2.4.6 Cermin Melengkung
Gambar  2.15  menunjukkan  kumpulan  sinar  dari  sebuah  sumber  titik �
pada  sumbu  sebuah  cermin  cekung  yang  memantul  dari  cermin  tersebut  dan mengumpul  pada  titik
�′.  Sinar-sinar  tersebut  kemudian  menyebar  dari  titik  ini seolah-olah  ada  obyek  pada  titik  tersebut.  Bayangan  ini  disebut  bayangan  nyata
karena  cahaya  memang  betul-betul  memancar  dari  titik  bayangan  tersebut. Bayangan tersebut dapat diamati melalui layar atau film yang diletakkan pada titik
bayangan. Sedangkan sebuah bayangan maya seperti yang dihasilkan cermin datar tak  dapat  ditangkap  layar  karena  tak  ada  cahaya  disana.  Meskipun  ada  beda
bayangan nyata dan maya, bayangan akan terlihat sama oleh mata.
Gambar  2.15  Sinar  dari  sebuah  obyek  P  yang dipantulkan oleh cermin cekung Tipler, 2001
Gambar  2.16  menunjukkan  sebuah  sinar  dari  titik  objek �  yang
memantul pada cermin cekung dan melalui titik bayangan �′. Titik   adalah pusat
kelengkungan cermin.
Gambar 2.16 Geometri untuk menghitung jarak bayangan Tipler, 2001
P P
„ A
V
� �
′ �
�′ �
Sinar-sinar  yang  datang  dan  yang  dipantulkan  membentuk  sudut-sudut yang sama dengan  garis radial
yang tegak lurus  permukaan cermin.   adalah jarak  obyek  dengan  cermin  dan
′ adalah jarak bayangan dengan cermin, dan adalah  jari-jari  kelengkungan  cermin.  Sudut
�  adalah  sudut  luar  segitiga  � sehingga sama dengan
+ �.
= +
�                                                                                                            2.9 Demikian juga dari segitiga
� �′ =
+ 2 �                                                                                                       2.10
Dengan menghilangkan � dari persamaan-persamaan tersebut, maka
2 � = − = 2 − 2                                                                                 2.11
atau 2 =
+                                                                                                        2.12 Dengan memakai pendekatan
= ,  = , dan  =
′
, 1
+ 1
′ =
2 2.13
Penurunan  rumus  ini  didasarkan  pada  anggapan  bahwa  sudut-sudut  yang  dibuat oleh  sinar-sinar  datang  dan  sinar-sinar  yang  dipantulkan  dengan  sumbu-sumbu
tersebut adalah kecil. Saat  jarak  obyek  adalah  lebih  besar  dari  jari-jari  kelengkungan  cermin
maka  suku
1
pada  persamaan  2.13  menjadi  lebih  kecil  dari
1 2
dan  dapat diabaikan. Untuk
= ∞, jarak bayangan adalah  =
1 2
, jarak ini disebut panjang fokus   dari cermin tersebut.
= 2
2.14 Dengan menggunakan panjang fokus, persamaan cermin tersebut menjadi
1 +
1 ′
= 1
2.15 Untuk  menentukan  letak  bayangan  dapat  dicari  dengan  menggunakan
diagram sinar. Ada empat sinar utama yang dapat digunakan yaitu: A.  Sinar  sejajar,  digambar  sejajar  dengan  sumbu  utama  cermin.  Sinar  ini
dipantulkan melalui titik fokus cermin. B.  Sinar fokus, digambar melalui titik fokus cermin. Sinar ini dipantulkan sejajar
sumbu utama cermin. C.  Sinar  radial,  digambar  melalui  pusat  kelengkungan  cermin.  Sinar  ini
mengenai  cermin  tegak  lurus  permukaannya  dan  kemudian  dipantulkan kembali pada pusat kelengkungan cermin.
D.  Sinar  pusat,  digambar  pada  verteks  cermin  tersebut.  Sinar  ini  memantul dengan sudut yang sama terhadap sumbu utama.
Gambar 2.17 Diagram sinar untuk cermin cekung Tipler, 2001
Gambar  2.17  menunjukkan  bahwa  bayangan  yang  dihasilkan  tersebut dibalik  dan  memiliki  ukuran  yang  tidak  sama  dengan  obyeknya.  Perbandingan
antara  ukuran  bayangan  terhadap  ukuran  obyek  didefinisikan  sebagai  perbesaran
A B
F M
C ′
� �
′ ′
′
lateral  dari  bayangan  tersebut.  Sebuah  perbandingan  dari  segitiga  yag  dibentuk sinar  datang,  sumbu  utama,  dan  obyek  dengan  segitiga  yang  dibentuk  oleh  sinar
pantul,  sumbu  utama,  dan  bayangannya  menunjukkan  bahwa  perbesaran  lateral ′   sama dengan perbandingan  ′   .
Saat sebuah obyek berada di antara cermin dan titik fokusnya, sinar-sinar yang  dipantulkan  dari  cermin  tersebut  tidak  mengumpul  namun  kelihatan
menyebar dari sebuah titik di belakang cermin. Bayangan yag dibentuk dalam hal ini adalah maya dan tegak seperti yang diilustrasikan Gambar 2.18.
Gambar 2.18 Bayangan maya yang dibentuk oleh cermin cekung Tipler, 2001
Untuk  kasus    kurang  dari
1 2
,  sehingga  jarak  bayangan ′  menjadi
bernilai  negatif.  Baik  cermin  cekung  maupun  cembung  bayangan  nyata  hanya terbentuk  di  sisi-sisi  yang  sama  dengan  obyek.  Bayangan  maya  terbentuk
dibelakang cermin tanpa ada berkas cahaya. Berikut adalah konvensi tanda, -
bertanda + jika obyek berada di depan cermin obyek nyata -
bertanda  -  jika obyek berada di belakang cermin obyek maya -
′ bertanda + jika bayangan berada di depan cermin obyek nyata -
′ bertanda  -  jika bayangan berada di belakang cermin obyek maya -
,  bertanda  + jika pusat kelengkungan dan fokus berada di depan cermin cermin cekung
M F
y y’
- ,   bertanda    -    jika  pusat  kelengkungan  dan  fokus  berada  di  belakang
cermin cermin cembung Perbesaran bayangan lateral dirumuskan dengan,
= ′
= ′
2.16 Selain  cermin  yang  melengkung  ke  dalam,  adapula  cermin  yang
melengkung  keluar  yang  disebut  sebagai  cermin  cembung.  Cermin  cembung merupakan  cermin  yang  memiliki  bagian  pemantul  cahaya  yang  melengkung
keluar.  Cermin  cembung  bersifat  menyebarkan  cahaya.  Gambar  2.19 menunjukkan diagram sinar untuk sebuah obyek di depan cermin cembung. Sinar
yang  menuju  pusat  kelengkungan  cermin  C  dipantulkan  kembali  ke  dirinya sendiri.  Sinar  sejajar  sumbu  utama  A  dipantulkan  seolah-olah  berasal  dari  titik
fokus F yang berada di belakang cermin. Sinar yang menuju titik fokus cermin B dipantulkan  sejajar  sumbu  utama  cermin.  Dari  gambar  tersebut  terlihat  bahwa
bayangan  berada  di  belakang  cermin  yang  berarti  maya.  Sifat  bayangan  yang
terbentuk adalah maya, tegak, dan lebih kecil dari obyeknya.
Gambar 2.19 Diagram sinar cermin cembung Tipler, 2001
C A
B M
F
y y’
2.4.7 Pembentukan Bayangan Melalui Pembiasan