3. Evaluasi kualitas
a. Karakteristik fisik gel
Terdapat beberapa uji untuk mengetahui karakteristik sifat fisik gel, antara lain:
1 Organoleptis: uji ini dilakukan untuk melihat fisik gel secara visual.
Aspek yang diamati antara lain warna, bau, homogenitas, dan tekstur Muzzafar, Singh, and Chauhan, 2013.
2 Pengukuran pH: pengukuran pH dilakukan untuk melihat perubahan
pH saat awal dan akhir uji stabilitas. Kulit manusia memiiki pH asam antara 4,5-6,5. Jika sediaan topikal memiliki pH di atas pH
kulit manusia maka kulit menjadi kering sedangkan di bawah pH kulit manusia maka akan iritasi Muzzafar, Singh, and Chauhan,
2013. 3
Daya sebar: merupakan kemampuan suatu sediaan yang diaplikasikan pada area tertentu untuk menyebar di tempat aplikasi
dan merupakan aspek yang bertanggung jawab terhadap keefektifan, penerimaan pasien dalam penggunaan sediaan, dan ketepatan
transfer dosis atau melepaskan zat aktifnya. Daya sebar berhubungan dengan sudut kontak antara sediaan dengan tempat aplikasinya yang
menunjukkan kelicinan sediaan, yang berhubungan dengan koefisien gesekan Garg et al., 2002. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya
sebar yaitu rigiditas sediaan, lama tekanan, suhu tempat target, viskositas, dan laju penguapan pelarut. Acceptability tergantung dari
mudah tidaknya gel tersebut dikeluarkan dari tempatnya, kemampuan gel menyebar rata, dan menghasilkan efek yang optimal
terjaga Garg et al., 2002. 4
Viskositas: merupakan tahanan bagi cairan untuk mengalir, semakin tinggi viskositas maka semakin besar tahanannya Sinko, 2006.
Pengukuran viskositas dilakukan untuk mengetahui sifat alir dan deformasi, sehingga produk dapat diaplikasikan dan diterima oleh
pasien dengan baik Herh, Tkachuk, Wu, Bernzen, and Rudolph, 1998. Semakin kental suatu cairan, semakin besar tahanannya
sehingga butuh energi yang lebih besar untuk membuat cairan tersebut mengalir pada kecepatan tertentu Sinko, 2006. Evaluasi
viskositas merupakan karakteristik formulasi sediaan semisolid yang sangat penting karena viskositas menentukan lama tinggal sediaan di
kulit sehingga obat dapat terpenetrasi dengan baik. Viskositas dapat diukur dengan menggunakan berbagai jenis viskometer berdasarkan
kebutuhan vormulator Garg et al., 2002. b.
Stabilitas gel Tujuan uji stabilitas adalah untuk mengetahui bagaimana
perubahan kualitas sediaan dalam jangka waktu tertentu di bawah pengaruh berbagai faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan
cahaya untuk menentukan masa dan kondisi penyimpanan suatu sediaan ICH Guideline, 2003. Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas
produk adalah waktu penyimpanan, suhu, cahaya, bahan pengemas
produk, mikroorganisme,
getaran, inkompatibilitas
fisik, dan
inkompatibilitas kimia National Health Surveilance, 2005. Semakin lama waktu penyimpanan suatu sediaan maka sediaan
tersebut dapat mengalami perubahan organoleptis, perubahan fisika- kimia, mikrobiologi, dan toksisitas. Suhu yang tinggi dapat mempercepat
reaksi fisika dan kimia yang akan menghasilkan perubahan pada komponen, viskositas, dan organoleptis. Sedangkan suhu rendah dapat
mempercepat reaksi fisika seperti kekeruhan, presipitasi, dan kristalisasi. Permasalahan yang ditimbulkan oleh suhu sangat tinggi atau rendah
dapat berasal berasal dari proses pembuatan, penyimpanan, atau distribusi produk yang tidak sesuai. Sediaan yang sensitif dan tidak stabil
terhadap cahaya
sebaiknya dihindarkan
dari cahaya
dengan menggunakan wadah kedap cahaya dan ditambah antioksidan pada
formulasinya untuk memperlambat proses oksidasi National Health Surveilance, 2005.
C. Minyak Daun Sirih