yang paling optimal dalam pertumbuhan

tanaman sawi caisim ?

C. Batasan Penelitian

Agar ruang lingkup penelitian ini tidak terlalu luas maka dibatasi pada

permasalahan sebagai berikut :

 Varietas sawi yaitu sawi caisim yang didapatkan dari Toko Pertanian.

 Air Limbah Tahu didapatkan dari produksi tahu Pak Toni. Konsentrasi yang digunakan adalah 10%, 20% dan 30%.

 Parameter pertumbuhan yang diamati dan dianalisis adalah tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat kering.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1. Mengetahui pengaruh pemberian air limbah tahu terhadap

pertumbuhan Caisim (Brassica juncea L.) dalam berbagai

konsentrasi.


(24)

2. Mengetahui konsentrasi yang paling optimal dalam pertumbuhan

tanaman sawi caisim.

E. Manfaat Penelitian

1) Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan keilmuan bagi peneliti, dapat mengetahui

pengaruh dari pemberian air limbah tahu terhadap pertumbuhan

tanaman sawi.

2) Bagi Masyarakat

Sebagai pengetahuan bagi masyarakat, khususnya upaya

pemanfaatan air limbah tahu untuk pertumbuhan tanaman sawi yang

berguna untuk meningkatkan penanaman sayuran.

3) Bagi Dunia Pendidikan

Dapat menambah wawasan berkaitan dengan faktor yang

mempengaruhi pada pertumbuhan dan perkembangan dengan


(25)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Limbah Tahu

Tahu merupakan salah satu produk olahan biji kedelai yang telah lama

dikenal dan banyak disukai masyarakat, karena harganya murah dan mudah

didapatkan. Pembuatan tahu umumnya dilakukan oleh industri kecil atau

industri rumah tangga.

Kedelai sebagai bahan dasar pembuatan tahu merupakan salah satu

jenis tumbuh-tumbuhan yang banyak mengandung protein, kalori,

mengandung vitamin B dan kaya akan mineral. Protein yang terkandung

dalam 100 gram kedelai mencapai 35-45 gram (Kafadi, 1990).

Pembuatan tahu pada prinsipnya dibuat dengan mengekstrak protein,

kemudian mengumpulkannya sehingga terbentuk padatan protein. Pada

pembuatan tahu diperlukan air yang banyak, karena hampir semua tahapan

pada pembuatan tahu memerlukan air. Limbah dari proses pembuatan tahu

yaitu berupa cairan dan ampas tahu yang berupa padatan (Rossiana, 2006).

Produksi tahu tidak terlepas dari adanya limbah yang dihasilkan.

Limbah yang dihasilkan dapat berupa limbah padat maupun cair. Limbah

tersebut mempunyai potensi untuk dimanfaatkan dalam tujuan dan maksud

tertentu. Limbah yang dihasilkan dapat berupa kulit kedelai, ampas dan juga

air tahu (Damayanti dkk, 2004). Limbah tersebut berasal dari proses

pembuatan tahu yang meliputi 6 tahapan. Enam tahapan dalam proses


(26)

pembuatan tahu yaitu tahap pertama pemilihan keledai, kedelai yang

berkualitas baik dipilih dan dibersihkan dari kotoran dan kedelai yang rusak

sebelum direndam. Tahap kedua, pencucian dan perendaman kedelai dalam

air bersih selama 8-12 jam dengan tujuan untuk melunakkan struktur seluler

kedelai agar mudah digiling dan membersihkan dispersi dan mendapatkan

suspensi bahan padat kedelai yang lebih baik pada waktu penggilingan.

Selain itu, perendaman juga dapat mempermudah pengupasan kulit kedelai.

Tahap ketiga, kedelai dikupas dan dilakukan penggilingan dengan

penambahan air antara 8-10 kali berat kedelai. Penggunaan air panas

80-1000C dapat menonaktifkan enzim lipoksigenase penyebab bau langu. Tahap

keempat, bubur kedelai selanjutnya disaring dan filtratnya dimasak.

Pemasakan bertujuan untuk mengurangi bau langu dan menonaktifkan tripsin

inhibitor, meningkatkan daya cerna, penggumpalan protein, serta menambah

keawetan produk. Hasil penyaringan kedelai adalah limbah padat tahu. Tahap

yang kelima yaitu penggumpalan, penggumpalan dilakukan dengan

penambahan zat penggumpal. Zat penggumpal yang digunakan adalah asam

cuka, larutan asam laktat, larutan CaCl2 atau CaSO4 (Purwaningsih, 2007).

Namun, yang paling banyak digunakan oleh para produsen tahu adalah asam

cuka (CH3COOH). Asam cuka atau asam asetat yang ada di pasaran

merupakan asam asetat dalam kondisi pekat. Oleh karena itu, perlu

penambahan air dengan perbandingan 2:5 (2 bagian asam cuka dan 5 bagian

air). Tiap liter bubur kedelai dapat digumpalkan dengan 3cc asam asetat


(27)

8

diperas atau dipress, kemudian dipotong-potong. Biasanya tahu direbus

kembali sebelum dipasarkan.

Berdasarkan proses pembuatan tahu, limbah tahu sebagian besar

berupa limbah cair. Limbah tersebut mengandung berbagai senyawa dan

asam. Sebagian limbah cair yang dihasilkan merupakan bentuk cairan kental

dari proses penggumpalan tahu dan penyaringan produk selama pengolahan

yang disebut whey. Jika limbah ini tidak ditangani dengan benar maka limbah

ini akan mencemari lingkungan. Didalam whey tersebut terkandung

asam-asam organik yang berbau asam-asam. Selain itu, juga mengandung

mikroorganisme yang merugikan seperti Esherichia sp. yang dapat

mengganggu kesehatan tubuh. Di dalam whey atau cairan tahu juga

mengandung banyak mineral, contohnya P, K, Ca, Mg, Na, Fe dan Zn. Selain

itu mengandung gula dengan kadar yang rendah yaitu berkisar 0,7-0,9%

(Warisno dan Dahana, 2009).

Jumlah kebutuhan air proses dan jumlah limbah cair yang dihasilkan

sebesar 43,5-45 liter untuk tiap kilogram bahan baku kacang kedelai

(Lisnasari, 1995). Kandungan limbah cair tahu yaitu :

Tabel 1. Kandungan Limbah Cair Tahu

Senyawa Kadar (mg/L)

Pb 0,24

Ca 34,1

Fe 0,19

Cu 0,12

Na 0,59


(28)

B. Tanaman Sawi Caisim

Tanaman sawi merupakan tanaman dikotil berbentuk perdu dengan

sifat pertumbuhan dwi musim. Di Indonesia dikenal 3 jenis sawi yaitu sawi

putih atau sawi jabung, sawi hijau dan sawi huma. Sawi putih (B. Juncea L.,

Var. Rugosa Roxb. & Prain) memiliki batang pendek, tegak dan berdaun

lebar berwarna hijau keputih-putihan, tangkai daun panjang dan bersayap

melengkung ke bawah. Sawi hijau memiliki ciri-ciri batang pendek, daun

berwarna hijau tua, serta rasanya agak pahit, sedangkan sawi huma memiliki

ciri batang kecil-panjang dan langsing, daun panjang-sempit berwarna hijau

keputih-putihan, serta tangkai daun panjang dan bersayap (Rukmana, 1994).

Di antara sayuran daun, caisim merupakan komoditas yang memiliki

nilai komersial dan digemari masyarakat Indonesia. Konsumen menggunakan

daun caisim baik sebagai bahan pokok maupun sebagai pelengkap masakan

tradisional dan masakan Cina.

1) Klasifikasi Tanaman Sawi Caisim

Caisim merupakan tanaman yang cukup baik gizinya. Dalam

klasifikasi, sawi caisim digolongkan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliosida (Berkeping dua/dikotil)

Ordo : Capparales


(29)

10

Genus : Brassica

Spesies : Brassica juncea (L.) (Saparinto, 2012).

Gambar 1. Tanaman Sawi Caisim (Brassica juncea L.)

2) Morfologi Tanaman Sawi Caisim

Tanaman caisim mempunyai morfologi tanaman seperti akar,

batang, daun, bunga, buah dan biji. Adapun morfologi tanaman caisim

yaitu :

a) Akar

Sistem perakaran tanaman sawi caisim memiliki akar tunggang (Radix

Primaria) dan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang

(silindris) menyebar ke semua arah pada kedalaman antara 30-50 cm.

akar-akar ini berfungsi menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah,

serta menguatkan berdirinya batang tanaman (Rukmana, 1994).


(30)

b) Batang

Tanaman sawi caisin memiliki batang pendek dan beruas-ruas,

sehingga hampir tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat

pembentuk dan penopang daun (Rukmana, 1994).

c) Daun

Daun tanaman sawi berbentuk bulat atau bulat panjang (lonjong) ada

yang lebar dan ada yang sempit, ada yang berkerut-kerut (keriput),

tidak berbulu, berwarna hijau muda, hijau keputih-putihan sampai

hijau tua. Daun memiliki tangkai daun panjang atau pendek, sempit

atau lebar berwarna putih sampai hijau, bersifat kuat dan halus.

Pelepah-pelepah daun tersusun saling membungkus dengan

pelepah-pelepah daun yang lebih muda tetapi membuka. Disamping itu, daun

juga memiliki tulang-tulang daun yang menyirip dan

bercabang-cabang (Rukmana, 1994).

d) Bunga

Struktur bunga sawi tersusun dalam tangkai bunga yang tumbuh

memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga terdiri

atas empat helai kelopak daun, empat hela daun mahkota bunga

berwarna kuning-cerah, empat helai benang sari, dan satu buah putik

yang berongga dua (Rukmana, 1994).

e) Buah dan Biji

Buah sawi termasuk tipe buah polong, yaitu bentuknya memanjang


(31)

12

berbentuk bulat kecil berwarna coklat atau coklat kehitam-hitaman,

berukuran kecil, permukaannya licin mengkilap, agak keras, dan

berwarna coklat kehitaman (Rukmana, 1994).

3) Kandungan Gizi Tanaman Sawi Caisim

Tanaman sawi caisin mengandung beberapa gizi yang sangat

penting untuk tubuh. Kandungan gizi tersebut seperti pada tabel 2 :

Tabel 2. Kandungan Gizi per 100 gram Sawi

Kandungan Gizi Per 100 gram Sawi

Kalori : 22 kalori Besi : 2,90 mg Protein : 2,30 gram Vitamin A : 969,00 Sl Lemak : 0,30 gram Vitamin B1 : 0,09 mg Karbohidrat : 4,00 gram Vitamin B2 : 0,10 mg Serat : 1,20 gram Vitamin B3 : 0,70 mg Kalsium : 220,50 mg Vitamin C : 102,00 mg Fosfor : 38,40 mg Vitamin K : 419,3 mg

Sumber : Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI, 1979

4) Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Caisim a) Iklim

Daerah penanaman yang cocok untuk pertumbuhan tanaman

sawi adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai 1200 meter dpl.

Namun, biasanya tanaman ini dibudidayakan di daerah dengan

ketinggian 100-500 meter dpl (Haryanto, dkk., 2003).


(32)

Tanaman dapat melakukan fotosintesis dengan baik

memerlukan energi yang cukup. Cahaya matahari merupakan

sumber energi yang diperlukan tanaman untuk proses fotosintesis.

Tanaman sawi hijau (caisim) memerlukan energi matahari yang

tinggi (Cahyono, 2003).

Kondisi iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhan tanaman

sawi adalah daerah yang mempunyai suhu malam hari 15,60C dan

siang harinya 21,10C serta penyinaran matahari antara 10-13 jam.

Meskipun demikian, beberapa varietas sawi yang tahan (toleran)

terhadap suhu panas, dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di

daerah yang suhunya antara 270-320C (Rukmana, 2007).

Kelembaban udara yang sesuai untuk pertumbuhan sawi

hijau yang optimal berkisar 80%-90%. Tanaman sawi tergolong

tanaman yang tahan terhadap hujan, sehingga penanaman pada

musim hujan masih bisa memberikan hasil yang cukup baik

(Cahyono, 2003).

b) Tanah

Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah yang

gembur, banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan

airnya baik. Derajat keasaman (pH) tanah optimum untuk

pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7 (Haryanto, dkk,


(33)

14

Sawi dapat di tanam pada berbagai jenis tanah, namun paling

baik adalah jenis tanah lempung berpasir seperti andosol. Pada

tanah-tanah yang mengandung liat perlu pengolahan secara

sempurna, antara lain pengolahan tanah yang cukup dalam,

penambahan pasir, dan pupuk organik dalam jumlah (dosis) yang

tinggi (Rumana, 2007).

Sifat biologis tanah yang baik untuk tanaman sawi adalah

tanah yang banyak mengandung bahan organik (humus), dan

bermacam-macam unsur hara yang berguna untuk pertumbuhan

tanaman, serta pada tanah terdapat jasad renik tanah atau organisme

tanah pengurai bahan organik sehingga dengan demikian sifat

biologis tanah yang baik akan meningkatkan pertumbuhan tanaman

(Cahyono, 2003).

5) Hama dan Penyakit Pada Tanaman Sawi Caisim a. Hama Pada Tanaman Sawi Caisim

Beberapa jenis hama yang menyerang tanaman sawi caisim adalah :

 Ulat Tanah (Agrotis ipsilon Hufn)

Ciri-ciri : imago aktif terbang pada senja atau malam hari,

tubuhnya berwarna keabu-abuan dan sayapnya berwarna kelabu

dengan tanda hitam sampai coklat. Ulat berwarna hitam atau

hitam keabu-abuan, aktif merusak tanaman pada malam hari dan


(34)

kadang-kadang bersifat pemangsa diantara sesama jenis

(kanibal), lama daur hidup hama ini 6-8 minggu.

Tanaman inang utama adalah famili Cruciferae, juga tomat serta

berbagai jenis sayuran lainnya, karena bersifat pemangsa

(pemakan) segala jenis tanaman sayur (polifag). Menyerang

hebat di musim kemarau.

Gejala serangan ulat tanah : tanaman atau tangkai daun menjadi

rebah karena dipotong pada pangkalnya.

Pengendalian hama ini dapat dilakukan secara non-kimiawi

ataupun kimiawi. Pengendalian secara non-kimiawi adalah

mengumpulkan ulat tanah dan membunuhnya langsung, serta

menjaga kebersihan lahan atau kebun dari rumput liar dan

sisa-sisa tanaman agar tidak menjadi sarang hama tersebut. cara

kimiawi adalah menggunakan pestisida yang efektif (mangkus),

antara lain insektisida yang mengandung bahan aktif Tri-klorfor

misalnya Dipterex 95 SP, dengan dosis sesuai dengan anjuran

yang tertera pada kemasan (Rukmana, 1994).

 Ulat Plutella (Plutella xylostella L.)

Ciri-ciri : imagonya berwarna ngengat kecil berwarna coklat

kelabu. Pada sayap depan terdapat tanda “tiga berlian” yang

berupa gelombang (undulasi). Warna tiga berlian pada betina


(35)

16

hama ini ± 21 hari, ngengatnya aktif pada senja dan malam hari.

Stadium hama yang palung membahayakan adalah larva (ulat).

Larva ini terdiri atas tiga instar, ukuran yang paling besar

sebesar 1 cm.

Tanaman inang utama hama Plutella adalah tanaman

kubis-kubisan seperti petsai, sawi, kobis-krop, kubis-bunga, brocoli,

dan lain-lain.

Gejala serangannya : daun berlubang-lubang kecil dan jika

serangan berat tinggal tulang-tulang daunnya saja. Bila ulat

Plutella tersentuh, akan menggeliat dan menjatuhkan diri dengan

alat bantu benang sutra yang dibentuknya. Serangan yang berat

dan hebat biasanya terjadi pada musim kemarau.

Pengendalian non-kimiawi terdapat hama ini dapat dilakukan

secara kultur teknik (pergiliran tanaman yang bukan sefamili

Cruciferae), pengendalian secara hayati (biologi) dengan

melepaskan predator atau parasitoid seperti Diadegma

eucerophaga, Cotesia plutella Kurdj, dan Diagnema

simeclausum. Pada pengendalian kimiawi menggunakan

insektisida selektif (insektisida mikroba) seperti Dipel,

Thuricide, Bactospeine, Delfin, Florbac, Centari atau Agrimec

(Rukmana, 2007).


(36)

 Ulat Jengkal (Chysodeixis chalcites Esp dan C. orichalcea L.) Ciri-ciri : ngengat berwarna gelap dan berwarna bintik-bintik

keemasan berbentuk “Y” pada sayap depan. Telurnya berukuran

kecil berwarna keputih-putihan dan diletakkan secara tunggal

ataupun berkelompok pada daun tanaman inang. Ulat (larva)

berwarna hijau dan garis-garis putih disisinya. Ciri khas ulat

jengkal adalah cara jalannya seperti sedang menjengkal. Daur

hidup hama ini dari telur menjadi kupuu-kupu berlangsung

selama 18-24 hari.

Tanaman inang utama hama ini adalah famili Cruciferae, dan

juga tanaman sayuran lainnya karena bersifat polifag.

Gejala serangannya : daun sawi menjadi rusak

berlubang-lubang, sehingga dapat menurunkan kuantitas dan kualitas

produksi.

Pengendalian non-kimiawi terhadap hama ini dapat dilakukan

dengan cara penanaman yang serempak , dan melakukan

pergiliran (rotasi) tanaman yang bukan sefamili Cruciferae

(Brassicaceae). Sedangkan pengendalian kimiawi dapat

menggunakan insektisida yang mengandung bahan aktif

Profenopos, misalnya : Curacron 500 EC atau Deltametrin,

seperti : Decis 2,5 EC yang dosis penyemprotannya sesuai


(37)

18

b. Penyakit Pada Tanaman Caisim

Penyakit utama yang menyerang tanaman sawi adalah :

 Bercak Daun (Alternaria brassicae (Berk.) Sacc)

Penyebabnya adalah cendawan, yang terdapat terbawa oleh biji

dan dapat tertinggal pada sisa-sisa tanaman.

Gejala serangan penyakit ini adalah pada daun terdapat

bercak-bercak berwarna hitam kelabu-gelap yang meluas dengan cepat,

lambat laun membentuk bercak bulat bergaris tengah ± 1 cm.

Pada kondisi lingkungan yang lembab, jamur ini tampak seperti

bulu-bulu halus kebiru-biruan di pusat bercak dan terdapat

cincin sepusat dalam bercak tersebut. Bila bercak-bercak

berwarna hitam (gelap) maka penyebabnya adalah A.

brasicicola (Schw.) Wiltsh.

Pengendalian non-kimiawi terhadap penyakit ini antara lain

melakukan perendaman benih sawi dalam air panas 500 C

selama 30 menit sebelum disemaikan. Sedangkan pengendalian

kimiawi dapat disemprotkan dengan fungisida yang

mengandung bahan aktif Benomil atau Mankozeb, seperti

Benlate dan Delsene MX 200 (Rukmana, 1994).


(38)

 Busuk Hitam (Xanthomonas campestris Down)

Penyebab (patogen) penyakit ini adalah bakteri yang mampu

bertahan hidup pada biji kubis-kubisan, tanah, tanaman inang

maupun sisa-sisa makanan yang sakit.

Gejala serangannya : diawali dengan infeksi pada pori-pori air

(hidapoda) dalam ujung-ujung tepi daun, kemudian

menyebabkan tepi daun berubah warna menjadi hijau menjadi

kuning (klorosis) yang meluas ke beberapa bagian tengah daun.

pada tulang daun terlihat garis kehitaman, kemudian meluas

pada bagian pelepah daun dan batang, akhirnya daun menjadi

luruh (rontok). Penyakit ini dapat menyebabkan busuk kering

bila serangannya terjadi dalam keadaan lembab, dan karena

serangan jasad sekunder dapat berubah menjadi busuk basah

serta mengeluarkan bau yang tidak enak.

Pengendalian non-kimiawi terhadap penyakit ini adalah

mencabut tanaman yang terserang berat, kemudian

dimusnahkan. Pengendalian kimiawi dapat disemprotkan

dengan fungisida yang efektif (mangkus) antara lain yang

mengandung bahan aktif Kaptofol, Propineb, Mankozeb, dan


(39)

20

 Busuk Lunal Erwinia carotovora (Jones) Holland atau E. carotorova pv. Carotovora (jones) Dye

Penyebab (patogen) penyakit ini adalah bakteri yang

mempunyai sifat dapat mempertahankan diri dalam tanah dan

sisa-sisa tanaman.

Gejala serangannya : terjadi bercak busuk basah berwarna coklat

kehitam-hitaman pada daun, batang, maupun kepala telur (krop).

Bercak membesar dan mengendap (melekuk) bentuknya tidak

teratur. Bila keadaan lingkungan (iklim) lembab dan suhu udara

relatif tinggi , tingkat serangan penyakit meningkat dan

bercak-bercaknya menjadi warna krem atau kecoklatan seta agak

berbutir-butir halus.

Serangan berat biasanya terjadi pada pertanaman sawi di musim

hujan, namun di musim kemarau pun, kadang-kadang terjadi

serangan memfatal. Untuk mengurangi serangan penyakit ini,

cara pengendalian non-kimiawi antara lain memperbaiki

drainase tanah, yakni dengan cara memperdalam selokan ± 40

cm, dan mencabut tanaman yang terserang untuk secepatnya

dimusnahkan (Rukmana, 1994).

 Akar Pekuk (Plasmodiophora brassica Wor)

Penyebab penyakit ini adalah cendawan yang dapat hidup

sebagai saprofit dalam tanah, dan menular (menyebar) melalui


(40)

bantuan air (irigasi), alat-alat pertanian, bibit tanaman, binatang,

tanaman inang (famili Cruciferae).

Gejala serangannya dapat diamati pada bagian akar bawah

permukaan tanah maupun tanaman di atas permukaan tanah.

Pada akar tanaman yang terserang biasanya terjadi

pembengkakan yang bentuk dan ukurannya tidak beraturan

mirip gada. Tanaman di atas permukaan tanah tampak layu,

terutama pada siang hari. Meskipun pada malam harinya segar

kembali, namaun lambat laun pertumbuhan menjadi kerdil dan

akhirnya akan mati.

Pengendalian penyakit akar pekuk dapat dilakukan secara

terpadu, yaitu meliputi : perlakuan perendaman benih dengan

larutan ekstrak umbi ataupun daun bawang putih 8% selama 2

jam, sterilisasi media semai dengan cara di kukus atau

menggunakan fungisida, pengapuran tanah dengan bahan kapur

pertanian (Kaptan, Dolomit, Zeloit/Zeagro, dll), sebanyak 2-4

ton/hektar pada 15-30 hari sebelum tanam (Rukmana, 1994).

 Rebah Semai atau Rebah Kecambah (damfing off)

Penyebabnya adalah cendawan Rhizoctonia solani Ikuhn dan

Phytium sp.

Gejala serangan penyakit ini adalah bibit di persemaian


(41)

22

permukaan tanah bercak-bercak berwarna coklat sampai hitam

dan mengecil, sehingga bibit menjadi rebah.

Pengendaliannya adalah menggunakan persemaian yang bebas

patogen penyakit tersebut, dan juga melakukan sterilisasi media

persemaian (Rukmana, 1994).

6) Manfaat Tanaman Sawi Caisim

Tanaman caisim mengadung barbagai macam manfaat yang baik

untuk tubuh manusia. Manfaat yang terdapat di tanaman bayam, antara

lain :

a. Mencegah Resiko Penyakit Jantung

Tanaman sawi sangat beragam khasiatnya bagi kesehatan seperti

mencegah diabetes, antianemia, dan mencegah pengeroposan tulang.

Tanaman sawi dengan kandungan vitamin C sangat baik untuk

mencegah penyakit jantung. Tanaman sawi juga mengandung niasin

(vitamin B3), yang dapat menurunkan kadar kolesterol jahat dan

meningkatkan kadar kolesterol baik. Niasin berfungsi meningkatkan

sistem peredaran darah.

Tanaman sawi juga mengandung vitamin K yang tinggi, yaitu

mencapai 419,3 mikrogram per 100 gram sawi. Mengonsumsi satu

porsi sayur sawi sudah memenuhi kebetuhan tubuh akan vitamin K.

Vitamin ini sangat penting dalam pembekuan darah sehingga disebut

sebagai vitamin koagulasi. Sebab itu, sawi sangat baik dalam


(42)

pertahanan tubuh melawan luka pada sistem peredaran darah.

Vitamin K dalam sayuran sawi juga dapat mencegah penyakit

degeneratif seperti jantung dan stroke serta mencegah pengerasan

pembuluh darah (Kaleka, 2013).

b. Anti Kanker

Tanaman sawi merupakan sayur antikanker prostat, payudara, usus

besar, paru-paru, saluran kandung kemih, dan ginjal. Konsumsi 3

porsi sayur sawi dapat menurunkan resiko kanker prostat dibanding

hanya 1 porsi perminggu. Konsumsi sayur sawi sebanyak 1-2 porsi

perhari mampu menurunkan resiko kanker payudara sebesar 20-40%

(Kaleka, 2013).

c. Antikolesterol Jahat

Tanaman sawi mengandung antioksidan alamiah seperti vitamin C

dan betakaroten. Semuanya sangat baik untuk mencegah kolesterol,

penyakit jantung, dan menghambat terjadinya oksidasi kolesterol

LDL.

Antioksidan sangat penting untuk melindungi lapisan dalam

pembuluh darah terhadap serangan radikal bebas yang membentuk

lapisan karat lemak yang menyumbat pembuluh darah.

Kandungan serat pangan yang tinggi pada sawi sangat dibutuhkan


(43)

24

saluran usus akan mengikat prosuk akhir kolesterol, yaitu asam

empedu, dan mengeluarkannya bersama tinja (Kaleka, 2013).

C. Pupuk Cair

Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya

terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman atau kotoran hewan yang

telah melalui proses rekayasa dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan

untuk mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan

biologi tanah (Simanungkalit, 2006). Menurut Yuliarti (2009) pupuk oganik

merupakan hasil akhir dari penguraian bagian-bagian atau sisa tanaman dan

binatang (makhluk hidup) misalnya pupuk kandang, pupuk hijau, kompos,

bungkil, guano, dan lain sebagainya. Agar dapat disebut sebagai pupuk

organik, pupuk yang dibuat dari bahan alami tersebut harus memenuhi

beberapa persyaratan antara lain:

 Zat N harus dalam bentuk senyawa organik yang dapat dengan mudah diserap oleh tanaman

 Pupuk tersebut tidak meninggalkan sisa asam organik didalam tanah

 Mempunyai kadar C organik yang tinggi seperti hidrat arang Pupuk organik memiliki banyak keunggulan, antara lain:

 Dapat memperbaiki struktur tanah

 Memiliki kandungan unsur hara makro dan mikro yang lengkap

 Ramah lingkungan

 Murah dan mudah didapat bahkan dapat dibuat sendiri


(44)

 Mampu menyerap dan menampung air lebih lama dibanding dengan pupuk anorganik

 Membantu meningkatkan julah mikroorganisme pada media tanaman, sehingga dapat meningkatkan unsur hara pada tanaman (Pranata, 2004).

Pupuk organik dapat meningkatkan anion-anion utama untuk

pertumbuhan tanaman seperti nitrat, fosfat, sulfat, borat, dan klorida serta

meningkatkan ketersediaan hara makro untuk kebutuhan tanaman dan

memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Pupuk organik cair

merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak beredar di pasaran. Pupuk

organik cair lebih mudah terserap oleh tanaman karena unsur-unsur di

dalamnya sudah terurai. Tanaman menyerap hara terutama melalui akar

namun daun juga memiliki kemampuan menyerap hara, oleh sebab itu pupuk

cair dapat disemprotkan pada daun. Keuntungan dari penggunaan pupuk

organik cair, kita dapat melakukan tiga macam proses dalam sekali pekerjaan,

yaitu memupuk tanaman, menyiram tanaman, dan mengobati tanaman

(Yuliarti, 2009).

D. Effective Microorganisme 4 (EM4)

Pembuatan kompos/pupuk organik tidak terlepas dari proses

pengomposan yang diakibatkan oleh mikroba yang berperan sebagai pengurai

atau dekomposer berbagai limbah organik yang dijadikan bahan pembuat

kompos. Aktivator mikroba memiliki peranan penting karena digunakan


(45)

26

produk-produk dekomposer untuk mempercepat proses pengomposan

misalnya EM-4, orgaDec, M-Dec, Probion, dan lain-lain. EM-4 merupakan

kultur campuran mikroorganisme yang menguntungkan dan bermanfaat bagi

kesuburan tanah maupun pertumbuhan dan produksi tanaman, serta ramah

lingkungan. Mikroorganisme yang ditambahkan akan membantu

memperbaiki kondisi biologis tanah dan dapat membantu penyerapan unsur

hara. EM-4 mengandung mikroorganisme fermentasi dan sintetik yang terdiri

dari bakteri asam laktat (Lactobacillus sp), bakteri fotosintetik

(Rhodopseudomonas sp), Actinomycetes sp, Streptomicetes sp, dan ragi

(yeast) atau yang sering digunakan dalam pembuatan tahu (Utomo, 2007 ).

EM-4 mempunyai beberapa manfaat diantaranya:

 Memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis tanah

 Meningkatkan ketersediaan nutrisi dan senyawa organik pada tanah.

 Mempercepat pengomposan sampah organik atau kotoran hewan.

 Membersihkan air limbah dan meningkatkan kualitas air pada perikanan.

 Menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dan meningkatkan produksi tanaman serta menjaga kestabilam produksi (Utomo, 2007).

E. Mengukur Pertumbuhan Tanaman

Pertumbuhan adalah suatu perkembangan yang progresif dari suatu

organisme. Pertumbuhan tanaman ditentukan oleh faktor dalam tanaman dan

faktor lingkungannya. Pertumbuhan pada tanaman dapat dilakukan dengan


(46)

mengukur tinggi tanaman, dan jumlah daun. Tolak ukur yang digunakan

sebagai berikut :

a) Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman merupakan salah satu parameter pertumbuhan tanaman.

Tanaman setiap waktu terus tumbuh yang menunjukkan telah terjadi

pembelahan dan pembesaran sel. Pertumbuhan tanaman sangat

dipengaruhi oleh faktor lingkungan, fisiologi, dan genetik tanaman

(Fahrudin, 2009).

b) Jumlah Daun

Daun merupakan organ tanaman tempat mensistensis makanan untuk

kebutuhan tanaman maupun sebagai cadangan makanan. Daun

memiliki klorofil yang berperan dalam melakukan fotosintesis.

Semakin banyak jumlah daun, maka tempat untuk melakukan proses

fotosintesis lebih banyak dan hasilnya lebih banyak juga (Fahrudin,

2009).

c) Berat Basah

Berat basah adalah berat suatu tanaman setelah panen. Berat basah

masih mengandung kadar air dari tanaman sawi caisim. Setiap sampel

ditimbang pada saat setelah panen menggunakan timbangan analitik.

d) Berat Kering

Berat kering tanaman adalah berat suatu tanaman setelah melewati

beberapa tahapan proses pengeringan. Berat kering tanaman menjadi


(47)

28

mengindikasikan pola tanaman mengakumulasi produk dari proses

fotosintesis. Cara mengukur berat kering tanaman (dikeringkan dengan

oven) adalah tanaman yang akan diukur berat keringnya, dikeringkan

terlebih dahulu dan dimasukkan ke dalam amplop, kemudian diberi

label (identitas) yang jelas. Oven dinyalakan disetting 800C, tanaman di

dalam amplop dimasukkan ke dalam oven dengan posisi “berdiri”.

Tanaman yang sudah kering diambil kemudian ditimbang. Lakukan 3

kali pengulangan penimbangan, kemudian lakukan kalibrasi setiap kali

penimbangan. Berat kering yang benar jika angka dari hasil

pengulangan penimbangan konstan. Setelah didapatkan berat kering,

tanaman bisa disimpan di dalam inkubator.

F. Nutrisi untuk Pertumbuhan

Nutrisi adalah unsur yang dibutuhkan oleh makhluk hidup. Nutrisi

yang dibutuhkan tanaman atau tumbuhan dapat dilacak antara lain dari

komposisi kimia penyusun suatu tanaman atau tumbuhan tersebut, karena

sebagian besar massa organik suatu tumbuhan berasal dari CO2 udara, juga

tergantung pada kandungan nutrien tanah dalam bentuk air dan mineral.

Komposisi tumbuhan terdiri atas :

 95% berupa bahan organik, dalam bentuk karbohidrat (termasuk sellulosa dari dinding sel), senyawa sulful, nitrogen dan fosfat.

 5% berupa bahan anorganik


(48)

Tumbuhan memerlukan kombinasi yang tepat dari berbagai nutrisi

untuk tumbuh, berkembang dan bereproduksi. Ketika tumbuhan mengalami

malnutrisi, tumbuhan menunjukkan gejala-gejala tidak sehat. Nutrisi yang

terlalu sedikit atau yang terlalu banyak dapat menimbulkan masalah.

Berdasarkan jumlah kebutuhan nutrisi tumbuhan, maka dapat dikategorikan

menjadi 2 kelompok, yaitu :

1) Makronutrien

Makronutrien adalah elemen-elemen yang dibutuhkan tumbuhan dalam

jumlah banyak, yaitu nitrogen, kalsium, potasium, sulfur, magnesium,

dan fosfor.

Tabel 3. Makronutrien

Unsur Bentuk yang

tersedia bagi tumbuhan

Fungsi Utama

Karbon (C) CO2 Komponen utama dari senyawa

organik

Oksigen (O) CO2; H2O Komponen utama dari senyawa

organik Hidrogen

(H)

H2O Komponen utama dari senyawa

organik

Nitrogen (N) NO3; NH4 Komponen dari asam nukleat,

protein, hormon, klorofil, dan koenzym


(49)

30

Unsur Bentuk yang

tersedia bagi tumbuhan

Fungsi Utama

Fosfat (P) H2PO4; HPO4 Komponen dari asam nuleat,

fosfolipid, ATP dan beberapa koenzym

Kalium (K) K Kofaktor dalam sintesis protein, mengatur keseimbangan air, membuka dan menutup stomata Kalsium (Ca) Ca Pembentukan, pembuatan, dan

kestabilan dinding sel, mengatur struktur dan preabilitas membn, aktivator beberapa enzim, regulator respon sel terhadap stimulus

Magnesium (Mg)

Mg Komponen dari klorofil, aktivator enzim

2) Mikronutrien

Mikronutrien adalah elemen-elemen yang dibutuhkan tumbuhan dalam

jumlah sedikit, seperti besi, boron, mangan, seng, tembaga, klor dan

molybdenum


(50)

Tabel 4. Mikronutrien

Unsur Bentuk yang tersedia bagi tumbuhan

Fungsi Utama

Klor (Cl) Cl Diperlukan pada tahap penguraian air dalam fotosintesis, mengatur keseimbangan air

Besi (Fe) Fe Komponen dari sitokrom, aktivator beberapa enzim

Boron (B) H2BO3 Kofaktor dalam sintesis klorofil,

terlibat dalam transport karbohidrat dan sintesis asam nukleat

Mangan (Mn)

Mn Aktif dalam pembentukan asam amino, aktivator beberapa enzim, diperlukan dalam tahapan penguraian air dalam fotosintesis Seng (Zn) Zn Aktif dalam pembentukan asam

amino, aktivator beberapa enzim Kuprum (Cu) Cu Komponen dari banyak enzim,

reaksi redoks dan biosintesis lignin

Molybdunum (Mo)

MoO4 Essensial untuk fiksasi nitrogen,

kofaktor dalam reduksi nitrat

Baik makro dan mikronutrien diperoleh pada bagian akar tumbuhan melalui

tanah. Akar tumbuhan memerlukan kondisi tertentu untuk dapat mengambil

nutrisi-nutrisi tersebut dari dalam tanah. Pertama, tanah harus lembab


(51)

32

harus berada dalam rentan dimana nutrien dapat dilepaskan dari molekul

tanah. Ketiga, suhu tanah harus berada dalam rentan dimana pengambilan

nutrien oleh tanah terjadi. Suhu, pH dan kelembaban optimum untuk tiap

spesies tumbuhan berbeda. Hal ini menyebabkan nutrien tidak dapat

dipergunakan oleh tumbuhan meskipun nutrien tersebut tersedia di dalam

tanah. Pertumbuhan tanaman tidak hanya dikontrol oleh faktor internal tetapi

juga ditentukan oleh faktor eksternal. Unsur hara essensial adalah unsur-sur

yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Apabila unsur tersebut tidak

tersedia bagi tanaman, maka tanaman akan menunjukkan gejala kekurangan

unsur tersebut dan pertumbuhan tanaman akan terhambat (Fadli, 2013).

G. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang pernah dilakukan berjudul Pemanfaatan Limbah Tahu

untuk Peningkatan Hasil Tanaman Petsai (Brassica chinensis). Dalam

penelitian ini, tujuan yang digunakan adalah mengetahui pengaruh limbah

tahu untuk hasil tanaman Petsai (Brassica chinensis) dan mengetahui

konsentrasi limbah tahu pada hasil tanaman Petsai (Brassica chinensis).

Terdapat 20 tanaman Petsai ditanam di dalam 20 pot dengan diberikan limbah

padat dan limbah cair tahu dengan konsentrasi 10%, 20% dan 30%. Hasil

pengamatan yang di dapat dalam perlakuan limbah padat dan limbah cair

dianalisis. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Anova dan

dilanjutkan dengan menggunakan test Duncan Multiple Range Test (DMRT)

dengan level 5% significant. Hasil statistik yang diperoleh pada limbah padat


(52)

tahu adalah konsentrasi 10% adalah 94,06%, konsentrasi 20% adalah

325,70% dan konsentrasi 30% adalah 176,11%. Sedangkan pada limbah cair

tahu adalah konsentrasi 10% adalah 41,26%, konsentrasi 20% adalah 64,34%

dan konsentrasi 30% adalah 1,76% (Asmoro, 2008).

H. Kerangka Berpikir

Air limbah tahu diketahui memiliki kandungan unsur hara yang

dibutuhkan oleh tanaman antara lain Pb, Ca, Fe, Cu dan Na. Kandungan

unsur-unsur tersebut, dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan

tanaman. Pemberian fermentasi cair air limbah tahu sebagai pupuk pada

tanaman sawi caisim dapat menjadi tambahan kebutuhan unsur hara sehingga

tanaman sawi caisim dapat tumbuh secara optimal.

I. Hipotesa

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka berpikir dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1) Air limbah tahu berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman sawi

caisim (Brassic a juncea L.).

2) Air limbah tahu dapat memberikan pertumbuhan optimal pada


(53)

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang bertujuan

untuk mengetahui pengaruh pemberian air limbah tahu untuk pertumbuhan

tanaman sawi caisim. Adapun variabel-variabel yang digunakan sebagai

berikut :

1) Variabel kontrol : Benih tanaman sawi, media tanam, umur tanaman,

dan waktu penyiraman

2) Variabel bebas : Konsentrasi air limbah tahu yaitu 10%, 20% dan 30%

3) Variabel terikat : Pertumbuhan tanaman sawi meliputi tinggi tanaman,

jumlah daun, berat basah dan berat kering.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai pada April-Juni 2015 yang

pelaksanaannya dilakukan di Kebun Anggur Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta dan Laboratorium Pusat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

C. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polybag, cangkul,

ember, paranet, plastik, paku, kawat, bambu, sekop, gunting, gayung,

handsprayer, neraca analitik, oven listrik, pengaduk, timbangan, botol


(54)

mineral, pH meter, gelas ukur dan alat-alat lain yang mendukung

pelaksanaan penelitian ini.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih

tanaman caisim (Brassica juncea L.), air limbah tahu, EM4, tanah, air,

peptisida organik, tetes tebu, katul, tanah bambu, air dan alumunium foil.

D. Cara Kerja

1. Penelitian di Lapangan a) Penanaman Sawi

1) Persemaian Tanaman Sawi Caisim

Penelitian di lapangan di mulai dengan persemaian. Persemaian

dilakukan pada tanggal 15 April 2015 dengan menanam benih

tanaman caisim (Brassica juncea L.) pada polybag ukuran

25x25 cm. Media tanam yang digunakan berupa tanah. Media

semai atau tempat persemaian sebelum di tanam benih disiram

air terlebih dahulu hingga lembab. Setelah itu, benih disebarkan

pada polybag yang sudah diisi dengan media tanam.

2) Pengolahan Lahan dan Media Tanam (Tanah)

Pengolahan lahan dilakukan pada tanggal 20 April 2015.

Pengolahan lahan diawali dengan membersihkan areal dari

gulma dan tanaman yang telah mati. Kemudian lahan tersebut

dibuat dirumah-rumahan untuk tempat penanaman. Lahan


(55)

36

Pengolahan media tanam dilakukan pada tanggal 25-26 April

2015. Pengolahan media tanamnya (tanah) berupa campuran

tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1. Polybag

yang digunakan untuk mengisi media tanam berukuran 35x35

cm.

3) Pemindahan Bibit (Penanaman)

Pemindahan bibit dilakukan pada tanggal 1 Mei 2015. Setelah

tanaman sawi caisim tumbuh, dipilih tanaman yang seragam

sebanyak 50 tanaman dan dipindahkan ke dalam polybag yang

telah disiapkan. Tanaman sawi yang dipilih tinggi dan jumlah

daunnya harus sama agar pada saat perlakuan tanaman yang

digunakan seragam pertumbuhannya.

4) Aklimatisasi

Aklimatisasi dilakukan selama 6 hari, mulai dari pemindahan

bibit tanaman sampai diberikan perlakuan air limbah tahu.

Aklimatisasi dilakukan untuk memberikan penyesuaian atau

adaptasi terhadap tanaman setelah pemindahan ke polybag.

5) Penyisipan

Penyisipan (penyulaman) dilakukan guna mengganti tanaman

yang rusak akibat hama, penyakit, ataupun kerusakan

mekanisme yang lainnya. Penyisipan dilakukan paling lama 12

hari setelah pindah tanam.


(56)

6) Pemberian Perlakuan

Pemberian perlakuan dilakukan pada tanggal 7 Mei 2015.

Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kontrol

(air), air limbah tahu (dosis berbeda-beda), dan pupuk cair EM4.

Setiap perlakuan terdapat 10 replikasi tanaman, sehingga

seluruh tanaman sebanyak 50 tanaman.

7) Pemeliharaan

 Penyiraman

Penyiraman air limbah tahu dilakukan pada hari Senin dan

Kamis yaitu pukul 16.00-17.00 WIB secara merata pada

seluruh tanaman dengan menggunakan gelas ukur dan

gayung.

 Penyiangan

Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan

mencabut gulma yang tumbuh di sekitar polybag maupun

lahan tanam.

 Pencegahan Hama

Usaha untuk mencegah serangan hama dilakukan dengan

menyemprotkan peptisida organik “PESONA” PT. Natural Nusantara dengan konsentrasi yang telah dianjurkan.

8) Pengukuran Pertumbuhan Tanaman

Tanaman sawi caisim mulai diukur saat pada tanggal 5 Mei


(57)

38

seminggu 2 kali pengukuran. Pengukuran dilakukan setiap hari

selasa dan jumat. Data yang diamati adalah tinggi tanaman dan

jumlah daun pada masing-masing perlakuan.

9) Panen

Pemanenan dilakukan pada saat tanaman berumur 32 hari

setelah tanam.

b) Pembuatan Mol

Langkah kerja sebagai berikut : menyiapkan alat dan bahan yang

akan digunakan terlebih dahulu. Menimbang katul sebanyak 2 kg

dan tanah bambu sebanyak 2 kg. Masukkan tetes tebu sebanyak 2

botol dan tambahkan air sebanyak 120 liter, kemudian aduk hingga

tercampur. Tutup rapat-rapat dan didiamkan hingga ± 1 minggu,

kemudian siap digunakan.

c) Fermentasi Air Limbah Tahu

Langkah kerja sebagai berikut : siapkan alat dan bahan yang akan

digunakan terlebih dahulu. Cuci botol mineral hingga bersih,

kemudian siapkan air limbah tahu sebanyak 500 ml dan masukkan

ke dalam botol mineral. Tambahkan mol yang sudah jadi sebanyak

500 ml ke dalam botol mineral tersebut. Tutup botol mineral hingga

rapat dan kocok sampai tercampur. Diamkan selama 1 hari dan


(58)

fermentasi air limbah tahu siap digunakan untuk penyiraman.

Fermentasi air limbah tahu dibuat sekali untuk selama penyiraman.

2. Pengamatan di Laboratorium a. Penimbangan Berat Basah

Setelah selesai panen maka tanaman sawi caisim (Brassica juncea

L.) ditimbang menggunakan timbangan analitik. Penimbangan

dilakukan pada setiap masing-masing perlakuan kemudian dicatat

hasilnya kedalam tabel.

b. Berat Kering Tanaman

Tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.) yang telah dijemur di

bawah sinar matahari kemudian di oven selama 48 jam. Sebelum di

oven, tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.) dibungkus terlebih

dahulu dengan menggunakan alumunium foil setiap perlakuan dan

berikan label pada masing-masing perlakuan. Hal ini bertujuan untuk

memudahkan pada saat penimbangan dan pendataan. Setelah 48 jam,

tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.) diangkat dan kemudian

ditimbang pada timbangan analitik. Penimbangan ini dilakukan

sampai berat sawi konstan.

E. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan percobaan dalam polybag yang dilakukan di


(59)

40

berkelompok atau Randomized Complete Blok Design (RCBD). Adapun

kombinasi perlakuan yaitu 3 perlakuan, sebagai berikut :

 Kelompok 1 : Kontrol

K = 1000 ml air  100 ml/tanaman dilakukan setiap hari senin dan kamis.

 Kelompok 2 : Air Limbah Tahu

Konsentrasi 10% = 100 ml/liter 100 ml/tanaman dilakukan setiap hari senin dan kamis.

Konsentrasi 20% = 200 ml/liter  100 ml/tanaman dilakukan setiap hari senin dan kamis.

Konsentrasi 30% = 300 ml/liter  100 ml/tanaman dilakukan setiap hari senin dan kamis.

 Kelompok 3 : EM4 (Kontrol positif)

EM4 = 10 ml/liter  100 ml/tanaman dilakukan setiap hari senin dan kamis.

Jumlah replikasi (blok) = 10 replikasi

Jumlah plot (blok) = 5 plot

Jumlah seluruh plot = 50 plot

Jumlah tanaman/plot = 10 tanaman

Jumlah seluruh tanaman = 50 tanaman


(60)

F. Desain Penelitian

Desain eksperimen pada penelitian ini yaitu menggunakan 3

perlakuan. Perlakuan yang digunakan air limbah tahu dengan konsentrasi

yang berbeda-beda yaitu 10%, 20% dan 30%. Konsentrasi 10% diperlukan

100 ml/liter. Konsentrasi 20% diperlukan 200 ml/liter. Konsentrasi 30%

diperlukan 300 ml/liter. Jadi, pada ini setiap tanaman mendapatkan 100 ml

setiap kali menyiram. Perlakuan air limbah tahu menggunakan 10 replikasi

setiap konsentrasi, sehingga semua replikasi yang digunakan pada perlakuan

air limbah tahu adalah 30 replikasi untuk 3 konsentrasi yang berbeda.

Penyiraman dilakukan 2 kali seminggu yaitu hari Senin dan Kamis.

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan selama perlakuan terhadap tanaman.

Data dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah

dan berat kering. Pengumpulan data dilakukan setiap satu minggu dua kali

yaitu hari Selasa dan hari Jumat. Untuk mengetahui tinggi tanaman, peneliti

menggunakan alat ukur berupa mistar (penggaris) untuk pengukuran tinggi

tanaman sawi caisim. Pengukuran dilakukan dari pangkal batang sampai

bagian ujung daun tanaman. Pengukuran dilakukan seminggu 2 kali yaitu

pada hari Selasa dan hari Jumat. Untuk mengetahui jumlah daun dengan

menghitung jumlah daun dari daun pertama sampai daun yang telah

membuka secara sempurna. Untuk mengetahui berat basah tanaman


(61)

42

selesai yaitu dilakukan diakhir penelitian. Tanaman dibersihkan kemudian

ditimbang sebelum lalu, penimbangan berat basah tanaman dilakukan dengan

menimbang semua tanaman berdasarkan perlakuan dan memberikan label

(tanda) agar memudahkan dalam penimbangan. Sedangkan untuk berat

kering, tanaman dikeringkan selama 2 hari dibawah sinar matahari.

Kemudian, dilakukan pengovenan pada tanaman sawi caisim. Sebelum di

oven, tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.) dibungkus terlebih dahulu

dengan menggunakan alumunium foil setiap perlakuan dan berikan label pada

masing-masing perlakuan. Tanaman sawi yang telah di oven, kemudian di

timbang sampai berat tanaman konstan.

H. Analisis Data

Setelah data diperoleh untuk mendapatkan hasil yang sesuai dan

signifikan maka dilakukan pengujian. Pengujian data dilakukan dengan Uji

Anova. Uji Anova bertujuan untuk mengetahui apakah data berbeda secara

statistik atau tidak. Syarat untuk melakukan Uji anova adalah Uji Normalitas

(Test of Normality) dan Uji Homogenitas (Test of Homogeneity of variance).

Jika dari hasil Uji Anova menunjukkan bahwa data berbeda secara statistik

maka dilanjutkan dengan Uji Duncan. Uji Duncan atau dikenal juga dengan

Duncan Multile Range Test (DMRT) merupakan uji lanjut dari statistik jika

sampel data dari Uji Anova menunjukkan data berbeda secara statistik.


(62)

43

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berikut ini adalah hasil dari pengamatan pengaruh pemberian air

limbah tahu terhadap pertumbuhan tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.)

dari hari ke-0 sampai hari ke-32. Setiap perlakuan terdapat 10 replikasi

tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.). Dalam penelitian ini, parameter

yang digunakan adalah tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat

kering tanaman. Penyiraman perlakuan dilakukan setiap hari Senin dan hari

Kamis. Pengukuran tanaman dilakukan seminggu 2 kali yaitu setiap hari

Selasa dan hari Jumat. Selain pengukuran tinggi tanaman dan jumlah daun,

terdapat pengukuran lain yaitu pengukuran pH tanah dan kelembaban tanah

setiap perlakuan.

1. Morfologi Tanaman a) Tinggi Tanaman

Data hasil pengamatan menunjukkan bahwa adanya

perbedaan tinggi tanaman antara beberapa perlakuan yaitu kontrol,

air limbah tahu 10%, air limbah tahu 20%, air limbah 30% dan EM4.

Perbedaan antara beberapa perlakuan tersebut dapat dilihat pada


(63)

44

Gambar 2. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Sawi Pada Beberapa Perlakuan

Gambar 2 menunjukkan bahwa tinggi tanaman tertinggi diperoleh

perlakuan air limbah tahu 20% yaitu 31,59 cm. Sedangkan tinggi tanaman

terendah diperoleh pada perlakuan kontrol yaitu 23,41 cm. Apabila ditinjau secara

keseluruhan pada perlakuan gambar diatas, maka perlakuan air limbah tahu 20%

tinggi tanaman sawi caisim lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain.

Urutan tinggi tanaman dari yang tertinggi hingga terendah yaitu perlakuan Air

Limbah Tahu 20%, Air Limbah Tahu 30%, Air Limbah Tahu 10%, EM4 dan

Kontrol. Hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan antar perlakuan pada

tinggi tanaman caisim.

Pada perhitungan dengan menggunakan uji ANOVA diperoleh hasil

sebagai berikut: 0 5 10 15 20 25 30 35 05 -May 07 -May 09 -May 11 -May 13 -May 15 -May 17 -May 19 -May 21 -May 23 -May 25 -May 27 -May 29 -May Kontrol

Air limbah tahu 10% Air Limbah Tahu 20% Air Limbah Tahu 30% EM4


(64)

Tabel 5. Uji Anova Tinggi Tanaman

ANOVA

TinggiTanaman

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Between

Groups

510.753 4 127.688 4.995 .002

Within Groups 1150.258 45 25.561

Total 1661.011 49

Perhitungan yang digunakan adalah Uji Normalitas, Uji Homogenitas

dan Uji Anova. Pengujian ini menggunakan SPSS 16.0 dengan level confident

95% (0,05).

Uji normalitas dapat dilihat pada lampiran 1, pengujian normalitas pada

tinggi tanaman menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov. Pada perlakuan

kontrol, data menunjukkan p value (sig) = 0,946 > 0,05 sehingga H0 diterima

bahwa data diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Pada perlakuan

Air Limbah Tahu 10%, Air Limbah Tahu 20%, dan Air Limbah Tahu 30%,

data menunjukkan p value (sig) = 0,75 > 0,05 , p value (sig) = 0,993 > 0,05 dan

p value (sig) = 0,972 > 0,05 sehingga H0 diterima bahwa data diambil dari


(65)

46

menunjukkan p value (sig) = 0,955 > 0,05 sehingga H0 diterima bahwa data

diambil dari populasi yang berdistribusi normal.

Uji homogenitas dapat dilihat pada lampiran 1. Dari uji homogenitas,

menunjukkan bahwa p value (sig) = 0,013 < 0,05 maka H1 diterima sehingga

dapat disimpulkan bahwa variansi pada tiap kelompok data adalah tidak sama

(tidak homogen).

Berdasarkan uji analisis varian pada tabel 5, menunjukkan bahwa p

value (sig) adalah 0,002 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga

dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nyata pada tinggi tanaman antar

perlakuan. Pada uji ANOVA ini, data dikatakan signifikan apabila p value (sig)

< 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Hipotesis H0 adalah tidak

terdapat perbedaan antara Air Limbah Tahu dengan EM4 dan kontrol,

sedangkan H1 adalah perbedaan antara tinggi tanaman dengan Air Limbah

Tahu.

Berdasarkan hasil Uji Anova menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

dari tinggi tanaman pada masing-masing perlakuan maka dilanjutkan dengan

Uji Duncan. Hasil Uji Duncan dapat dilihat pada lampiran 1, dimana hasil Uji

Duncan didapatkan hasil bahwa pada perlakuan Air Limbah Tahu 20%

menunjukkan hasil beda nyata terhadap perlakuan Air Limbah Tahu 10%, Air

Limbah Tahu 30%, EM4 dan Kontrol. Hal ini berarti perlakuan yang baik

terhadap tinggi tanaman adalah perlakuan Air Limbah Tahu 20%.


(66)

b) Jumlah Daun (helai)

Data hasil pengamatan menunjukkan bahwa adanya pengaruh

jumlah daun (helai) antara beberapa perlakuan yaitu perlakuan kontrol, Air

Limbah Tahu 10%, Air Limbah Tahu 20%, Air Limbah Tahu 30% dan

EM4. Pengaruh antar perlakuan tersebut dapat dilihat pada kurva dibawah

ini :

Gambar 3. Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Sawi

Gambar 3 menunjukkan bahwa adanya peningkatan jumlah daun serta

penurunan jumlah daun pada setiap perlakuan tanaman sawi caisim. Penurunan

jumlah daun terjadi pada pengamatan tanggal 15 Mei 2015. Penurunan jumlah

daun ini terjadi pada semua perlakuan yaitu kontrol, Air Limbah Tahu 10%,

Air Limbah Tahu 20%, Air Limbah Tahu 30% dan EM4. Setelah pengamatan

pada tanggal tersebut, jumlah daun mengalami peningkatan atau pertambahan

kembali. Pada pengamatan terakhir yaitu pada tanggal 29 Mei 2015, jumlah

0 2 4 6 8 10 12

Kontrol ALT100ml ALT200ml ALT300ml EM4


(67)

48

daun tertinggi diperoleh perlakuan Air Limbah Tahu 20% yaitu 9,9. Sedangkan

jumlah daun terendah diperoleh perlakuan Air Limbah Tahu 30%.

Jika dillihat dari kurva diatas, dapat diketahui bahwa pertambahan

jumlah daun tanaman sawi caisim (Brassica juncea L.) memiliki hasil yang

berbeda-beda sehingga hasil kurvanya pun naik turun.

Pada perhitungan dengan menggunakan uji ANOVA diperoleh hasil

sebagai berikut :

Tabel 6. Uji Anova Jumlah Daun

ANOVA

JumlahDaun

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between

Groups

33.680 4 8.420 4.883 .002

Within Groups 77.600 45 1.724

Total 111.280 49

Perhitungan yang digunakan adalah Uji Normalitas dengan

menggunakan Uji Kolmogrorov-Smirnov, Uji homogenitas, dan Uji Anova.

Pengujian ini menggunakan SPSS 16.0 dengan level confident 95% (0,05).

Uji normalitas dapat dilihat pada lampiran 2, pengujian normalitas pada

jumlah daun menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov. Pada perlakuan kontrol,


(68)

data menunjukkan p value (sig) = 0,448 > 0,05 sehingga H0 diterima bahwa

data diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Pada perlakuan Air

Limbah Tahu 10%, Air Limbah Tahu 20%, dan Air Limbah Tahu 30%, data

menunjukkan p value (sig) = 0,375 > 0,05 , p value (sig) = 0,303 > 0,05 dan p

value (sig) = 0,49 > 0,05 sehingga H0 diterima bahwa data diambil dari

populasi yang berdistribusi normal. Sedangkan pada perlakuan EM4, data

menunjukkan p value (sig) = 0,809 > 0,05 sehingga H0 diterima bahwa data

diambil dari populasi yang berdistribusi normal.

Uji homogenitas dapat dilihat pada lampiran 2, dari uji homogenitas,

menunjukkan bahwa p value (sig) = 0,999 > 0,05 maka H0 diterima sehingga

dapat disimpulkan bahwa variansi pada tiap kelompok data adalah sama

(homogen). Kemudian, untuk menguji adanya perbedaan antar perlakuan

dilakukan menggunakan Uji One Way Anova menggunakan SPSS versi 16.0

dengan level confident 95% (0,05).

Berdasarkan uji analisis varian pada tabel 6 menunjukkan bahwa p

value (sig) adalah 0,002 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga

dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nyata pada tinggi tanaman antar

perlakuan. Pada uji ANOVA ini, data dikatakan signifikan apabila p value (sig)

< 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Hipotesis H0 adalah tidak

terdapat perbedaan antara Air Limbah Tahu dengan EM4 dan kontrol,

sedangkan H1 adalah perbedaan antara tinggi tanaman dengan Air Limbah


(69)

50

Berdasarkan hasil Uji Anova menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

dari jumlah daun pada masing-masing perlakuan maka dilanjutkan dengan Uji

Duncan. Hasil Uji Duncan dapat dilihat pada lampiran 2, dimana hasil Uji

Duncan didapatkan hasil bahwa pada perlakuan Air Limbah Tahu 20%

menunjukkan hasil beda nyata terhadap perlakuan Air Limbah Tahu 10%, Air

Limbah Tahu 30%, EM4 dan Kontrol. Hal ini berarti perlakuan yang baik

terhadap jumlah daun adalah perlakuan Air Limbah Tahu 20%.

c) Berat Basah

Data hasil pengamatan menunjukkan adanya perbedaan berat basah

pada setiap perlakuan. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada gambar

berikut ini :

Gambar 4. Berat Basah Pada Beberapa Perlakuan

0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000

Kontrol Air Limbah Tahu 10% Air Limbah Tahu 20% Air Limbah Tahu 30% EM4

Berat Basah (gram)

Berat Basah (gram)

Perlakuan B er at B as ah ( gr am )


(1)

LAMPIRAN 7

KISI-KISI PENULISAN SOAL POSTEST TAHUN AJARAN 2015/2016

Mata Pelajaran : Biologi Alokasi Waktu : 20 menit

Kelas/Program : XII IPA Bentuk Soal : Essay

Semester : 1 Jumlah Soal : 5

No Kompetensi Dasar Indikator Bentuk Soal

Ranah Kognitif Nomor Soal

3.1 Menganalisis hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan proses pertumbuhan dan perkembangan pada Mahluk Hidup berdasarkan hasil percobaan.

 Siswa mampu

mendeskripsikan proses

pertumbuhan dan

perkembangan tanaman

 Siswa mampu

mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh dalam pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman


(2)

 Siswa mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi proses

pertumbuhan dan

perkembangan pada tanaman

C1 (mengingat) 2

4.1 Merencanakan dan

melaksanakan percobaan tentang faktor luar yang

memengaruhi proses

pertumbuhan dan

perkembangan tanaman, dan melaporkan secara tertulis dengan menggunakan tatacara penulisan ilmiah yang benar.

 Siswa mampu membuat rancangan penelitian pengaruh faktor eksternal terhadap pertumbuhan pada tanaman

 Siswa mampu melaksanakan atau menjalankan penelitian (praktikum) pengaruh faktor eksternal terhadap pertumbuhan tanaman

C1 (memahami)

C4 (menganalisis)

4


(3)

LAMPIRAN 8 SOAL POSTEST

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan! (Skor 10)

2. Sebutkan 5 faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman! (Skor 10)

3. Sebutkan langkah-langkah melakukan percobaan menurut penulisan ilmiah secara berurutan! (Skor 10)

4. “Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup dan Faktor Luar yang mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman” dari judul karya ilmiah tersebut, tentukanlah :

a) Variabel bebas (Skor 5) b) Variabel terikat (Skor 5) c) Variabel kontrol (Skor 5)


(4)

Kunci Jawaban Soal Postest :

1. Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran, berat, serta jumlah sel yang bersifat tidak kembali pada keadaan semula. Sedangkan perkembangan adalah suatu proses pertumbuhan yang disertai dengan differensiasi, organogenesis sampai terbentuk organisme dewasa.

2. Faktor-faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan adalah Cahaya, Air, Kelembaban, Nutrisi dan pH.

3. Langkah-langkah Penulisan Ilmiah :

 Judul Penelitian

 Rumusan Masalah Penelitian

 Tujuan Penelitian

 Alat dan Bahan Penelitian

 Langkah-langkah Penelitian

 Hasil Penelitian

 Pembahasan

 Kesimpulan

 Daftar Pustaka

 Lampiran

4. “Pengaruh Pemberian Air Limbah Tahu Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi Caisim”

4) Variabel kontrol : Benih tanaman sawi, media tanam, pH tanah, kelembaban tanah, umur tanaman, dan waktu penyiraman

5) Variabel bebas : Dosis air limbah tahu

6) Variabel terikat : Pertumbuhan tanaman sawi meliputi tinggi tanaman, dan jumlah daun


(5)

Pedoman Penskoran Postest

1. Skor 10 = bila menjawab dengan benar dan meliputi 2 aspek yaitu pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman

Skor 5 = bila menjawab dengan benar dan meliputi 1 aspek saja Skor 0 = tidak menjawab atau jawaban tidak benar

2. Skor 5 = bila menyebutkan 5 faktor luar dan semua benar Skor 4 = bila hanya menyebutkan 4 faktor luar dengan benar Skor 3 = bila hanya menyebutkan 3 faktor luar dengan benar Skor 2 = bila hanya menyebutkan 2 faktor luar dengan benar Skor 1 = bila hanya menyebutkan 1 faktor luar dengan benar

Skor 0 = tidak menjawab satupun atau menjawab namun semua jawaban tidak benar

3. Skor 10 = bila menjawab dengan lengkap dan benar meliputi 10 aspek penulisan ilmiah

Skor 9 = bila menjawab dengan lengkap dan benar meliputi 9 aspek penulisan ilmiah

Skor 8 = bila menjawab dengan lengkap dan benar meliputi 8 aspek penulisan ilmiah

Skor 7 = bila menjawab dengan lengkap dan benar meliputi 7 aspek penulisan ilmiah

Skor 6 = bila menjawab dengan lengkap dan benar meliputi 6 aspek penulisan ilmiah

Skor 5 = bila menjawab dengan lengkap dan benar meliputi 5 aspek penulisan ilmiah

Skor 4 = bila menjawab dengan lengkap dan benar meliputi 4 aspek penulisan ilmiah


(6)

Skor 3 = bila menjawab dengan lengkap dan benar meliputi 3 aspek penulisan ilmiah

Skor 2 = bila menjawab dengan lengkap dan benar meliputi 2 aspek penulisan ilmiah

Skor 1 = bila menjawab dengan lengkap dan benar meliputi 1 aspek penulisan ilmiah

Skor 0 = tidak menjawab atau semua jawaban tidak benar

4. Skor 5 = bila menjawab dengan benar dan tepat

Skor 0 = tidak menjawab dengan benar dan tepat atau jawaban tidak benar

Skor total = Jumlah skor benar x 100