Kompetensi interpersonal diasumsikan sebagai sikap petugas terhadap pasien yang penuh perhatian atau keramahan dan dapat dipercaya, sebagai suatu ketrampilan
yang dimiliki orang sejak lahir atau timbul secara perlahan-lahan setelah pengalaman selama bertahun-tahun. Kompetensi interpersonal petugas medis dititikberatkan pada
kemampuan petugas medis dalam menjalin hubungan baik dengan pasien maupun dengan petugas lainnya. Upaya untuk disukai oleh pihak lain dalam menjalin
hubungan sangat terkait dengan ketulusan, ketergantungan, kebenaran, kebijaksanaan dan pertimbangan. Semuanya dihubungkan dengan kepercayaan. Faktor-faktor lain
yang biasanya diasosiasikan dengan daya tarik partner dari suatu hubungan adalah kemudahan dan frekuensi dalam berinteraksi, keakraban, perasaan dekat dan
keramahan.
5.3 Pengaruh Pemberian Informasi Medis terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap
Jasa pelayanan pada aspek pemberian informasi medis di Rumah Sakit Umum
Methodist Susanna Wesley Medan meliputi: penjelasan dokter tentang sebab penyakit pasien, memberi informasi penyakit saat pemeriksaan, memberi informasi
tentang proses pengobatan dan pemeriksaan kembali, memberikan informasi tentang resep obat dan memberikan informasi tentang pantangan sesuai penyakit pasien.
Hasil penelitian menunjukkan keseluruhan pemberian informasi medis dalam pelayanan jasa kesehatan dominan pada jawaban tidak baik, persentase tertinggi
Universitas Sumatera Utara
jawaban tidak baik 55,1 tentang dokter dalam memberikan informasi tentang resep obat.
Hasil uji multivariat dengan uji statistik regresi berganda menunjukkan pemberian informasi medis dalam jasa pelayanan medis berpengaruh terhadap
kepuasan pasien rawat inap p0,05. Mengacu kepada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa pemberian informasi medis yang dilakukan pada saat melaksanakan
pelayanan di rumah sakit akan meningkatkan kepuasan pasien rawat inap. Hubungan dokter dengan pasien adalah pemberian informasi penyakit oleh
dokter saat pemeriksaan, pemberian informasi tentang proses pengobatan dan pemeriksaan kembali oleh dokter, penjelasan dokter tentang resep obat serta
penjelasan dokter tentang pantangan sesuai penyakit pasien. Setiap penyakit pasien mempunyai pantangan dalam proses pengobatan, sehingga diperlukan penjelasan
secara lengkap dari dokter tentang pantangan makanan. Penelitian Mote 2008 menyimpulkan bahwa dalam menganalisis kepuasan
pelayanan publik di Puskesmas Ngesrep Semarang adalah tingkat keterbukaan informasi mengenai prosedur pelayanan serta tingkat kejelasan alur dalam prosedur
pelayanan. Konsep tersebut sesuai dengan kewajiban pihak rumah sakit terhadap pasien salah satunya adalah memberikan informasi yang jujur dan tidak berlebih-
lebihan. Penelitian Klingle 2001 tentang Patient compliance and satisfaction with physician influence attempts: A reinforcement expectancy approach to compliance-
gaining over time yang dimuat dalam Jurnal The University of Arizona menemukan
Universitas Sumatera Utara
bahwa harapan pasien tentang komunikasi dengan petugas medis dan penguatan prinsip pelayanan secara sistematis perlu dipadukan untuk peningkatan kepuasan
pasien.
Komunikasi interpersonal berjalan lancar dan mendatangkan hasil yang diharapkan, maka pemberi maupun penerima pesan perlu memiliki kemampuan dan
kecakapan komunikasi interpersonal yang diperlukan. Kompetensi Competence komunikasi interpersonal adalah tingkat perilaku dalam komunikasi interpersonal
sesuai dan cocok dengan situasi dan membantu kita mencapai tujuan komunikasi interpersonal yang dilakukan dengan orang lain. Komunikasi interpersonal akan
berhasil apabila memiliki kecakapan skill tentang : 1 Kecakapan Sosial. Kecakapan sosial mengandung beberapa segi kecakapan kognitif adalah kecakapan
pada tingkat pemahaman, meliputi : a. Empati Empathy, kecakapan untuk memahami pengertian dan perasaan orang lain tanpa meninggalkan sudut pandang
sendiri tentang hal yang menjadi bahan komunikasi, b. Perspektif Sosial Social Perspective
, kecakapan melihat kemungkinan-kemungkinan perilaku yang dapat Pemberian informasi medis kepada pasien merupakan bentuk hubungan
dengan interpersonal antara petugas medis dengan pasien, hal tak terlepas dari kemampuan petugas medis dalam melakukan komunikasi interpersonal. Komunikasi
interpersonal adalah interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan
menanggapi secara langsung pula. Kebanyakan komunikasi interpersonal berbentuk verbal disertai ungkapan-ungkapan non verbal dan dilakukan secara lisan.
Universitas Sumatera Utara
diambil orang yang berkomunikasi dengan dirinya. Dengan kecakapan dapat meramalkan perilaku yang sebaiknya diambil dan dapat menyiapkan tanggapan yang
tepat dan efektif, c Kepekaan Sensitivity terhadap peraturan atau standar yang berlaku dalam komunikasi interpersonal. Dengan kepekaan dapat menetapkan
perilaku yang diterima dan perilaku yang tidak diterima oleh rekan yang berkomunikasi. Karena dengan begitu dapat mengambil perilaku yang memenuhi
harapan–harapannya dan menghindari perilaku yang mengecewakan harapan– harapannya. d Pengetahuan akan situasi pada waktu berkomunikasi. Ada waktu dan
tempat untuk segala sesuatu. Dalam komunikasi, situasi sekeliling dan keadaan orang yang berkomunikasi berperan penting. Berdasarkan pengetahuan akan situasi dapat
menetapkan waktu dalam percakapan, menilai isi dan cara berkomunikasi dan selanjutnya mengolah pesan yang terima. e Memonitor diri self monitoring.
Kecakapan memonitor diri membantu menjaga ketepatan perilaku dan jeli memperhatikan pengungkapan diri orang yang berkomunikasi. Orang yang memiliki
self monitoring yang tinggi mampu menggunakan perilaku sendiri dan perilaku orang
lain untuk memilih perilaku selanjutnya yang tepat Liliweri, 2007. Mencapai pelayanan yang excellence, Rumah Sakit Umum Methodist
Susanna Wesley Medan perlu berupaya melakukan evaluasi pemberian pelayanan di poliklinik secara terus menerus untuk mengetahui masalah-masalah yang terjadi, juga
bila ada keluhan pelanggan sehingga bisa segera dicari solusinya. Meningkatkan komunikasi dengan pelanggan dengan memberikan informasi mengenai pelayanan di
Universitas Sumatera Utara
Rumah Sakit Umum Methodist Susanna Wesley Medan kepada pasien yang memanfaatkan pelayanan di poliklinik. Upaya untuk pemenuhan kebutuhan dan
keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaiannya diperlukan untuk mengimbangi harapan pelanggan sehingga tidak terjadi “Gap” atau kesenjangan dalam pemberian
pelayanan dan meningkatkan persepsi pasien yang positif terhadap Rumah Sakit Umum Methodist Susanna Wesley Medan.
5.4 Pengaruh Ketersediaan Waktu Konsultasi terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap