43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berikut ini adalah hasil dari pengamatan pengaruh pemberian air limbah tahu terhadap pertumbuhan tanaman sawi caisim Brassica juncea L.
dari hari ke-0 sampai hari ke-32. Setiap perlakuan terdapat 10 replikasi tanaman sawi caisim Brassica juncea L.. Dalam penelitian ini, parameter
yang digunakan adalah tinggi tanaman, jumlah daun, berat basah dan berat kering tanaman. Penyiraman perlakuan dilakukan setiap hari Senin dan hari
Kamis. Pengukuran tanaman dilakukan seminggu 2 kali yaitu setiap hari Selasa dan hari Jumat. Selain pengukuran tinggi tanaman dan jumlah daun,
terdapat pengukuran lain yaitu pengukuran pH tanah dan kelembaban tanah setiap perlakuan.
1. Morfologi Tanaman a Tinggi Tanaman
Data hasil pengamatan menunjukkan bahwa adanya perbedaan tinggi tanaman antara beberapa perlakuan yaitu kontrol,
air limbah tahu 10, air limbah tahu 20, air limbah 30 dan EM4. Perbedaan antara beberapa perlakuan tersebut dapat dilihat pada
kurva dibawah ini :
Gambar 2. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Sawi Pada Beberapa Perlakuan
Gambar 2 menunjukkan bahwa tinggi tanaman tertinggi diperoleh perlakuan air limbah tahu 20 yaitu 31,59 cm. Sedangkan tinggi tanaman
terendah diperoleh pada perlakuan kontrol yaitu 23,41 cm. Apabila ditinjau secara keseluruhan pada perlakuan gambar diatas, maka perlakuan air limbah tahu 20
tinggi tanaman sawi caisim lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain. Urutan tinggi tanaman dari yang tertinggi hingga terendah yaitu perlakuan Air
Limbah Tahu 20, Air Limbah Tahu 30, Air Limbah Tahu 10, EM4 dan Kontrol. Hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan antar perlakuan pada
tinggi tanaman caisim. Pada perhitungan dengan menggunakan uji ANOVA diperoleh hasil
sebagai berikut:
5 10
15 20
25 30
35
05 -May
07 -May
09 -May
11 -May
13 -May
15 -May
17 -May
19 -May
21 -May
23 -May
25 -May
27 -May
29 -May
Kontrol Air limbah tahu 10
Air Limbah Tahu 20 Air Limbah Tahu 30
EM4
Tabel 5. Uji Anova Tinggi Tanaman
ANOVA
TinggiTanaman Sum of
Squares Df
Mean Square F
Sig. Between
Groups 510.753
4 127.688
4.995 .002
Within Groups 1150.258
45 25.561
Total 1661.011
49
Perhitungan yang digunakan adalah Uji Normalitas, Uji Homogenitas dan Uji Anova. Pengujian ini menggunakan SPSS 16.0 dengan level confident
95 0,05. Uji normalitas dapat dilihat pada lampiran 1, pengujian normalitas pada
tinggi tanaman menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov. Pada perlakuan kontrol, data menunjukkan p value sig = 0,946 0,05 sehingga H0 diterima
bahwa data diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Pada perlakuan Air Limbah Tahu 10, Air Limbah Tahu 20, dan Air Limbah Tahu 30,
data menunjukkan p value sig = 0,75 0,05 , p value sig = 0,993 0,05 dan p value sig = 0,972 0,05 sehingga H0 diterima bahwa data diambil dari
populasi yang berdistribusi normal. Sedangkan pada perlakuan EM4, data
menunjukkan p value sig = 0,955 0,05 sehingga H0 diterima bahwa data diambil dari populasi yang berdistribusi normal.
Uji homogenitas dapat dilihat pada lampiran 1. Dari uji homogenitas, menunjukkan bahwa p value sig = 0,013 0,05 maka H1 diterima sehingga
dapat disimpulkan bahwa variansi pada tiap kelompok data adalah tidak sama tidak homogen.
Berdasarkan uji analisis varian pada tabel 5, menunjukkan bahwa p value sig adalah 0,002 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nyata pada tinggi tanaman antar perlakuan. Pada uji ANOVA ini, data dikatakan signifikan apabila p value sig
0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Hipotesis H0 adalah tidak terdapat perbedaan antara Air Limbah Tahu dengan EM4 dan kontrol,
sedangkan H1 adalah perbedaan antara tinggi tanaman dengan Air Limbah Tahu.
Berdasarkan hasil Uji Anova menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dari tinggi tanaman pada masing-masing perlakuan maka dilanjutkan dengan
Uji Duncan. Hasil Uji Duncan dapat dilihat pada lampiran 1, dimana hasil Uji Duncan didapatkan hasil bahwa pada perlakuan Air Limbah Tahu 20
menunjukkan hasil beda nyata terhadap perlakuan Air Limbah Tahu 10, Air Limbah Tahu 30, EM4 dan Kontrol. Hal ini berarti perlakuan yang baik
terhadap tinggi tanaman adalah perlakuan Air Limbah Tahu 20.
b Jumlah Daun helai
Data hasil pengamatan menunjukkan bahwa adanya pengaruh jumlah daun helai antara beberapa perlakuan yaitu perlakuan kontrol, Air
Limbah Tahu 10, Air Limbah Tahu 20, Air Limbah Tahu 30 dan EM4. Pengaruh antar perlakuan tersebut dapat dilihat pada kurva dibawah
ini :
Gambar 3. Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Sawi Gambar 3 menunjukkan bahwa adanya peningkatan jumlah daun serta
penurunan jumlah daun pada setiap perlakuan tanaman sawi caisim. Penurunan jumlah daun terjadi pada pengamatan tanggal 15 Mei 2015. Penurunan jumlah
daun ini terjadi pada semua perlakuan yaitu kontrol, Air Limbah Tahu 10, Air Limbah Tahu 20, Air Limbah Tahu 30 dan EM4. Setelah pengamatan
pada tanggal tersebut, jumlah daun mengalami peningkatan atau pertambahan kembali. Pada pengamatan terakhir yaitu pada tanggal 29 Mei 2015, jumlah
2 4
6 8
10 12
Kontrol ALT100ml
ALT200ml ALT300ml
EM4
daun tertinggi diperoleh perlakuan Air Limbah Tahu 20 yaitu 9,9. Sedangkan jumlah daun terendah diperoleh perlakuan Air Limbah Tahu 30.
Jika dillihat dari kurva diatas, dapat diketahui bahwa pertambahan jumlah daun tanaman sawi caisim Brassica juncea L. memiliki hasil yang
berbeda-beda sehingga hasil kurvanya pun naik turun. Pada perhitungan dengan menggunakan uji ANOVA diperoleh hasil
sebagai berikut : Tabel 6. Uji Anova Jumlah Daun
ANOVA
JumlahDaun Sum of
Squares df
Mean Square F
Sig. Between
Groups 33.680
4 8.420
4.883 .002
Within Groups 77.600
45 1.724
Total 111.280
49
Perhitungan yang digunakan adalah Uji Normalitas dengan menggunakan Uji Kolmogrorov-Smirnov, Uji homogenitas, dan Uji Anova.
Pengujian ini menggunakan SPSS 16.0 dengan level confident 95 0,05. Uji normalitas dapat dilihat pada lampiran 2, pengujian normalitas pada
jumlah daun menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov. Pada perlakuan kontrol,
data menunjukkan p value sig = 0,448 0,05 sehingga H0 diterima bahwa data diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Pada perlakuan Air
Limbah Tahu 10, Air Limbah Tahu 20, dan Air Limbah Tahu 30, data menunjukkan p value sig = 0,375 0,05 , p value sig = 0,303 0,05 dan p
value sig = 0,49 0,05 sehingga H0 diterima bahwa data diambil dari populasi yang berdistribusi normal. Sedangkan pada perlakuan EM4, data
menunjukkan p value sig = 0,809 0,05 sehingga H0 diterima bahwa data diambil dari populasi yang berdistribusi normal.
Uji homogenitas dapat dilihat pada lampiran 2, dari uji homogenitas,
menunjukkan bahwa p value sig = 0,999 0,05 maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variansi pada tiap kelompok data adalah sama
homogen. Kemudian, untuk menguji adanya perbedaan antar perlakuan dilakukan menggunakan Uji One Way Anova menggunakan SPSS versi 16.0
dengan level confident 95 0,05. Berdasarkan uji analisis varian pada tabel 6 menunjukkan bahwa p
value sig adalah 0,002 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan nyata pada tinggi tanaman antar
perlakuan. Pada uji ANOVA ini, data dikatakan signifikan apabila p value sig 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Hipotesis H0 adalah tidak
terdapat perbedaan antara Air Limbah Tahu dengan EM4 dan kontrol, sedangkan H1 adalah perbedaan antara tinggi tanaman dengan Air Limbah
Tahu.
Berdasarkan hasil Uji Anova menunjukkan bahwa terdapat perbedaan dari jumlah daun pada masing-masing perlakuan maka dilanjutkan dengan Uji
Duncan. Hasil Uji Duncan dapat dilihat pada lampiran 2, dimana hasil Uji Duncan didapatkan hasil bahwa pada perlakuan Air Limbah Tahu 20
menunjukkan hasil beda nyata terhadap perlakuan Air Limbah Tahu 10, Air Limbah Tahu 30, EM4 dan Kontrol. Hal ini berarti perlakuan yang baik
terhadap jumlah daun adalah perlakuan Air Limbah Tahu 20.
c Berat Basah
Data hasil pengamatan menunjukkan adanya perbedaan berat basah pada setiap perlakuan. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada gambar
berikut ini :
Gambar 4. Berat Basah Pada Beberapa Perlakuan
100 200
300 400
500 600
700 800
900 1000
Kontrol Air Limbah
Tahu 10 Air Limbah
Tahu 20 Air Limbah
Tahu 30 EM4
Berat Basah gram
Berat Basah gram
Perlakuan B
er at
B as
ah gr
am
Gambar 4 menunjukkan adanya perbedaan berat basah pada setiap perlakuan. Berat basah tertinggi diperoleh pada perlakuan Air Limbah
Tahu 20. Hal ini dibuktikan pada perlakuan Air Limbah Tahu 20 diperoleh hasil berat basah yaitu 908 gram, sedangkan berat basah
terendah diperoleh pada perlakuan EM4 yang memperoleh hasil berat basah hanya mencapai 421 gram. Urutan berat basah dari yang tertinggi
hingga terendah adalah Air Limbah Tahu 20, Air Limbah Tahu 30, Air Limbah Tahu 10, Kontrol dan EM4.
d Berat Kering
Data hasil pengamatan menunjukkan adanya perbedaan berat kering pada setiap perlakuan. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada
gambar berikut ini :
Gambar 5. Berat Kering Pada Beberapa Perlakuan
10 20
30 40
50 60
70 80
Kontrol Air
Limbah Tahu
10 Air
Limbah Tahu
20 Air
Limbah Tahu
30 EM4
Berat Kering gram
Berat Kering gram
Perlakuan B
er at
Ker in
g gr
am
Gambar 5 menunjukkan adanya perbedaan berat kering pada setiap perlakuan. Penimbangan berat kering tanaman sawi dilakukan dengan
menimbang semua tanaman berdasarkan perlakuan. Berat kering tertinggi diperoleh pada perlakuan Air Limbah Tahu 20. Hal ini dibuktikan pada
perlakuan Air Limbah Tahu 20 diperoleh hasil berat kering yaitu 76 gram, sedangkan berat basah terendah diperoleh pada perlakuan EM4 yang
memperoleh hasil berat basah hanya mencapai 29 gram. Urutan berat basah dari yang tertinggi hingga terendah adalah Air Limbah Tahu 20,
Air Limbah Tahu 30, Kontrol, Air Limbah Tahu 10 dan EM4.
B. Pembahasan