Jenis Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Subjek Penelitian Faktor yang diteliti Indikator Keberhasilan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Pada penelitian ini digunakan metode Penelitian Tindakan Kelas PTK. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus yang setiap siklusnya terdiri dari dua kali pertemuan, pada setiap akhir siklus diadakan evaluasi dan dilakukan penskoran untuk mengetahui kelompok yang mendapatkan reward.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada 23 Agustus 2012 sampai 10 September 2012. Tempat pelaksanaan penelitian adalah MTs NU Ungaran.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek yang diteliti pada penelitian ini adalah siswa kelas VIIIA MTs NU Ungaran tahun ajaran 20122013 dengan jumlah responden sebanyak 40 siswa.

3.4 Faktor yang diteliti

Faktor yang diteliti dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu: 1. Peningkatan motivasi belajar siswa yang diteliti menggunakan angket respon siswa. 46 2. Prestasi belajar siswa yang dilihat dari nilai tes evaluasi.

3.5 Prosedur Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, namun jika pada siklus kedua belum mengalami peningkatan maka dilakukan siklus ketiga dengan koreksi pada siklus kedua. Tiap siklus terdiri atas empat tahap kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatanobservasi, dan refleksi Arikunto, et al., 2009: 16.

3.5.1 Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan observasi awal dengan rincian seperti berikut, a Mengidentifikasi masalah yang dihadapi siswa dan guru. Identifikasi dilakukan dengan melihat nilai ulangan harian siswa, wawancara terhadap guru IPA tentang metode yang sering digunakan dalam pembelajaran serta wawancara terhadap beberapa siswa sebagai sampel tentang pembelajaran IPA selama ini. b Menyusun instrumen penelitian meliputi silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran RPP, angket motivasi belajar, tes evaluasi, lembar observasi, daftar kelompok asal, dan daftar kelompok ahli. c Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pelaksanaan.

3.5.2 Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan pada tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II sesuai dengan perencanaan pada RPP. Tindakan yang dilakukan guru adalah menjelaskan inti materi, mengorganisasikan siswa dalam pembagian kelompok, dan membimbing diskusi siswa. Pada saat pelaksanaan proses pembelajaran, observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa. Sedangkan di setiap akhir siklus, guru memberikan tes untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa, menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa, dan memberikan reward kepada tim dengan nilai tertinggi. Tes yang diberikan berbentuk tes pilihan ganda.

3.5.3 Pengamatan

Untuk dapat mengetahui jalannya pelaksanaan pembelajaran maka dilakukan pengamatanobservasi terhadap siswa dan guru. Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa dan guru pada saat berlangsungnya pembelajaran. Adapun aspek yang diamati pada siswa antara lain: a Mendengarkan dan memperhatikan teman yang menerangkan b Menyampaikan pertanyaan c Menyampaikan pendapat d Menjelaskan materi yang dikuasai kepada teman yang lain. Observasi guru dilakukan dengan mengamati kegiatan guru pada saat proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan guru yang diamati adalah kesesuaian kegiatan dengan rencana pembelajaran, perilaku proses belajar mengajar, perangkat proses belajar mengajar. Lembar observasi guru berisi beberapa aspek yang diukur mulai dari persiapan, proses belajar mengajar, sampai kegiatan akhir.

3.5.4 Refleksi

Pada tahap ini semua hasil observasi dan evaluasi diolah dan direfleksikan untuk mengukur tingkat keberhasilan dan mengoreksi kelemahan- kelemahan selama pelaksanaan tindakan. Berdasarkan hasil refleksi ini, guru dan peneliti bersama-sama merencanakan perbaikan pada pelaksanaan siklus selanjutnya.

3.6 Metode Pengumpulan Data

3.6.1 Lembar Respon Siswa Angket

Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket langsung tertutup karena responden hanya tinggal memberikan tanda check √ pada salah satu jawaban yang dianggap benar. Angket dibagikan dan diisi oleh siswa yang berfungsi untuk mengetahui motivasi belajar siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran IPA melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Untuk mengetahui validitas lembar observasi dalam penelitian ini digunakan validitas konstruk construct validity. Menurut Arikunto 2007: 65, kevalidan suatu instrumen dapat terpenuhi karena instrumen tersebut telah dirancang dengan baik, mengikuti teori dan ketentuan yang berlaku. Instrumen yang berupa angket motivasi belajar telah disusun berdasarkan teori penyusunan instrumen dan telah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing, sehingga secara logis instrumen telah valid. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa validitas logis yang berupa validitas konstruksi dalam penelitian ini tidak perlu diuji kondisinya, tetapi langsung digunakan setelah instrumen tersebut selesai disusun.

3.6.2 Tes

Pada penelitian ini dilakukan tes untuk mengetahui indikasi terdapat peningkatan prestasi belajar melalui peningkatan nilai setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Metode ini digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi cahaya setelah diberi tindakan post-test. Instrumen yang digunakan adalah tes objektif yang berbentuk pilihan ganda dengan empat pilihan. Sebelum soal-soal tersebut digunakan untuk mengukur hasil belajar kognitif siswa, terlebih dahulu dilakukan uji coba terhadap soal-soal tersebut untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal. Analisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal uji coba siklus I dan II terdapat pada Lampiran 9 dan 14. Uji coba instrumen dilakukan pada siswa kelas VIIIE MTs NU Ungaran tahun ajaran 2012 2013.

3.6.3 Lembar Observasi

Untuk melengkapi pengumpulan data evaluasi hasil maka dilaksanakan observasi terhadap aktivitas siswa dan guru pada setiap pertemuan untuk mengetahui jalannya pelaksanaan pembelajaran. Observasi dilakukan oleh peneliti, guru kelas, dan tiga orang observer yang semuanya adalah rekan mahasiswa seangkatan peneliti.

3.7 Analisis Uji Coba Instrumen

Sebelum penelitian terlebih dahulu diadakan uji coba instrumen tes tertulis di kelas lain yang telah diberikan materi cahaya. Tujuan diadakan tes uji coba adalah untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda soal, dan tingkat kesukaran soal.

3.7.1 Validitas

Untuk mengetahui tingkat kevalidan soal berbentuk pilihan ganda pada penelitian ini digunakan rumus t hitung = r pbis n − 2 1 − r 2 Sugiyono, 2004: 215 dengan r pbis = M p − M t S t p q Arikunto, 2007: 79 Keterangan : r pbis = koefisien korelasi poin biseral M p = skor rata-rata kelas yang menjawab benar pada butir soal M t = skor rata-rata total S t = standar deviasi skor total p = proporsi siswa yang menjawab benar pada tiap butir soal q = proporsi siswa yang menjawab salah pada tiap butir soal = 1- p Butir soal dikatakan valid jika hasil perhitungan memperoleh nilai t hitung t . Hasil t hitung yang diperoleh dikonsultasikan dengan t dengan =5. Jika t hitung t maka instrumen dikatakan valid. Hasil analisis validitas soal pada uji coba soal diperoleh bahwa dari 30 soal yang diujicobakan pada siklus I, 25 soal dikategorikan valid dan 5 soal dikategorikan tidak valid. Pada siklus II, dari 30 soal yang diujicobakan, 25 soal dikategorikan valid dan 5 soal dikategorikan tidak valid. Contoh perhitungan validitas butir soal terdapat pada Lampiran 10 dan 15.

3.7.2 Reliabilitas

Persamaan yang digunakan untuk mengetahui reliabilitas tes objektif adalah: r 11 = n n − 1 1 − Mn − M n S t 2 Arikunto, 2007: 100 Keterangan: r 11 = reliabilitas tes secara keseluruhan M = skor rata-rata butir n = banyaknya item soal S t 2 = varians Kriteria reliabilitas butir soal: 0,000 ≤ 11 ≤ 0,200 → sangat rendah 0,201 ≤ 11 ≤ 0,400 → rendah 0,401 ≤ 11 ≤ 0,600 → cukup 0,601 ≤ 11 ≤ 0,800 → tinggi 0,801 ≤ 11 ≤ 1,000 → sangat tinggi Harga r 11 dikonsultasikan dengan r tabel product moment dengan taraf signifikan 5. Jika 11 maka perangkat tes dikatakan reliabel. Suatu soal dikatakan reliabel jika tes tersebut dipercaya dan konsisten. Hasil analisis reliabilitas soal pada uji coba soal siklus 1 dan 2 diperoleh bahwa soal yang diujicobakan memiliki kriteria tinggi pada siklus 1 dan sangat tinggi pada siklus 2. Contoh perhitungan reliabilitas instrumen terdapat pada Lampiran 10 dan 15.

3.7.3 Taraf Kesukaran

Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal digunakan indeks kesukaran yang besarnya antara 0,00 – 1,00. Jika indeks kesukaran bernilai 0,00 berarti soal tergolong sukar, namun jika indeks kesukaran bernilai 1,00 berarti soal terlalu mudah. Besarnya indeks kesukaran dihitung dengan P = B JS Arikunto, 2007: 210 Keterangan: P : indeks kesukaran B : banyaknya soal yang dijawab benar JS : jumlah siswa yang menjawab benar Hasil analisis tingkat kesukaran soal pada uji coba soal diperoleh bahwa dari 30 soal yang diuji cobakan pada siklus 1, 2 soal dikategorikan sukar, 21 soal dikategorikan sedang, dan 7 soal dikategorikan mudah. Pada siklus 2, dari 30 soal yang diuji cobakan, 2 soal dikategorikan sukar, 23 soal dikategorikan sedang, dan 5 soal dikategorikan mudah. Contoh perhitungan tingkat kesukaran soal terdapat pada Lampiran 10 dan 15.

3.7.4 Daya Pembeda Soal

Soal dikatakan baik jika dapat membedakan tingkat kemampuan seseorang. Daya pembeda soal dirumuskan sebagai berikut: DP = B A J A − B B J B = P A − P B Arikunto, 2007: 213 Keterangan : DP = daya pembeda B A = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar B B = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar J A = banyaknya peserta kelompok atas J B = banyaknya peserta kelompok bawah P A = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar P B = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Klasifikasi daya pembeda : 0,00 ≤ DP ≤ 0,20 : Jelek 0,21 ≤ DP ≤ 0,40 : Cukup 0,41 ≤ DP ≤ 0,70 : Baik 0,71 ≤ DP ≤ 1,00 : Baik Sekali DP = negatif, semuanya tidak baik. Semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang. Hasil analisis terhadap daya pembeda soal diperoleh bahwa dari 30 soal pada siklus 1, 9 soal dikategorikan baik, 19 soal dikategorikan cukup, dan 2 soal dikategorikan jelek. Dari 30 soal pada siklus 2, 19 soal dikategorikan baik dan 11 soal dikategorikan cukup. Contoh perhitungan daya pembeda soal terdapat pada Lampiran 10 dan 15.

3.8 Metode Analisis Data

3.8.1 Respon Siswa Angket

Untuk menilai respon siswa terhadap pembelajaran digunakan angket dengan menggunakan 4 indikator motivasi belajar yang setiap indikator diwakili dengan 6 pernyataan. Skor pada angket menggunakan interval 1-5. Rata-rata skor dari setiap aspek penilaian kemudian dikonversikan ke dalam bentuk kualitatif. Adapun langkah-langkah menganalisis data angket motivasi belajar adalah :  Membuat tabulasi data  Menghitung persentase data menggunakan persamaan: Nilai = skor yang diperoleh siswa skor maksimal × 100  Mengkonversikan persentase data ke dalam bentuk kualitatif dengan cara: 1 Menentukan persentase skor maksimal dengan persamaan: Nilai = skor maksimal setiap indikator × jumlah indikator jumlah skor maksimal × 100 Nilai = 5 × 6 30 × 100 = 100 2 Menentukan persentase skor minimal dengan persamaan: Nilai = skor minimal setiap indikator × jumlah indikator jumlah skor maksimal × 100 Nilai = 1 × 6 30 × 100 = 20 3 Menentukan range persentase skor: range = maksimal − minimal = 100 − 20 = 80 4 Menentukan lebar interval: lebar interval = range persentase jumlah kriteria kualitatif = 80 4 = 20 5 Menentukan deskripsi kualitatif untuk setiap interval. Berdasarkan perhitungan di atas, maka kriteria kualitatif motivasi belajar siswa dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Rentang Persentase Motivasi Belajar Nilai Kriteria 80,00 ≤ N ≤ 100,0 Sangat tinggi 60,00 ≤ N 80,00 Tinggi 40,00 ≤ N 60,00 Rendah 20,00 ≤ N 40,00 Sangat rendah Arifin, 2011: 234

3.8.2 Analisis hasil belajar kognitif siswa

Untuk menganalisis hasil belajar kognitif digunakan rumus Nilai = Jumlah Benar Jumlah Salah × 100 Wiyanto, 2008: 83

3.8.3 Perhitungan nilai rata-rata kelas

Untuk menghitung nilai rata-rata kelas digunakan rumus, Nilai = Skor peserta Wiyanto, 2008: 85

3.8.4 Ketuntasan belajar klasikal

Untuk mengetahui ketuntasan belajar klasikal digunakan rumus, P = S N × 100 Keterangan P : Ketuntasan klasikal S : Siswa tuntas N : Siswa seluruhnya Wiyanto, 2008: 85

3.8.5 Pengujian terhadap peningkatan prestasi belajar siswa

Untuk menguji peningkatan gain dirumuskan dengan g = S post − S pre 100 − S pre Keterangan g : gain S post : skor setelah pembelajaran S pre : skor sebelum pembelajaran Besarnya faktor-g dikategorikan sebagai berikut : Tinggi = g 0,7 atau dinyatakan dalam persen g 70 Sedang = 0,3 ≤ g ≤0,7 atau dinyatakan dalam persen 30 ≤ g ≤70 Rendah = g 0,3 atau dinyatakan dalam persen g 30 Wiyanto, 2008: 86

3.9 Indikator Keberhasilan

Tolok ukur keberhasilan PTK ini dapat dilihat dari peningkatan motivasi belajar dan peningkatan prestasi belajar siswa akibat meningkatnya motivasi belajar siswa. Indikator motivasi belajar dikatakan tercapai jika 62,50 siswa menyukai pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II Depdiknas, 2003. Peningkatan prestasi belajar dilihat melalui hasil tes siswa. Jika hasil tes mencapai 68 secara individu dan 85 secara klasikal maka prestasi belajar dikatakan meningkat Mulyasa, 2009: 99.

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II

Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Penelitian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II ini dilaksanakan dalam 2 siklus dengan mengambil materi cahaya dengan rincian sebagai berikut:

4.1.1.1 Siklus 1

Pada tahap observasi di kelas terdapat masalah motivasi belajar dan prestasi belajar siswa yang masih rendah. Peneliti kemudian menyusun perangkat pembelajaran seperti RPP pemantulan cahaya dan cermin, soal evaluasi, angket motivasi belajar, dan lembar observasi keaktifan siswa. Pada tahap pelaksanaan, peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario pada RPP. Proses pembangkitan motivasi belajar siswa dilakukan dengan beberapa cara yaitu: 1 apersepsi dengan mengaitkan materi yang akan dibahas dengan aplikasi pada kehidupan sehari-hari, 2 penggunaan model pembelajaran kooperatif, dan 3 pemberian reward untuk kelompok asal terbaik. Setelah pembelajaran siklus 1 selesai, peneliti mengadakan evaluasi dan meminta siswa untuk mengisi angket motivasi belajar. 59