Angka kejadian nyeri tenggorokan pada kedua kelompok

57

4.6. Angka kejadian nyeri tenggorokan pada kedua kelompok

Tabel.

14. Angka kejadian nyeri tenggorokan pada jam ke‐1 pada kedua kelompok Variable

Kelompok A n = 35 Kelompok B n = 37 Uji p Tidak ada nyeri Nyeri, tidak sakit menelan Nyeri, sakit menelan 29 82.9 4 11.4 2 5.7 28 75.7 7 18.9 2 5.4 0.338 Total 35 100 37 100 Chi‐Square Angka kejadian nyeri tenggorokan 1 jam setelah operasi pada kelompok Dexamethason 0,2 mgkgBB derajat 1 dijumpai nyeri tenggorokan tanpa nyeri sewaktu menelan sebanyak 4 empat orang dari 35 sampel 11,4 , derajat 2 dijumpai nyeri tenggorokan dan nyeri sewaktu menelan sebanyak 2 dua orang dari 35 sampel 5,7 . Nyeri tenggorokan derajat 3 nyeri tenggorokan dan susah menelan tidak dijumpai pada kelompok dexamethason 0,2 mgkgBB. Angka kejadian nyeri tenggorokan 1 jam setelah operasi pada kelompok Lidokain 1,5 mgkgBB derajat 1 dijumpai nyeri tenggorokan tanpa nyeri sewaktu menelan sebanyak 7 tujuh orang dari 37 sampel 18,9 , derajat 2 dijumpai nyeri tenggorokan dan nyeri sewaktu menelan sebanyak 2 dua orang dari 37 sampel 5,4 . Nyeri tenggorokan derajat 3 nyeri tenggorokan dan susah menelan tidak dijumpai pada kelompok Lidokain 1,5 mgkgBB. Angka kejadian nyeri tenggorokan Universitas Sumatera Utara 58 pada jam ke‐1 setelah operasi ini di uji statistic dengan uji Chi‐Square dan didapatkan p= 0.338 tidak ada perbedaan efektifitas yang signifikan. Secara keseluruhan angka kejadian nyeri tenggorokan pada jam ke‐1 pada kelompok dexamethason 0,2 mgkgBB adalah 6 enam orang dari 35 sampel 17.1 sedangkan pada kelompok Lidokain 1,5 mgkgBB 9 Sembilan orang dari 37 sampel yang diperiksa 24.3. Setelah diuji dengan uji Chi‐Square didapatkan p= 0.453, tidak ada perbedaan efektifitas yang signifikan. Tabel.

15. Angka kejadian nyeri tenggorokan pada jam ke‐6 pada kedua kelompok Variable

Kelompok A n = 35 Kelompok B n = 37 Uji p Tidak ada nyeri Nyeri, tidak sakit menelan Nyeri, sakit menelan 30 85.7 1 2.9 4 11.4 27 73.0 7 18.9 3 8.1 0.047 Total 35 100 37 100 Chi‐Square Angka kejadian nyeri tenggorokan 6 jam setelah operasi pada kelompok Dexamethason 0,2 mgkgBB derajat 1 dijumpai nyeri tenggorokan tanpa nyeri sewaktu menelan sebanyak 1 satu orang dari 35 sampel 2,9 , derajat 2 dijumpai nyeri tenggorokan dan nyeri sewaktu menelan sebanyak 4 empat orang dari 35 sampel 11,4 . Nyeri tenggorokan derajat 3 nyeri tenggorokan dan susah menelan tidak di jumpai pada kelompok dexamethason 0,2 mgkgBB. Universitas Sumatera Utara 59 Angka kejadian nyeri tenggorokan 6 jam setelah operasi pada kelompok Lidokain 1,5 mgkgBB derajat 1 dijumpai nyeri tenggorokan tanpa nyeri sewaktu menelan sebanyak 7 tujuh orang dari 37 sampel 18,9 , derajat 2 dijumpai nyeri tenggorokan dan nyeri sewaktu menelan sebanyak 3 tiga orang dari 37 sampel 8,1 . Nyeri tenggorokan derajat 3 nyeri tenggorokan dan susah menelan tidak di jumpai pada kelompok Lidokain 1,5 mgkgBB. Angka kejadian nyeri tenggorokan pada jam ke‐6 setelah operasi ini di uji statistic dengan uji Chi‐Square dan didapatkan p= 0.047 ada perbedaan efektifitas yang signifikan. Secara keseluruhan angka kejadian nyeri tenggorokan pada jam ke‐6 pada kelompok dexamethason 0,2 mgkgBB adalah 5 lima orang dari 35 sampel 17.1 sedangkan pada kelompok Lidokain 1,5 mgkgBB 10 Sepuluh orang dari 37 sampel yang diperiksa 27. Setelah diuji dengan uji Chi‐Square didapatkan p= 0.05, ada perbedaan efektifitas yang signifikan. Tabel.

16. Angka kejadian nyeri tenggorokan pada jam ke‐12 pada kedua kelompok Variable

Kelompok A n = 35 Kelompok B n = 37 Uji p Tidak ada nyeri Nyeri, tidak sakit menelan Nyeri, sakit menelan 28 80.0 3 8.6 4 11.4 28 75.7 7 18.9 2 5.4 0.166 Total 35 100 37 100 Chi‐Square Angka kejadian nyeri tenggorokan 12 jam setelah operasi pada kelompok Dexamethason 0,2 mgkgBB derajat 1 dijumpai nyeri tenggorokan tanpa nyeri Universitas Sumatera Utara 60 sewaktu menelan sebanyak 3 tiga orang dari 35 sampel 8.6 , derajat 2 dijumpai nyeri tenggorokan dan nyeri sewaktu menelan sebanyak 4 dua orang dari 35 sampel 11.4 . Nyeri tenggorokan derajat 3 nyeri tenggorokan dan susah menelan tidak di jumpai pada kelompok dexamethason 0,2 mgkgBB. Angka kejadian nyeri tenggorokan 12 jam setelah operasi pada kelompok Lidokain 1,5 mgkgBB derajat 1 dijumpai nyeri tenggorokan tanpa nyeri sewaktu menelan sebanyak 7 tujuh orang dari 37 sampel 18,9 , derajat 2 dijumpai nyeri tenggorokan dan nyeri sewaktu menelan sebanyak 2 dua orang dari 37 sampel 5,4 . Nyeri tenggorokan derajat 3 nyeri tenggorokan dan susah menelan tidak di jumpai pada kelompok Lidokain 1,5 mgkgBB. Angka kejadian nyeri tenggorokan pada jam ke‐1 setelah operasi ini di uji statistic dengan uji Chi‐Square dan didapatkan p= 0.166 tidak ada perbedaan efektifitas yang signifikan. Secara keseluruhan angka kejadian nyeri tenggorokan pada jam ke‐12 pada kelompok dexamethason 0,2 mgkgBB adalah 7 tujuh orang dari 35 sampel 20.0 sedangkan pada kelompok Lidokain 1,5 mgkgBB 9 Sembilan orang dari 37 sampel yang diperiksa 24.3. Setelah diuji dengan uji Chi‐Square didapatkan p= 0.659, tidak ada perbedaan efektifitas yang signifikan. Universitas Sumatera Utara 61 Gambar 16. Persentase Angka Kejadian Nyeri Tenggorokan pada setiap waktu penilaian Tabel 17. Angka kejadian nyeri tenggorokan secara umum pada kedua kelompok Variable Kelompok A n = 35 Kelompok B n = 37 Uji p Tidak nyeri 24 68.6 24 64.9 0.369 Nyeri 11 31.4 13 35.1 Total 35 100 37 100 Chi‐Square Secara umum tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik antara kedua kelompok dalam hal menurunkan angka kejadian nyeri tenggorokan, dimana pada kelompok Dexamethason 0,2 mgkgBB terdapat nyeri tenggorokan sebesar 31.4 sedangkan pada kelompok Lidokain 1,5 mgkgBB sebesar 35.1 . Setelah diuji dengan Chi‐Square didapatkan p= 0.369 artinya tidak ada perbedaan yang bermakna. Universitas Sumatera Utara 62

4.7. Hubungan lama tindakan anestesi dengan nyeri tenggorokan

Dokumen yang terkait

Perbandingan Ketamine 0.5 mg/kgBB/IV Dan Propofol 1 mg/kgBB/IV Untuk Mencegah Agitasi Paska Anestesi Sevoflurane Pada Pasien Pediatri Dengan General Anestesia

4 93 98

Perbandingan Obat Kumur Benzydamine Hydrochloride 22,5 Mg dan ketamin 40 Mg Dalam Mengurangi Nyeri Tenggorok Dan Suara Serak Akibat Intubasi Endotrakeal

3 60 112

Perbandingan Keberhasilan Obat Kumur Ketamin dan Aspirin dalam Mencegah Nyeri Tenggorok dan Suara Serak Akibat Intubasi Endotrakeal

3 55 95

Perbandingan Ketamin 0,5 MG/KGBB Intravena Dengan Ketamin 0,7 MG/KGBB Intravena Dalam Pencegahan Hipotensi Akibat Induksi Propofol 2 MG/KGBB Intravena Pada Anestesi Umum

2 53 97

Perbandingan Penambahan Petidin 0,1mg/Kgbb Dengan 0,2mg/Kgbb Ke Dalam Bupivacain Hiperbarik 20 Mg Untuk Mencegah Menggigil Pada Anestesi Intratekal

0 43 114

Perbandingan Ketamin Dosis 0.5 mg kgBB IV dan 1 mg kgBB IV Sebagai Preemptif Analgesia Pada Pascaoperasi Ginekologi Dengan Anestesi Umum

0 0 15

Perbandingan Ketamin Dosis 0.5 mg kgBB IV dan 1 mg kgBB IV Sebagai Preemptif Analgesia Pada Pascaoperasi Ginekologi Dengan Anestesi Umum

1 1 2

Perbandingan Ketamin Dosis 0.5 mg kgBB IV dan 1 mg kgBB IV Sebagai Preemptif Analgesia Pada Pascaoperasi Ginekologi Dengan Anestesi Umum

0 0 7

Perbandingan Ketamine 0.5 mg/kgBB/IV Dan Propofol 1 mg/kgBB/IV Untuk Mencegah Agitasi Paska Anestesi Sevoflurane Pada Pasien Pediatri Dengan General Anestesia

0 0 16

Perbandingan Obat Kumur Benzydamine Hydrochloride 22,5 Mg dan ketamin 40 Mg Dalam Mengurangi Nyeri Tenggorok Dan Suara Serak Akibat Intubasi Endotrakeal

0 3 17