37
Sampel diambil dari pasien yang di operasi dengan general anestesi intubasi
dengan status fisik : ASA 1‐2.
1. Setelah
dihitung secara statistik, seluruh sampel dibagi secara random
menjadi 2 dua kelompok. 2.
Randomisasi blok dilakukan oleh relawan dengan memakai tabel
angka random. Dengan menjatuhkan pena kertas tabel random,
ujung pena merupakan angka mulai urutan. Pilih 2 angka dengan
digit ke‐11 ke kanan membentuk pola berurut dari angka pertama
tadi sampai diperoleh sesuai besar sampel yang telah ditentukan.
Sesuaikan sekuens pada angka yang terpilih, kemudian susun
sekuens tersebut sesuai dengan nomer amplop sekuens terlampir
. Kelompok A mendapat dexamethason 0,2 mgkgBB dan kelompok
B mendapat Lidokain 1,5 mgkgBB. Obat disiapkan oleh relawan yang
membuat randomisasi peneliti dan pasien tidak mengetahui
komposisi obat dalam spuit.
3.5. Estimasi
Besar Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan Rumus :
Dimana :
Z α = 1,642 : 5
Z β = 0,842 : 20
Universitas Sumatera Utara
38
P1 = Nilai Proporsi keberhasilan untuk kelompok Dexamethason : 80
P2 = Nilai Proporsi keberhasilan untuk kelompok Lidokain : 60 Beda klinis
yang dianggap penting = 20
Dari Rumus diatas didapatkan keseluruhan sampel sebanyak 64 orang.
Karena penelitian ini mempunyai kriteria drop out maka sampel ditambah 10‐15
dari keseluruhan sampel. 10 dari 64 adalah 6,4 maka besar sampel adalah 64 + 6
= 70 orang, dimana 35 orang untuk kelompok Dexamethason dan 35 orang untuk
kelompok Lidokain.
3.6. Kriteria
Inklusi dan Eksklusi 3.6.1.
Kriteria inklusi
1. Bersedia
ikut dalam penelitian 2.
Usia 15 – 65 tahun
3. PS
ASA 1 ‐2 4.
Malampati I‐II
5. Lama
operasi yang diperkirakan 60 – 240 menit 6.
Pasien dengan posisi terlentang selama operasi
3.6.2. Kriteria
Eksklusi
1. Pasien
dengan pembedahan kepala dan leher 2.
Penggunaan pipa nasogastrik
3. Infeksi
saluran pernapasan atas
Universitas Sumatera Utara
39
4. Pasien
dengan terapi steroid 5.
Pasien dengan kontraindikasi terhadap dexamethason dan
lidokain
3.7. Kriteria
Drop Out
1. Usaha
intubasi lebih dari dua kali 2.
Lama operasi kurang dari 1 satu jam atau lebih dari 4 empat
jam 3.
Adanya trauma pada jalan napas pada saat intubasi dan
ekstubasi 4.
Pasien tidak kooperatif pada saat penilaian nyeri tenggorokan
3.8. Cara
Kerja
Persiapan pasien dan obat
a. Setelah
mendapat informed consent dan disetujui oleh komite etik, semua sampel
yang menjalani operasi dimasukkan kedalam kriteria inklusi dan eksklusi.
Sampel dibagi secara random menjadi 2 kelompok dan dilakukan randomisasi
tersamar ganda oleh relawan yang sudah dilatih. Random dilakukan
dengan memakai cara randomisasi blok sebagai berikut : dilakukan oleh
relawan yang sudah dilatih sebelumnya. Dengan memakai tabel angka random,
pena dijatuhkan diatas tabel angka random, angka yang terkena merupakan
urutan untuk memulai penelitian. Kelompok A mendapat Dexamethason
dan kelompok B mendapat Lidokain. Obat disiapkan oleh relawan
yang membuat randomisasi peneliti dan pasien tidak mengetahui komposisi
obat dalam spuit . Setelah melakukan randomisasi dan
Universitas Sumatera Utara
40
menyiapkan obat oleh relawan yang melakukan randomisasi, obat tersebut
diberikan ke peneliti di dalam amplop putih.
b. Kedua
kelompok menjalani prosedur persiapan operasi elektif. Pada
hari penelitian 1.
Obat disiapkan oleh relawan yang melakukan randomisasi pada saat akan
dilakukan penelitian, kedua obat dicampur dengan normal salin sampai 5 ml
dan di masukkan ke dalam spuit 5 ml.
2. Setelah
pasien memasuki kamar operasi, dipasang alat pantau noninvasiv monitoring
pada pasien dan dicatat data mengenai tekanan darah, laju nadi dan
laju napas. 3.
Pasien dipasang infus dengan jarum no 18G dan diberikan preloading cairan
Ringer Lactat 10 mlkgBB.
4. Pasien
dipremedikasi dengan midazolam 0,1 mgkgBB dan Pethidin 1 mgkgBB.
5. Kedua
kelompok dipasang dan dihubungkan dengan elektroda alat monitor neuro
muskular TOF Watch
®
, Organon Teknika, Netherland , dinilai TOF
ratio dalam dari tampilan layar alat.
6. Sepuluh
menit kemudian kelompok A diberikan injeksi Dexamethason 0,2 mgkgBB
IV, kelompok B diberikan injeksi Lidokain 2 1,5 mgkgBB IV. 7.
Dua menit kemudian dilakukan pengukuran tekanan darah, laju nadi dan
dicatat.
Universitas Sumatera Utara
41
8. Tiga
menit kemudian masing‐ masing kelompok diinduksi dengan Propofol Safol
®
dosis 2‐2.5 mgkgBB IV sampai hilangnya refleks kedua bulu mata. 9.
Setelah induksi masing‐masing kelompok diberikan injeksi Rocuronium
Roculax
®
1 mgkgBB IV, dinilai TOF ratio dalam dari tampilan layar alat. 10.
Laringoscopy dilakukan setelah obat pelumpuh otot bekerja sempurna TOF
ratio 0‐5 dengan menggunakan blade metal Macintosh nomor 3 atau 4
oleh residen semester IV pada kedua kelompok.
11. Intubasi
dengan ETT polyvinyl chloride, low pressure high volume, diameter internal
7 Fr untuk perempuan dan internal diameter 7,5 Fr untuk laki‐laki. 12.
Segera setelah intubasi cuff ETT diisi dengan udara sampai tidak ada
kebocoran pada saat pemberian ventilasi positif.
13. Kedalaman
ETT ditentukan dengan mendengar suara napas paru kanan sama dengan
paru kiri menggunakan steteskop, ETT difiksasi kemudian dilakukan pengukuran
tekanan cuff dengan Endotest
®
RUSCH dan dicatat. 14.
Pemeliharaan anestesi dengan Isoflurane 0,5‐1 dan O2 : N2O 50 : 50
15. Pemeliharaan
pelumpuh otot dengan Atrakrium 0,1‐0,2 mgkgBB setiap 15‐ 20
menit untuk kedua kelompok. 16.
Pada akhir pembedahan digunakan oksigen 100 , antagonis pelumpuh otot
diberikan setelah napas spontan TOF ratio 70 dengan atropine 0,01
mgkgBB dan prostigmin 0,02 mgkgBB.
17. Oropharingeal
suction dilakukan sebelum ekstubasi dengan melihat langsung untuk
mencegah trauma sampai bersih dari secret.
Universitas Sumatera Utara
42
18. Ekstubasi
dilakukan setelah pasien sadar penuh. 19.
Jalan napas tetap dijaga dan pasien dibawa ke ruang pemulihan dan diberikan
oksigen melalui nasal kanul 2‐3 litermenit
20. Penilaian
terhadap nyeri tenggorokan dilakukan tiga kali pada saat 1 jam, 6 ja dan
12 jam setelah operasi dengan nilai sebagai berikut : Tabel
6. Scoring Sistem untuk nyeri tenggorokan setelah operasi
6
NILAI KETERANGAN
Tidak ada nyeri tenggorokan setelah operasi pada setiap penilaian
1 Nyeri tenggorokan minimal, tidak nyeri pada saat menelan 2
Nyeri tenggorokan sedang, nyeri pada saat menelan tetapi masih bisa
menelan
3
Nyeri tenggorokan berat, susah menelan
21. Analgetik
setelah operasi diberikan ketorolac 0,5‐1 mgkgBB IV setelah penilaian
terhadap nyeri tenggorokan. 22.
Hasil pengamatan pada kedua kelompok dibandingkan secara statistic
23. Penelitian
dihentikan bila subjek menolak untuk berpartisipasi, terjadi kegawat
daruratan jalan napas, jantung, paru dan otak yang mengancam jiwa.
Universitas Sumatera Utara
43
3.9. Alur