Penelitian Yang Relevan TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

Tabel 4. Hasil Penelitian yang Relevan Lanjutan 3 No Penulis Judul Kesimpulan tinggi dibandingkan yang diajar dengan model pembelajaran GI bagi siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi 3. Rata-rata hasil belajar IPS Terpadu yang diajar menggunakan model pembelajaran NHT lebih rendah dibandingkan yang diajar dengan model pembelajaran GI bagi siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah 4. Ada interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi siswa terhadap mata pelajaran IPS Terpadu. 6 Fariyah 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation GI Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa Kelas X Pada Materi Inflasi di SMA Negeri 1 Candiroto Temangung tahun Peajaran 20122013 Proses penerapan model pembelajaran kooperatif Group Investigation GI pada materi Inflasi terbuktik dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas X-4 SMA Negeri 1 Candiroto Temanggung. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata- rata kelas X-4 dimana pada siklus I sebesar 70,18 pada siklus II yaitu 83,96 jadi rata- rata kelas naik sebesar 13,78. Selain itu juga persentase ketuntasan siswa yang naik 27,78 dari 66,66 siklus I menjadi 94,44 pada siklus II. Lembar pengamatan aktivitas siswa dan lembar pengamatan aktivitas guru juga dapat disimpulkan dilihat pada pengamatan siklus I dan pengamatan siklus II. Dengan demikian peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran Tabel 4. Hasil Penelitian yang Relevan Lanjutan 4 No Penulis Judul Hasil Penelitian Inflasi yang mengalami kenaikan 15 yaitu dari 67,50 dari siklus I menjadi 82,50 pada siklus II. Aktivitas guru juga mengalami kenaikan sebesar 25 yaitu 71,87 pada siklus I naik menjadi 96,87 pada siklus II.

C. Kerangka Pikir

Penelitian ini menggunakan 3 variable dalam pelaksanaannya yang terdiri dari variabel independen bebas, variabel dependen terikat dan variabel moderator. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran tipe Two Stay Two Stray TSTS X 1 dan Group Investigation GI X 2 . Variabel terikatnya adalah hasil belajar IPS Terpadu Y 1 dan Variabel moderatornya adalah motivasi berprestasi. 1. Perbedaan hasil belajar IPS Terpadu siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray TSTS dibandingkan Tipe Group Investigation GI Model pembelajaran kooperatif cooperatif learning merupakan suatu cara belajar yang memungkinkan siswa bekerja sama dalam suatu tim untuk mengerjakan tugas-tugas secara terstruktur. Dalam kelas kooperatif, siswa di stimulasi untuk aktif partisipatif dalam pembelajaran dalam hal berdiskusi, mengeluarkan pendapat, bekerja sama sebagai tim yang saling melengkapi keberagaman baik karakter, sikap, kemampuan intelegensi untuk mengasah dan mengeksplorasi kemampuan mereka. Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa varian tipe model yang penerapannya dapat disesuaikan dengan tujuan dan jenis mata pelajaran. IPS Terpadu merupakan kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, politik Saidiharjo, 1996: 4. Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai tipe, dua diantaranya adalah tipe Two Stay Two Stray TSTS dan tipe Group Investigation GI. Kedua model pembelajaran ini memiliki pelaksanaan pembelajaran yang berbeda-beda namun tetap dalam satu jalur yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa dan guru berperan sebagai fasilitator. Secara operasional, pembelajaran Two Stay Two Stray TSTS dapat ditempuh melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari empat siswa. Kelompok yang dibentuk pun merupakan kelompok heterogen, misalnya satu kelompok terdiri dari 1 siswa berkemampuan tinggi, 2 siswa berkemampuan sedang, dan 1 siswa berkemampuan rendah. Hal ini dilakukan karena pembelajaran kooperatif tipe TS-TS bertujuan untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk saling membelajarkan Peer Tutoring dan saling mendukung. mendukung. 2. Guru memberikan subpokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas bersama-sama dengan anggota kelompok masing- masing. 3. Siswa bekerja sama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir. 4. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain. 5. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka kepada tamu kelompok lain. 6. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri untuk melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. 7. Kelompok mencocokan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. 8. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka. Huda, 2014: 207-208 Yamin dan Ansari 2012: 76 menyatakan bahwa langkah-langkah Group Investigation GI sebagai berikut. 1. Guru membagikan kelas dalam beberapa kelompok heterogen. 2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok. 3. Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu kelompok mendapatkan tugas satu materitugas yang berbeda dari kelompok lain. 4. Masing-masing kelompok membahaskan yang sudah ada secara kooperatif berisikan penemuan. 5. Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil pembahasan kelompok. 6. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberikan kesimpulan. 7. Evaluasi. 8. Penutup. Kemandirian belajar dan interaksi siswa pada model pembelajaran Two Stay Two Stray TSTS lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran Group Investigation GI. Kemandirian siswa terlihat dalam pembelajaran bahwa pengetahuan dibangun oleh peserta didik sendiri, guru hanya berperan sebagai motivator atau pemberi dukungan sampai terjadi peningkatan kemampuan siswa dan berangsur melepas siswa untuk belajar mandiri. Interaksi siswa terlihat ketika siswa saling membantu antar teman sebaya dalam kelompok. Dalam model pembelajaran ini seorang siswa akan akan dapat lebih mudah mengerti tentang apa yang dijelaskan oleh temannya dikarenakan seorang peserta didik tidak segan untuk menanyakan apa yang belum dimengerti. Dalam keadaan ini siswa dapat menanyakan suatu yang lebih mendetail dengan tidak ada rasa malu dibandingkan siswa harus bertanya kepada guru. Berdasarkan uraian tersebut, penerapan kedua model pembelajaran tersebut diduga terdapat perbedaan hasil belajar IPS Terpadu antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray TSTS dibandingkan dengan model pembelajaran Group Investigation GI.

2. Perbedaan rata-rata hasil belajar IPS Terpadu pada siswa yang memiliki

motivasi berpretasi tinggi yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe Two Stay Two Stray TSTS dan model kooperatif tipe Group Investigation GI McClealland dalam Djaali 2012: 103 mengungkapkan bahwa motivasi berprestasi merupakan motivasi yang berhubungan dengan pencapaian beberapa standar kepandaian atau standar keahlian. Motivasi berprestasi merupakan faktor penting yang ikut menentukan keberhasilan dalam belajar. Dengan motivasi berprestasi yang tinggi siswa akan semangat mengikuti proses pembelajaran dan tidak mudah menyerah bila menghadapi kesulitan. Bekerja sebagai sebuah tim seperti model pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa secara bersama menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Di dalam model pembelajaran Two Stay Two Stray TSTS, siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi diduga akan memiliki kemandirian yang tinggi dalam pembelajaran. Interakasi antar teman sebaya menyebabkan adanya penguatan siswa saat menghadapi hambatan. Karena siswa tidak akan segan-segan untuk bertanya dan menggali informasi dengan temannya. Berbeda dengan model pembelajaran Group Investigation GI, manakala siswa tidak memiliki minat atau merasa tidak mempunyai tanggungjawab penuh karena tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama. Selain itu, siswa sulit menjalin kerjasama dan

Dokumen yang terkait

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (Gi) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Sdit Bina Insani ( Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Sdit Bina Insani Kelas V Semester Ii Serang-Banten )

0 3 184

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray(Dua Tinggal Dua Tamu) Dengan Pendekatan Nilai Untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Cahaya

0 6 192

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray Terhadap Keterampilan Menyimak Siswa Kelas V MIN 15 Bintaro Jakarta Selatan

1 10 130

Perbedaan hasil belajar ips siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik inside outside circle dan two stay two stray

0 12 0

Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa yang Menggunakan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray dan Jigsaw Pada Konsep Pencernaan

2 14 198

Pengaruh teknik kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) dengan Guided Note Taking (GNT) terhadap hasil belajar siswa pada konsep archaebacteria dan eubacteria: kuasi eksperimen di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan.

0 9 243

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 14 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJAR

0 6 88

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DENGAN TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 1 TULANG BAWANG TENGAH TAHUN PELAJARAN 20

0 5 97

perbedaan hasil belajar peserta didik menggunakan pendekatan sts, sets, dan stem pada pembelajaran konsep virus

3 22 77

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) PADA KELAS VII C SMP MUHAMMADIYAH RAWALO

0 0 16