Analisis Kandungan Logam Cu, Fe, Dan Pb Dalam Obat Tradisional Minyak Karo

(1)

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM Cu, Fe, dan Pb DALAM

OBAT TRADISIONAL MINYAK KARO

SKRIPSI

ROIMAN TULUS NABABAN

090802039

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

UNUVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM Cu, Fe, dan Pb DALAM OBAT TRADISIONAL MINYAK KARO

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjna Sains

ROIMAN TULUS NABABAN 090802039

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNUVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

PERSETUJUAN

Judul: : ANALISIS KANDUNGAN LOGAM Cu, Fe, dan Pb DALAM OBAT TRADISIONAL MINYAK KARO

Kategori : SKRIPSI

Nama : ROIMAN TULUS NABABAN

NIM : 090802039

Program Studi : SARJANA (S1) KIMIA Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, Januari 2014

Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing II Dosen Pembimbing I

Drs.Ahmad Darwin Bangun, M.Sc Prof.Dr.Harlem Marpaung NIP.19521116198003001 NIP.194804141974031001

Diketahui / disetujui oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua

NIP. 195408301985032001


(4)

PERNYATAAN

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM Cu, Fe, dan Pb DALAM OBAT TRADISIONAL MINYAK KARO

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Januari 2014

ROIMAN TULUS NABABAN 090802039


(5)

PENGHARGAAN

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah bapa yang maha kuasa, Tuhan Yesus Kristus, dan Rohul Kudus berkat kasih dan penyertaan-Nya dalam setiap langkah penulis, dalam setiap masa sulit yang diluar batas kemampuan tenaga dan pikiranku Engkau tetap menguatkan sehingga penulis dapat melewati masa perkuliahan.

Ucapan terima kasih yang tak terhingga buat Ayahku tercinta Wilter Nababan dan mama tercinta Demak Sinaga yang telah memberikan kasih saying yang tiada habisnya dan doa-doanya yang selalu menyertaiku serta dukungan moril dan material dan juga kepada kakakku Lidya Rouli Nababan,S.Pd serta adik-adikku Daniel Nababan, Benardo Nababan, Siska Nababan, Sulastri Nababan, Enjelina Nababan, dan Imel Nababan. Tak lupa juga buat kedua oppungku, dan semua keluarga yang telah memberi dukungan hingga akhirnya penelitian ini dapat diselesaikan.

Dengan segala hormat penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Harlem Marpaung selaku pembingbing I sekaligus Kepala Laboratorium Kimia Analitik FMIPA USU dan Bapak Drs. Ahmad Darwin Bangun M.Sc selaku pembingbing II yang telah memberikan bingbingan serta saran kepada penulis selama melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku Ketua Departemen Kimia dan Bapak Drs. Albert Pasaribu, M.Sc selaku Sekretaris Departemen. Juga kepada Bapak Drs. Amir Hamzah, M.Si selaku dosen wali penulis. Dan juga kepada K’ Tiwi laboran Laboratoriun Kimia Analitik FMIPA USU juga K’ Indah, K’bella, Destaria, Emilia, Juliana, Reh Malem dan juga adik-adik stambuk 010 dan 011 asisten Laboratorium Kimia Analitik FMIPA USU dan juga sahabat-sahabat penulis Sudirman Silaen, Sabam, Iwan, Sheyla Pg, Melda, Nora, Emil, Malem serta teman-teman penulis mahasiswa Kimia USU tambuk 2009, abang dan kakak stambuk 2006, adik-adik 2012 yang sangat membantu penulis. Dan akhirnya saya mengucapkan terima kasih buat seseorang yang selalu menemani penulis dalam suka dan duka Fitri Sulastri Sianturi yang selalu ada untuk tempat penulis bertukar pikiran.


(6)

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM Cu, Fe, dan Pb DALAM OBAT TRADISIONAL MINYAK KARO

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian kandungan logam Cu, Fe, dan Pb dalam minyak urut yang nerupakan obat tradisional Suku Karo. Contoh obat diambil dari tiga daerah dengan perbedaan ketinggian yaitu desa Suka Dame 1192 m dpl, desa Seribu Jandi 1400 m dpl dan pasar tradisional Kaban Jahe Kabupaten Karo 1200 m dpl. Contoh untuk Cu, Fe didestruksi dengan cara pengabuan pada suhu 500-600oC kemudian abunya dilarutkan dengan HNO3(p) dan H2SO4p) dilanjutkan dengan pemanasan setelah penambahan H2O2 30% dan contoh untuk Pb didestruksi dengan pemanasan 500-6000C kemudian dilarutkan dengan HNO3(p). Analisa kualitatif sampel dilakukan menggunakan inductively Couple Plasma-Optical Emission Spectroscopy (ICP-OES) dan penentuan kandungan Cu, Fe, dan Pb dilakukan dengan menggunakan metode Spektroskopi Serapan Atom (SSA),

dimana λmaksimum untuk masing-masing logam adalah Cu = 324,75 nm, Fe =

248,33 nm dan Pb = 283,31 nm. Hasil yang diperoleh secara berturut-turut adalah kandungan logam Cu, Fe, dan Pb dalam sampel dari daerah desa Suka Dame: 0,3604 mg/L; 0,8228 mg/L dan 0,1701 mg/L daerah Seribu jandi adalah 0,3036 mg/L; 1,7492 mg/L and 0,0708 mg/L dan untuk daerah pasar Kaban Jahe adalah 1,0429 mg/L; 2,2093 mg/L dan 0,0922 mg/L. Kandungan logam masih dalam batas aman meskipun terdapat beberapa variasi kandungan logam diantara contoh yang diambil dari ketiga daerah tersebut.

Kata Kunci: Minyak Tradisional Karo, logam dalam minyak tradisional karo, destruksi kering, SSA.


(7)

ANALYSIS CONTENTS OF Cu, Fe, and Pb IN TRADITIONAL

MEDICINE OIL KARO

ABSTRACT

It has been carried out the analysis of Cu, Fe, and Pb in massage oil was a traditional medicine of Karo tribe. The samples were taken from three areas with different high namely Suka Dame village 1192 m asl, seribu jandi village 1400 m asl, and traditional markets of Kaban Jahe 1200 m asl. The sample for Cu and Fe was digested by hetaing at 500-6000C and by destruction using HNO3 and H2SO4 concentrated, than heating with the addition of H2O2 30%. The sample for Pb was digested by heating 500-6000C and by destruction using HNO3 concentrated. The qualitative test has been conducted by Inductively Couple Plasma-Optical Emission Spectroscopy (ICP-OES) , and analysis quantitative of Cu, Fe, and Pb

carried out by using Atomic Absorbtion spectroscopy (AAS), where λmaximum for each metal is Cu = 324,75 nm, Fe = 248,33 nm and Pb = 283,31 nm. The result obtained from this research showed that the Cu, Fe, and Pb contents in the samples respectively was Suka Dame village: 0,3604 mg/L, 0,8228 mg/L and 0,1701 mg/L Seribu Jandi village: 0,3036 mg/L, 1,7492 mg/L and 0,0708 mg/L as well as and Pasar Kaban Jahe: 1,0429 mg/L, 2,2093 mg/L and 0,0922 mg/L. Metal content was within safe limits even though there were some variations in metal content among samples taken from the three regions.

Key Words: Traditional Medicine Oil Karo, metal in the traditional medicine oil Karo, dry digestion, AAS.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Abstrak v

Abstract vi

Daftar isi vii

Daftar Tabel x

Daftar Gambar xi

Daftar Lampiran xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 2

1.3. Pembatasan Masalah 3

1.4. Tujuan penelitian 3

1.5. Manfaat Penelitian 3

1.6. Lokasi Penelitian 3

1.7. Metodologi penelitian 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Obat-Obatan Tradisional 5

2.2. Tanaman Obat 8

2.3. Minyak Karo 9

2.4. Logam Berat 11

2.4.1. Logam Cu 12

2.4.2. Logam Fe 13

2.4.3. Logam Pb 14

2.5. Logam Berat dalam Tumbuhan Obat-Obatan Tradisional 15

2.6. Ambang Batas Logam Berat Dalam Obat-Obatan 16

2.7. Destruksi 16

2.8. Peralatan ICP-OES dan SSA 17

2.8.1. ICP-OES 17


(9)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat-alat 21

3.2. Bahan-bahan 21

3.3. Prosedur penelitian 3.3.1. Pengambilan Sampel 23

3.3.2. Pembuatan Larutan Standard Cu 23

3.3.3. Pembuatan Larutan Standard Fe 24

3.3.4. Pembuatan Larutan Standard Pb 25

3.3.5. Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Standard Cu 26

3.3.6. Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Standard Fe 26

3.3.7. Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Standard Pb 26

3.3.8. Penyediaan Sampel 26

3.3.9. Penentuan Cu, Fe, dan Pb dalam Sampel 27

3.4. Bagan Penelitian 3.4.1. Pembuatan Kurva Kalibrasi Cu,Fe, dan Pb 28

3.4.2. Pengambilan Sampel 28

3.4.3. Penyediaan sampel 28

3.4.4. Pengukuran Kandungan Logam dalam Sampel 29

3.4.4.1. Pengukuran Cu dan Fe dalam Sampel 29

3.4.4.2 Pengukuran Pb dalam Sampel 30

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil dan Pengolahan Data 31

4.1.1. Hasil Analisa Kualitatif dengan Menggunakan ICP-OES 31 4.1.2. Analisa Kuantitatif dengan Menggunakan SSA 32

4.1.2.1. Penentuan Kandungan Cu 32

4.1.2.1.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi 32

4.1.2.1.2. Perhitungan Koefisien korelasi 33

4.1.2.1.3. Perhitungan Kandungan Cu dalam Sampel 34

4.1.2.2. Penentuan Kandungan Fe Total 39

4.1.2.2.1. Penurunan Persamaan garis Regresi 39

4.1.2.2.2. Perhitungan Koefisien Korelasi 40

4.1.2.2.3. Perhitungan Kandungan Fe Total Dalam Sampel 41

4.1.2.3. Penentuan Kandungan Pb 45

4.1.2.3.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi 45

4.1.2.3.2. Perhitungan Koefisien Korelasi 46

4.1.2.3.3. Perhitungan Konsentrasi Pb dalam Sampel 47


(10)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 56

5.2. Saran 57

DAFTAR PUSTAKA 58


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Jenis Tanaman yang Sering Dimanfaatkan Sebagai Obat Untuk

Penyakit Tertentu 7 Tabel 2.2. Jenis Obat dari Jenis Tanaman Tertentu dan Penyakit yang

Dapat Disembuhkan 9

Tabel 2.3. Jeni-jenis Obat Tradisional Masyarakat karo 10 Tabel 2.4. Jenis-jenis Gas pembakar Dengan gas Oksidan dan Suhu

Maksimum 19

Tabel 4.1. Hasil Analisa Kualitatif dengan Menggunakan ICP-OES 31 Tabel 4.2. Data Pengukuran Absorbansi Larutan Seri standard Tembaga

Dan Sampel 32

Tabel 4.3. Data Perhitungan Garis Regresi Larutan Seri Standard Tembaga 32 Tabel 4.4. Data Pengukuran Absorbansi Larutan Seri Standard Besi

Dan Sampel 39

Tabel 4.5. Data Perhitungan Garis Regresi Untuk Larutan Seri Standard

Besi 39

Tabel 4.6. Data Pengukuran Absorbansi Untuk Larutan Seri Standard

Timbal dan Sampel 45

Tabel 4.7. Data Perhitungan Garis Regresi Untuk Larutan Seri Standard


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Bagan Alat ICP-OES 18

Gambar 2.2. Proses Atomisasi Pada SSA 19

Gambar 2.3. Bagan Alat SSA 20

Gambar 4.1. Kurva Kalibrasi Larutan Seri Standard Tembaga 34

Gambar 4.2. Kurva Kalibrasi Larutan Seri Standard Besi 40


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Daftar Kadar Logam Cu,Fe, dan Pb dari Setiap Sampel

Obat Tradisional Minyak Karo dengan Standard BPOM tentang Kandungan Logam dalam jenis Ramuan Obat

yang Digunakan Pada Kulit 60 Lampiran 2. Perbandingan Konsentrasi logam Cu, Fe, dan Pb Dalam

Sampel Obat Tradisional Minyak Karo dengan Standard BPOM Tentang Ambang Batas Logam Dalam Obat yang

Dikomsumsi 60

Lampiran 3. Keterangan Kondisi Alat AAS Parklin Elmer 60 Lampiran 4. Keterangan Kondisi Alat ICP-OES 61


(14)

ANALISIS KANDUNGAN LOGAM Cu, Fe, dan Pb DALAM OBAT TRADISIONAL MINYAK KARO

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian kandungan logam Cu, Fe, dan Pb dalam minyak urut yang nerupakan obat tradisional Suku Karo. Contoh obat diambil dari tiga daerah dengan perbedaan ketinggian yaitu desa Suka Dame 1192 m dpl, desa Seribu Jandi 1400 m dpl dan pasar tradisional Kaban Jahe Kabupaten Karo 1200 m dpl. Contoh untuk Cu, Fe didestruksi dengan cara pengabuan pada suhu 500-600oC kemudian abunya dilarutkan dengan HNO3(p) dan H2SO4p) dilanjutkan dengan pemanasan setelah penambahan H2O2 30% dan contoh untuk Pb didestruksi dengan pemanasan 500-6000C kemudian dilarutkan dengan HNO3(p). Analisa kualitatif sampel dilakukan menggunakan inductively Couple Plasma-Optical Emission Spectroscopy (ICP-OES) dan penentuan kandungan Cu, Fe, dan Pb dilakukan dengan menggunakan metode Spektroskopi Serapan Atom (SSA),

dimana λmaksimum untuk masing-masing logam adalah Cu = 324,75 nm, Fe =

248,33 nm dan Pb = 283,31 nm. Hasil yang diperoleh secara berturut-turut adalah kandungan logam Cu, Fe, dan Pb dalam sampel dari daerah desa Suka Dame: 0,3604 mg/L; 0,8228 mg/L dan 0,1701 mg/L daerah Seribu jandi adalah 0,3036 mg/L; 1,7492 mg/L and 0,0708 mg/L dan untuk daerah pasar Kaban Jahe adalah 1,0429 mg/L; 2,2093 mg/L dan 0,0922 mg/L. Kandungan logam masih dalam batas aman meskipun terdapat beberapa variasi kandungan logam diantara contoh yang diambil dari ketiga daerah tersebut.

Kata Kunci: Minyak Tradisional Karo, logam dalam minyak tradisional karo, destruksi kering, SSA.


(15)

ANALYSIS CONTENTS OF Cu, Fe, and Pb IN TRADITIONAL

MEDICINE OIL KARO

ABSTRACT

It has been carried out the analysis of Cu, Fe, and Pb in massage oil was a traditional medicine of Karo tribe. The samples were taken from three areas with different high namely Suka Dame village 1192 m asl, seribu jandi village 1400 m asl, and traditional markets of Kaban Jahe 1200 m asl. The sample for Cu and Fe was digested by hetaing at 500-6000C and by destruction using HNO3 and H2SO4 concentrated, than heating with the addition of H2O2 30%. The sample for Pb was digested by heating 500-6000C and by destruction using HNO3 concentrated. The qualitative test has been conducted by Inductively Couple Plasma-Optical Emission Spectroscopy (ICP-OES) , and analysis quantitative of Cu, Fe, and Pb

carried out by using Atomic Absorbtion spectroscopy (AAS), where λmaximum for each metal is Cu = 324,75 nm, Fe = 248,33 nm and Pb = 283,31 nm. The result obtained from this research showed that the Cu, Fe, and Pb contents in the samples respectively was Suka Dame village: 0,3604 mg/L, 0,8228 mg/L and 0,1701 mg/L Seribu Jandi village: 0,3036 mg/L, 1,7492 mg/L and 0,0708 mg/L as well as and Pasar Kaban Jahe: 1,0429 mg/L, 2,2093 mg/L and 0,0922 mg/L. Metal content was within safe limits even though there were some variations in metal content among samples taken from the three regions.

Key Words: Traditional Medicine Oil Karo, metal in the traditional medicine oil Karo, dry digestion, AAS.


(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang sangat luas, mempunyai kurang lebih dari 13700 pulau yang besar dan kecil dengan keanekaragaman jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Sudirga. 2006). Menurut Supriatna (2008) Indonesia memiliki keaneka ragaman hayati tingkat pertama untuk bagian tumbuh-tumbuhan dan yang sangat penting dapat dijadikan sebagai obat-obatan alami, rempah-rempah dan lainnya.

Sesuai dengan peraturan Menkes tahun 2007, Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.

Salah satu jenis obat tradisional yang banyak digunakan dalam masyarakat khususnya masyarakat Sumatera Utara yaitu Minyak Karo. Minyak tersebut menjadi minyak urut untuk berbagai penyakit luar seperti patah tulang dan juga obat luka akibat benda tajam atau kecelakaan. Sumber utama pembuatan minyak karo ini dibuat dengan mencampurkan akar-akaran darijenis-jenis tumbuhan obat yang dimasak dengan minyak kelapa dengan suhu tinggi dan waktu relatif lama, sehingga memungkinkan terlarutnya logam-logam berat yang berasal dari tumbuhan obat tersebut. Minyak urut bila mengandung logam berat yang jumlahnya banyak dapat menimbulkan dampak negatif dan akan menjadi masalah. Masuknya logam berat kedalam tubuh dengan cara ini adalah absorbsi melalui permukaan kulit. Menurut keterangan dari produsen sekaligus penjual obat


(17)

tradisional karo, minyak ini juga memiliki khasiat untuk penyembuhan penyakit dalam sehingga memungkinkan obat tersebut dapat diminum, sehingga memungkinkan logam berat dapat masuk secara langsung kedalam tubuh.

Kecenderungan masyarakat lebih memilih obat tradisional sekarang ini mengakibatkan banyaknya praktek atau produk - produk obat tradisional yang dibuat oleh masyarakat tertentu mengalami peningkatan yang sangat besar tanpa adanya pengawasan dan jaminan terhadap efek samping yang diakibatkan karena mengkomsumsi obat tradisional yang tidak terdaftar pada BPOM ataupun badan pengawas kesehatan nasional atau internasional.

Menurut badan kesehatan dunia, semua obat tradisonal harus memiliki jaminan bahwa obat-obat tersebut sesuai dengan prioritas kebutuhan serta memenuhi standar mutu, keamanan, khasiat obat yang diterima, dan sesuai dengan pelayanan kesehatan (WHO, 2005). Bahaya penggunaan obat tradisional yang masih belum terdaftar dalam badan pengawas kesehatan dapat diakibatkan oleh adannya zat-zat berbahaya yang terdapat dalam obat tradisional seperti kandungan logam-logam berat yang bersifat karsinogenik yang melampaui ambang batas.

Inductively Couple Plasma-Optical Emission Spectroscopy (ICP-OES) suatu alat analisa kimia yang menggunakan metode proses atomisasi dengan plasma yang dihasilkan menggunakan gas inert seperti argon. Alat ini dapat menganalisa sebanyak 70 unsur dengan konsentrasi dibawah 1 mg/L dimana alat ini dapat menganalisa secara kualitatif dan analisa kuantitatif. Sehingga tidak perlu dilakukan analisa kualitatif dengan metode reaksi pengenal untuk setiap unsur. Karena untuk kadar dibawah 1 mg/L analisa kualitatif dengan menggunakan reaksi pengenal kurang efektif. ICP-OES masih sangat jarang ditemukan, prosesnya sangat rumit, dan biayanya sangat mahal oleh karena itu, untuk analisa kuantitatif dilakukan dengan menggunakan Spektrokopi Serapan Atom (SSA).


(18)

Untuk analisa kandungan logam berbahaya dalam sampel dilakukan dengan metode analisa ICP-OES dan SSA, karena kedua metode ini lebih sensitif, spesifik dan batas deteksinya rendah.

1.2. Permasalahan

1. Apakah obat tradisional minyak karo mengandung logam Cu, Fe, dan Pb? 2. Berapa kandungan logam Cu, Fe, dan Pb dalam obat tradisional minyak karo? 3. Apakah minyak tradisonal minyak karo sudah memenuhi standart BPOM

mengenai kandungan logam Cu, Fe, dan Pb?

1.3. Pembatasan Masalah

1. Minyak karo yang dijadikan sebagai sampel diambil dari tiga daerah yang berbeda ketinggiannya dari daerah Karo.

2. Penentuan kandungan logam Cu, Fe, dan Pb dilakukan dengan ICP-OES dan SSA.

1.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk menentukan kadar logam berat Cu, Fe, dan Pb yang berbahaya bagi kesehatan.

2. Untuk mengetahui apakah minyak tradisional karo sudah memenuhi standart BPOM sebagai obat yang digunakan pada kulit.

3. Untuk mengetahui apakah minyak tradisional karo sudah memenuhi standar BPOM bila digunakan sebagai jenis obat yang layak dikomsumsi.


(19)

1.5.Manfaat Penelitian

Penenilitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah yang bermanfaat bagi masyarakat tentang kandungan logam berat yang berbahaya bagi kesehatan sebagai salah satu upaya memenuhi standar BPOM khususnya logam berat Cu, Fe, dan Pb.

1.6.Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik FMIPA USU dan Laboratorium Terpadu Universitas Sumatera Utara (USU).

1.7.Metodologi Penelitian

1. Penelitian ini merupakan eksperimen laboratorium dan bersifat purposive 2. Sampel obat tradisional minyak karo diambil secara acak dari produk olahan

masyarakat dari tiga tempat ketinggian yang berbeda di daerah tanah karo. 3. Untuk analisa kualitatif dilakukan dengan menggunakan ICP-OES dan analisa

penentuan kandungan logam Cu, Fe, dan Pb dilakukan dengan SSA dimana sampel terlebih dahulu diarangkan diatas hotplate sampai larutan kering dan gas yang dihasilkan habis, lalu diabukan pada suhu 500-6000C selama 3 jam, kemudian abu dilarutkan dengan menggunakan HNO3(p), H2SO4(p) dan H2O2 25% untuk logam Cu dan Fe, sedangkan untuk Pb menggunakan HNO3(p).

4. Kandungan logam Cu, Fe dan Pb diperoleh dengan menggunakan metode kurva kalibrasi.

Kandungan logam Cu, Fe, dan Pb di dalam sampel diukur dengan menggunakan alat SSA dengan panjang gelombang untuk logam Cu λ= 324,75 nm; Fe λ=248,33 nm; Pb λ=283,31 nm.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Obat-obatan Tradisional

Indonesia memiliki etnis sangat beragam, yaitu terdiri atas 300 kelompok etnis (Salim, 1994). Setiap kelompok masyarakat ini memanfaatkan tumbuhan untuk kehidupan mereka, seperti untuk obat-obatan, peralatan rumah tangga, bermacam-macam anyaman/tali-temali, bahan perlengkapan upacara adat, disamping yang digunakan untuk kebutuhan sandang pangan serta papan. Bentuk susunan ramuan, komposisi dan proses pembuatan/pengolahan dilakukan secara tradisional menurut cara suku/kelompoknya masing-masing yang mereka terima secara turun-temurun.

Ramuan tradisional adalah media pengobatan alamiah dengan mmemakai tumbuhan tumbuhan sebagai bahan dasarnya. Media ini mungkin merupakan media pengobatan tertua. Sampai saat ini, ilmu pengobatan ini tetap mengacu pada tradisi kuno. Itulah sebabnya obat-obatan atau ramuan-ramuan dari tumbuh-tumbuhan dan tanaman disebut sebagai obat tradisional. Disebut obat karena ramuan tradisional tersebut dibuat dari jenis tumbuhan dan tanaman dan diyakini dapat menyembuhkan atau mengobati suatu penyakit (Dianawati et al. 2001).

Efek samping obat tradisional relatif kecil jika digunakan secara tepat, yang meliputi :

1. Kebenaran bahan : Tanaman obat di Indonesia terdiri dari beragam spesies yang kadang kala sulit untuk dibedakan satu dengan yang lain. Kebenaran bahan menentukan tercapai atautidaknya efek terapi yang diinginkan.

2. Ketepatan dosis : Tanaman obat, seperti halnya obat buatan pabrik memang tak bisa dikonsumsi sembarangan. Tetap ada dosis yang harus dipatuhi, seperti


(21)

halnya resep dokter. Buah mahkota dewa, misalnya, hanya boleh dikonsumsi dengan perbandingan 1 buah dalam 3 gelas air. Sedangkan daun mindi baru berkhasiat jika direbus sebanyak 7 lembar dalam takaran air tertentu.

3. Ketepatan waktu penggunaan : Kunyit diketahui bermanfaat untuk mengurangi nyeri haid dan sudah turun-temurun dikonsumsi dalam ramuan jamu kunir asam yang sangat baik dikonsumsi saat datang bulan, Akan tetapi jika diminum pada awal masa kehamilan beresiko menyebabkan keguguran. Hal ini menunjukkan bahwa ketepatan waktu penggunaan obat tradisional menentukan tercapai atau tidaknya efek yang diharapkan.

4. Ketepatan cara penggunaan : Satu tanaman obat dapat memiliki banyak zat aktif yang berkhasiat di dalamnya. Masing-masing zat berkhasiat kemungkinan membutuhkan perlakuan yang berbeda dalam penggunaannya. Sebagai contoh adalah daun Kecubung jika dihisap seperti rokok bersifat bronkodilator dan digunakan sebagai obat asma. Tetapi jika diseduh dan diminum dapat menyebabkan keracunan / mabuk.

5. Ketepatan telaah informasi : Perkembangan teknologi informasi saat ini mendorong derasnya arus informasi yang mudah untuk diakses. Informasi yang tidak didukung oleh pengetahuan dasar yang memadai dan telaah atau kajian yang cukup seringkali mendatangkan hal yang menyesatkan. Ketidaktahuan bisa menyebabkan obat tradisional berbalik menjadi bahan membahayakan (http://obtra29.wordpress.com/).

Kesesuaian dan kecocokan bahan baku ramuan tradisional untuk mengobati suatu penyakit memang didasarkan pada pengalaman turun temurun. Selama ini obat tradisional dianggap cukup manjur untuk mengobati berbagai macam penyakit. Selain itu, metode farmakologi modern senantiasa berhasil mengungkapkan adanya dasar-dasar ilmiah dibalik resep-resep ramuan tradisional. Disisi lain rendahnya pengetahuan tentang kandungan senyawa


(22)

berbagai tanaman obat kadang-kadang membuat pengobatan tradisional terasa masih meragukan.

Efek samping negative yang terkandung dalam ramuan tradisisonal sangat kecil jika dibandingkan dengan obat-obatan medis modern. Alasannya, bahan bakunya sangat alami atau tidak bersifat kimiawi. Selama mengikuti takaran yang dianjurkan, proses pembuatannya higienis, dan cara penyimpanannya baik, niscaya efek samping negatif obat tradisional tidak perlu dikhawatirkan..

Tabel 2.1. Jenis Tanaman yang Sering Dimanfaatkan sebagai Obat untuk Penyakit Tertentu:

NO. Nama Tanaman Khasiat

1. Daun dewa (Gynura segetum) Menyembuhkan muntah darah, payudara bengkak, pendarahan pada wanita, gigitan ular, dan batuk.

2. Seledri Menyembuhkan tekanan darah tinggi 3. Belimbing Menyembuhkan tekanan darah tinggi 4. Kelor Mengobati panas dalam atau demam 5. Daun bayam duri Mengobati kurang darah

6. Kangkung Mengobati insomnia

7. Saga (abru precatorius) Menyembuhkan batuk dan sari awan 8. Pacar cina Menyembuhkan penyakit gonorrhea 9. Landep (barlariae prionitis L) Menyembuhkan rematik

10. Miana(Coleus antropupureus Benthan)

Menyembuhkan wasir

11. Papaya (carica papaya L) Menyembuhkan demam dan disentri 12. Jinten (coleus ambonicus) Menyembuhkan batu, mules, dan

sariawan 13. Pegagan (Centela asiatica

Urban)

Menyembuhkan sariawan yang bersifat astringensia

14. Blustru (luffa cylindrice Roem) Bersifat deuretik (peluruh air seni) 15. Kemuning (Murraye paniculata

Jack)

Menyembuhkan penyakit gonorrhea 16. Murbei (Morus indica Rumph) Bersifat deuretik

17. Kumis kucing (Orthosiphon stamineus Benth)

Bersifat deureti

18. Sirih (Chavica betle L) Menyembuhkan batuk, antiseptika, dan obat kumur

19. Randu (Ceiba pentandra gaerth) Sebagai obat mencret dan berkumur 20. Salam(Eugenia polyantha

wight)

Bersifat astrigrensia 21. Jambu biji (Psidium guajava L) Menyembuhkan mencret ( Redaksi Agromedia, 2008)


(23)

2.2. Tanaman Obat

Penggunaan tumbuhan, baik sebagai obat, bahan makanan, bumbu, kosmetik, maupun sebagai bahan ramuan untuk upacara ritual keagamaan, telah dikenal sejak zaman kuno seperti yang telah ditemukan didalam berbagai catatan bangsa Cina, Mesir, Yunani, dan Roma. Bahkan penemuan terbaru di Pakistan membuktikan bahwa penggunaannya telah berlangsung selama 5000 tahun.

Tetapi dengan kemajuan peradapan modern, yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih cenderung menggunakan produk bukan alami atau sintetis, pemanfaatan produk tumbuhan sempat mengalami kemunduran beberapa saat, kecuali untuk penggunaan dan pemanfaatan sebagai bumbu dan rempah-rempah serta kosmetik. Hal ini karena produk artifisial yang cenderung lebih cepat dan praktis.

Penggunaan produk obat bukan alami atau sintetis ini berubah secara global dalam 20 tahun terakhir, yang mengarah kepada penggunaan bahan alam. Sebagai konsekuensinya, perhatian terhadap penelitian tumbuhan untuk obat sangan meluas, baik dalam bidang maupun kedalaman penelitian, sedangkan disiplin ilmu yang terlibat tidak lagi hanya farmasi dan ilmu kimia, melainkan juga kedokteran, farmakologi, botani, ekologi, dan sebagainya. Selain itu berkembang juga kepentingan ekonomi yang sangat besar dari hasil pertanian tumbuhan obat, yang menyebabkan peningkatan penelitian yang ditandai dengan meningkatnya jenis, jumlah dan mutu publikasi. Perubahan ini juga diakibatkan karena produk obat yang bersifat sintetis memiliki kecenderungan menghasilak efek samping yang berbahaya bagi kesehatan.

Memang, hingga saat ini belum semua tanaman penghasil obat sudah diteliti secara farmakologis khasiat dan kandungannya. Pada akhirnya, resep-resep tradisional juga harus dapat dipertanggungjawabkan secara medis dan ilmiah.


(24)

Tabel 2.2. Tabel Jenis Penyakit yang dapat Disembuhkan Dengan Obat dari Jenis Tanaman Tertentu:

Jenis penyakit

Jantung Sistem saraf

pusat Obat pernapasan Obat anti tumor Tanaman obat Apocynaceae: adenium, acokantera, apocynum, carbera, tangkinia, thevetia, nerium, Carissa, urichites. Asclepidaceae: Gomphocarpus, Callotropis, Pachycarpus.

Liliaceae: Urginea, Bowiea, Convallaria. Ranunculaceae: Adonis, Helloborus. Ephedrae herba, Ephedrae helpetica, Ephedrae gerardina, Ephedrae intermedia, Ephedrae shennungiana. Kawa-kawa rhizome (Piper methisiticum), Daun Koka (Erythroxylon truxillense), Marihuana (Cannabis indica), Rimpang, herba, Asarum europaeum, Althaea officinalis L, Plantago psylium, Plantaginis folium, Cetraria islandica, Malva silvestris, Tussilago farfara, Cephaelis ipecacuanha, Catharantu s roseus, podophylu m peltatum, Bryonia cretica ssp, Citrullus colocyntis, Viscum album L, Aristolochi a reticulate, Echinacea angustifolia , Echinacea purpurea, Taxus brevifolia ( Wiryowidagdo, 2007)

2.3. Minyak Karo

Tanaman obat telah lama digunakan oleh nenek moyang dan memberi hasil yang baik dalam pengobatan penyakit dan pemeliharaan kesehatan. Selama berabad-abad banyak tanaman yang berkhasiat sebagai obat berbagai jenis penyakit.

Pada zaman dahulu masyarakat mengetahui tanaman yang berkhasiat untuk obat dan cara penggunaanya. Bagian dari tanaman obat yang biasa dimanfaatkan sebagai bahan dalam pembuatan obat-obatan tradisional adalah akar, batang, daun, dan buah. Sumber pengetahuan itu berasal dari nenek moyang. Begitu juga dengan suku Karo, meskipun dunia pengobatan makin berkembang dengan pesat bukan berarti penggunaan pengobatan tradisional di Tanah Karo menghilang. Secara turun temurun dapat dipastikan mereka telah mampu


(25)

mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan yang dikenal dan dimanfaatkan untuk bahan obat dan pada umumnya hampir semua obat-obatan tradisional Karo menggunakan tanaman sebagai bahan utamanya.(Bangun, 2009).

Tabel 2.3. Jenis-jenis Obat Tradisional yang Sering Digunakan dalam Masyarakat Karo:

Jenis Bahan Baku Utama Manfaat /pemakaian

Minyak urut Akar-akar tumbuhan hutan Kebugaran tubuh , masuk angina,

keseleo, patah tulang, luka bakar

Tawar Campuran dedaunan tumbuhan hutan dengan tanaman pekarangan contoh kencur

Obat sakit perut, penyakit ringan dan penyakit berat lainnya Kuning(Param) Campuran dedaunan dan bunga

tumbuhan hutan dan pekarangan

Meningkatkan stamina terutama ibu hamil dan melahirkan Sembur Campuran tumbuhan hutan dan

pekarangan

Obat kepala dan pusing

(Harianja, 2012)

Tanaman obat tradisional yang digunakan masyarakat Karo yang ditemukan di Desa Jaranguda Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo terdiri dari 56 jenis tanaman. Tanaman obat tradisional ini banyak ditemukan di pinggir-pinggir jalan, di ladang-ladang masyarakat, di hutan dan dipekarangan rumah warga. Masyarakat Karo pada umumnya lebih sering menggunakan tanaman obat yang tumbuh liar daripada tanaman obat yang dibudidayakan karena menurut mereka tanaman obat yang tumbuh liar lebih berkhasiat dibandingkan dengan tanaman obat yang dibudidayakan. Karena tumbuhan yang sifatnya tumbuhan budidaya lebih cenderung terkontaminasi oleh logam-logam berbahaya yang bias berasal pupuk, pestisida, dan juga berasal dari asap kendaraan yang berada disekeliling perumahan warga.

Pengolahan tanaman obat tradisional oleh masyarakat Karo di Desa Jaranguda yaitu:


(26)

1. Bagian tanaman obat yang digunakan untuk pengobatan yaitu daun, batang, buah, biji, rimpang, akar dan lainya. Dari seluruh bagian tanaman yang digunakan daun merupakan bagian tanaman yang paling banyak digunakan untuk pengobatan , dilanjutkan dengan akar, rimpang, buah, batang dan biji. Sebagian tanaman obat dapat dimanfaatkan seluruh bagian tanaman baik yang masih segar maupun yang sudah dikeringkan.

2. Cara pengolahan tanaman obat agar menjadi obat adalah direbus, digiling halus, dibakar, ditumbuk, dikomsumsi dan diperas. Dari seluruh cara pengolahan tanaman obat tersebut direbus merupakan cara pengolahan yang paling banyak digunakan.

Penggunaan tanaman yang berkhasiat obat tradisional di Desa Jaranguda Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo yakni digunakan sebagai bahan pembuat minyak urut dan kuning. Ramuan-ramuan yang digunakan berasal dari pinggir-pinggir jalan di Desa Jaranguda dan pekarangan rumah warga (Ginting, 2012).

2.4. Logam Berat

Logam berat mengacu pada setiap logam yang berat atomnya lebih besar dari berkisar 50. Ketika terserap kedalam tubuh, secara langsung logam berat beracun (Eugene, 1990).Unsur logam berat adalah unsur yang mempunyai densitas lebih dari 5 gr/cm3 (Fardiaz, 1992). Hg mempunyai densitas 13,55gr/cm3. Diantara semua unsur logam berat, Hg menduduki urutan pertama dalam hal sifat racunnya, dibandingkan dengan logam berat lainnya, kemudian diikuti oleh logam berat antara lain Cd, Ag, Ni, Pb,As, Cr, Sn, Zn (Fardiaz, 1992).

Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah setiap bahan yang karena sifat atau konsenterasi, jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain (Pasal 1 (17) UU No. 23 1997) . B3 dalam ilmu bahan dapat berupa bahan biologis (hidup/mati) atau zat kimia. Zat kimia B3


(27)

dapat berupa senyawa logam (anorganik) atau senyawa organik, sehingga dapat diklasifikasikan sebagai B3 biologis, B3 logam dan B3 organik.

2.4.1. Logam Cu

Tembaga adalah logam merah muda yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Ia melebur pada suhu 1038oC. Karena potensial standarnya positif, (+0,34 V untuk pasangan Cu/Cu2+), ia tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bias larut sedikit. Asam nitrat yang sedang pekatnya (8M) dengan mudah melarutkan tembaga:

3Cu + 8HNO3 3Cu2+ + 6NO3- + 2NO + 4H2O

(Svehla, 1985)

Untuk orang-orang tertentu , karena factor keturunan dan factor lingkungan dapat menjadi luar biasa rentan terhadap sifat toksik yang mempengaruhi ginjal. Contoh beberapa orang tidak tahan terhadap toksin tembaga karena tidak mampu memepertahankan konsentrasi normal tembaga didalam tubuh penyakit ini disebut penyakit Wilson (WHO, 2005).

Cu merupakan unsur yang dibutuhkan dalam jumlah kecil. Apabila jumlah Cu telah melampaui batas aman, akan muncul toksitas. Manusia biasanya terpapar Cu dari tanah, debu, makanan, serta minuman yang tercemar Cu yang berasal dari pipa bocor pada penambangan Cu atau industri yang menghasilkan limbah Cu. Kira-kira 75-99% total in take Cu berasal dari makanan dan minuman. Setiap hari, manusia bias terpapar Cu yang antara lain berasal dari peralatan dapur ataupun koin.

Keracunan logam berat bersifat kronis dan dampaknya baru terlihat setelah beberapa tahun. Logam berat bersifat akumulatif didalam tubuh organisme dan konsentrasi mengalami peningkatan (biomagnifikasi) dalam rantai makanan.


(28)

Keracunan kronis Cu dapat mengurangi umur, menimbulkan berbagai masalah reproduksi dan menurunkan fertilitas (Widowati, 2008).

2.4.2. Logam Fe

Besi yang murni adalah logam berwarna putih-perak, yang kukuh dan liat. Besi membentuk dua deret garam yang penting. Garam-garam besi(II) atau fero diturunkan dari besi (II) oksida, FeO. Garam-garam ini mengandung kation Fe2+ dan berwarna sedikit hijau. Garam-garam besi(III) atau feri diturunkan dari oksida besi(III), Fe2O3. Mereka lebih stabil daripada garam besi (II). Zat-zat pereduksi mengubah ion besi(III) menjadi besi(II) (Svehla, 1990).

Besi merupakan mikroelemen esensial dalam system mahluk hidup. Logam ini banyak digunakan dalam pabrik dan merupakan logam multiguna. Besi banyak ditemukan dalam bahan makanan yang jumlahnya bervariasi dari yang rendah (dalam sayuran) dan yang tinggi (dalam daging). Kandunganya g rendah dari Fe dalam makanan akan menyebabkan naiknya efisiensi absorpsi Fe, disamping itu absorpsi logam lain juga meningkat baik esenssial (Co, Mn,Zn) maupun toksik (Cd, Pb). Tetapi sebaliknya makanan yang banyak mengandung Fe dapat menurunkan absorpsi Zn pada manusia dan Cu pada ruminansia (Darmono,1995).

Salah satu alasan mengapa Fe toksik pada sel adalah karena Fe mengkatalis pembentukan hidroksi radikal. Radikal oksigen terkenal toksik pada sel-sel hidup karena mampu menginduksi peroksida membrane lisosom yang menyebabkan kerusakan endotel dan paru-paru serta agregasi platelet darah (Merian,1994).


(29)

2.4.3. Logam Pb

Timbal-senyawa yang mengandung toksik yang tinggi dan lebih dikenal dalam masyarakat daripada arsenik saat ini. Polusi timbal dianggap oleh para ahli menjadi masalah lingkungan utama yang dihadapi dunia modern (Meyer, 1990). Timbel merupakan logam yang berwarna abu-abu kebiruan, dengan rapatan yang tinggi(11,48 gr/ml pada suhu kamar). Ia mudah terlarut dalam asam nitrat yang sedang pekatnya (8 M) (Svehla, 1990).

1. Sumber dari Alam

Kadar Pb yang secara alami dapat ditemukan dalam bebatuan sekitar 13 mg/kg. Khusus Pb yang tercampur dengan batu fosfat dan terdapat didalam batu pasir (sand stone) kadarnya lebih besar yaitu 100 mg/kg. Pb yang terdapat di tanah berkadar sekitar 5 -25 mg/kg dan di air bawah tanah (ground water) berkisar antara 1- 60μg/liter.

Secara alami Pb juga ditemukan di air permukaan. Kadar Pb pada air telaga dan air sungai adalah sebesar 1 -10 μg/liter. Dalam air laut kadar Pb lebih rendah dari dalam air tawar. Laut Bermuda yang dikatakan terbebas dari pencemaran mengandung Pb sekitar 0,07 μg/liter. Kandungan Pb dalam air danau dan sungai di USA berkisar antara 1-10 μg/liter.

2. Sumber dari Industri

Industri yang perpotensi sebagai sumber pencemaran Pb adalah semua industri yang memakai Pb sebagai bahan baku maupun bahan penolong, misalnya: Industri pengecoran maupun pemurnian. Industri ini menghasilkan timbal konsentrat (primary lead), maupun secondary lead yang berasal dari potongan logam (scrap). Industri batery. Industri ini banyak menggunakan logam Pb terutama lead antimony alloy dan lead oxides sebagai bahan dasarnya. Industri bahan bakar. Pb berupa tetra ethyl lead dan tetra methyl lead banyak dipakai sebagai anti knock


(30)

pada bahan bakar, sehingga baik industry maupun bahan bakar yang dihasilkan merupakan sum ber pencemaran Pb. Industri kabel. Industri kabel memerlukan Pb untuk melapisi kabel. Saat ini pemakaian Pb di industri kabel mulai berkurang, walaupun masih digunakan campuran logam Cd, Fe, Cr, Au dan arsenik yang juga membahayakan untuk kehidupan makluk hidup. Industri kimia, yang menggunakan bahan pewarna. Pada industri ini seringkali dipakai Pb karena toksisitasnya relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan logam pigmen yang lain. Sebagai pewarna merah pada cat biasanya dipakai red lead, sedangkan untuk warna kuning dipakai lead chromate.

3. Sumber dari Transportasi

Hasil pembakaran dari bahan tambahan (aditive) Pb pada bahan bakar kendaraan bermotor menghasilkan emisi Pb in organik. Logam berat Pb yang bercampur dengan bahan bakar tersebut akan bercampur dengan oli dan melalui proses di dalam mesin maka logam berat Pb akan keluar dari knalpot bersama dengan gas buang lainnya (Sudarmaji et al, 2003).

Daya racun didalam tubuh diantaranya disebabkan oleh penghambatan enzim-enzim oleh ion Pb2+. Enzim yang diduga dihambat adalah yang dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin . penghambatan tersebut diakibatkan karena terbentuknya ikatan yang kuat (ikatan kovalen) antara Pb2+ dengan grup sulfur yang terdapat dalam asam-asam amino (misalnya cistein) dari enzim tersebut (Fardiaz, 1992).

2.5. Akumulasi Logam Berat Dalam Tumbuhan Obat-Obatan Tradisional

Kemampuan tanaman dalam mengakumulasi logam berat dapat diprediksi dari nilai Bioconcentration Factor (BCF) dan Transfer Factor (TF). Bioconcentration Factor merupakan kemampuan tanaman untuk mengakumulasi logam berat tertentu sebagai tanggapan terhadap konsentrasi logam tersebut di dalam suatu


(31)

substrat. Bioconcentration Factor (BCF) ditentukan oleh rasio logam di akar dengan yang terdapat di dalam tanah. Nilai BCF >1 menunjukkan spesies tersebut potensial sebagai akumulator. Translocation Factor adalah rasio konsentrasi logam pada bagian pucuk terhadap bagian akar, menunjukkan kemampuan transfer logam dari akar ke pucuk tanaman. Baker (1981) membagi tanaman menjadi 3 kategori yaitu akumulator, excluder dan indikator. Akumulator mempunyai nilai BCF >1, excluder mempunyai nilai BCF< <1 dan tanaman indikator dengan nilai BCF mendekati 1. Keberhasilan fitoremediasi menghendaki tanaman yang mempunyai biomassa besar di samping kemampuan mengakumulasi kontaminan dalam biomassanya (Susana, at al. 2013).

2.6. Ambang Batas logam Berat Dalam Obat-Obatan

Sesuai dengan peraturan Direktorat jenderal pengawasan obat dan makanan No.28 tahun 2004 tentang batas maksimum cemaran logam dalam makanan dan obat diatur bahwa batas maksimum cemaran logam adalah Pb(timbal) 0,1 sampai 10 mg/Kg, untuk logam Cu 0,1 sampai 150 mg/Kg dan Fe 30 mg/Kg (BPOM, 2004).

2.7. Destruksi

Destruksi merupakan suatu cara perlakuaan (perombakan) senyawa menjadi unsur-unsur sehingga dapat dianalisa. Metode destruksi materi organik dapat dilakukan dengan dua cara yang selama ini dikenal dengan :

1. Metode destruksi basah 2. Metode destruksi kering

Destruksi basah pada prinsipnya adalah penggunaan asam nitrat untuk mendestruksi zat organik pada suhu rendah dengan maksud menghindari kehilangan mineral akibat penguapan. Pada tahapan selanjutnya, proses ini seringkali berlangsung sangat cepat akibat pengaruh asam perklorat atau hidrat


(32)

peroksida. Destruksi basah pada umumnya digunakan untuk menganalisa arsen, timah hitam, timah putih, seng, dan tembaga.

Ada tiga macam cara kerja destruksi basah dapat dilakukan, yaitu : 1. Destruksi basah menggunakan HNO3 dan H2SO

2. Destruksi basah menggunkana HNO

4

3, H2SO4, dan HClO 3. Destruksi basah menggunakan HNO

4

3, H2SO4, dan H2O2 (Apriyanto,1989).

Destruksi kering merupakan penguraian ( perombakan ) senyawa organik dalam sampel menjadi anorganik dengab jalan pengabuan sampel dan memerlukan suhu pemanasan tertentu (Raimon, 1992).

Temperatur pengabuaan harus diperhatikan sungguh – sungguh karena banyak elemen abu yang dapat menguap pada suhu yang tinggi misalnya unsur K, Na, S, Ca, Cl, P. selain itu suhu pengabuaan juga dapat menyebabkan dekomposisi senyawa tertentu misalnya K2CO3, CaCO3, MgCO3. Menurut Whichmann ( 1940 – 1941 ), K2CO3 terdekomposisi pada suhu 700OC, CaCO3 terdekomposisi pada suhu 600 – 650OC, sedangkan MgCO3 terdekomposisi pada suhu 300 – 400OC. Tetapi bila ketiga garam tersebut berada bersama – sama akan membentuk senyawa karbonat kompleks yang stabil. (Sudarmaji, 1989)

2.8. Peralatan ICP-OES dan SSA

2.8.1. ICP-OES

Metode ICP dari atomisasi dan eksitasi sampel telah dikembangkan dalam 10 sampai 20 tahun dan menawarkan beberapa keuntungan diatas kegunaan suber tembakan dan bunga api. Sebuah plasma adalah sebuah gas dalam sebuah fraksi signifikan dari atom-atom atau molekul yang terionisasi dan selanjutnya, akan berinteraksi dengan medan magnet. Plasma dihasilkan oleh “ penyemaian” dengan electron-elektron sebuah gas pembawa (Ar mengalir melalui sebuah tabung, untuk


(33)

menyediakan konduktifitas, dan dengan cara mengelilingi tabung dengan sebuah gulungan induksi yang menghasilkan medan magnet beisolasi (Kennedy,1984).

Karakteristik analitik ICP-OES membuatnya menjadi sebuah teknik yang digunakan untuk menentukan logam. Salah satu ciri-ciri ICP-OES sesuai komponen-komponen:

1. System preparasi sampel 2. Obor pembakar

3. Generator frekuensi tinggi 4. Transfer optik dan spectrometer 5. Detector

6. Peralatan komputer

Untuk analisis, sampel umumnya dilarutkan kedalam bentuk larutan encer dari berat dan pelarut yang diketahui. Larutan diaspirasikan kedalam nebulizer, dengan mengubah bentuk menjadi aerosol. Aerosol tersebut dijalankan kedalam plasma, itu akan diubah menjadi atom-atom dan melepaskan ion, dan atom (Unsur) dieksitasi dan emisi cahaya panjang gelombang tertentu. Intensitas dari cahaya pada panjang gelombang berhubungan dengan masing-masing elemen adalah proporsional terhadap konsentrasi unsur (national research Counsil, 2004). ICP-OES dapat menganalisa 35 logam dalam sekali analisa dalam sistem periodek unsur (Prichard,1996).


(34)

Gambar 2.1. Peralatan Utama dan Lay Out Peralatan ICP-OES

2.8.2. SSA

Metode SSA berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Misalkan natrium menyerap pada 589 nm, uranium 358,5 nm, sedangkan kalium pada 766,5 nm. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom.

Temperature yang digunakan dalam proses atomisasi harus terkendali dengan baik supaya proses atomisasi berjalan dengan sempurna.

Tabel 2.4. Berikut ini Tabel dari Gas Pembakar dengan Gas Oksidan dengan Suhu Maksimum yang dihasilkan.

Bahan Bakar Oksidan udara Oksidan oksigen N2O

Hidrogen 2100 2780 -

Asetilena 2200 3050 2955

Propan 1950 2800 -

Khopkar,S.M. 1990).

Proses atomisasi yang terjadi dalam atomizer pada instrumentasi AAS sebagai berikut:


(35)

Proses atomisasi akan menghasilkan sejumlah atom dalam keadaan dasar, dimana atom-atom dalam keadaan dasari ini mampu menyerap energy cahaya yang panjang gelombang resonansinya khas untuknya, yang pada umumnya adalah panjang gelombang radiasi yang akan dipancarkan atom-atom itu bila tereksitasi dari keadaan dasar. Jadi, jika cahaya dengan panjang gelombang resonansi itu dilewatkan nyala yang mengandung atom-atom yang bersangkutan, maka sebagian cahaya itu akan diserap , dan jauhnya penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom keadaan dasar yang berada dalam nyala (Basset,J. at al. 1994).

Gambar. 2.3. Bagan Alat SSA (Sumber : http///wordpress.com)

Hollow cathode merupakan lampu yang bertujuan untuk memberikan garis emisi yang tajam dari suatu unsur spesifik tertentu. Lampu ini memiliki dua elektroda, satu diantaranya berbentuk silinder dan terbuat dari unsur yang sama dengan unsur yang dianalisis. Dengan pemberian arus tertentu, logam mulia memijar, dan atom-atom katodanya akan teruapkan dengan pemercikan. Atom akan tereksitasi kemudian akan mengemisikan radiasi panjang gelombang tertentu. Suatu garis yang diinginkan dapat diisolasi dengan suatu monokromator (Khopkar, 1990).

Sistem pengabut atau nebulizer berfungsi untuk mengubah larutan uji menjadi atom-atom gas dan suksesnya metode fotometri nyala bergantung pada berfungsinya sistem pembakar pengabut dengan benar (Basset,J.at al. 1994).


(36)

BAB 3

METOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat-Alat

- Inductively Couple Plasma-Optical

Emission Spectroscopy Parklin Elmer - Atomic Absorbtion Spectrophotometer Parklin Elmer

- Neraca analitik Mettler PM 400

- Peralatan gelas Pyrex

- Hot plate Fisher

- Bola karet - Pipet tetes - Cawan krusibel

- Oven Fisher

- Tanur Fisher

- Spatula - Botol akuades

- Kertas`saring Whatman No.42 - Tanur listrik Fisher

- Corong gelas

- Beaker Glass Pirex - Pipet Volume Pirex - Mat Pipet Pirex - Gelas Ukur Pirex

3.2. Bahan-Bahan


(37)

- H2O2 - NH

30 % p.a ( E. Merck ) 4

- Akuades

OH 10% p.a (E. Merck)

- FeSO4.7H2 - Pb(NO

O p.a (E. Merck)

3)2 p.a (E. Merck)

-CuSO4.5H2 - KMnO

O p.a (E. Merck)

4


(38)

3.3. Prosedur Penelitian

3.3.1. Pengambilan Sampel

Sampel minyak karo diambil secara acak dari tiga tempat yang berbeda dari desa Suka Dame, desa Suka Jandi dan Pasar tradisional Kaban Jahe. Metode pengambilan sampel diambil secara acak dari produsen sekaligus penjual dengan wadah botol tertutup kemudian dimasukkan kedalam wadah yang tertutup rapat.

3.3.2. Pembuatan Larutan standard Cu2+

a. Larutan Standard Cu2+ 1000 mg/L

Sebanyak 3,9291 g CuSO4.5H2O dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer yang telah berisi akuades, diaduk hingga seluruh kristal larut sempurna, dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 mL, ditambahkan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan.

b. Larutan Standard Cu2+ 100 mg/L

Dipipet sebanyak 10 mL larutan induk Cu2+ 1000 mg/L dan dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml, ditambahkan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan.

c. Larutan Standard Cu2+ 10 mg/L

Dipipet sebanyak 10 mL larutan induk Cu2+ 100 mg/L dan dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml, ditambahkan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan.


(39)

d. Larutan Standard Cu2+ 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; dan 2,5 mg/L

Dipipet sebanyak 2,5 ; 5,0 ; 7,5 ; 10 dan 12,5 mL larutan standard Cu2+ 10 mg/L dan dimasukkan labu ukur 50 mL, ditambahkan akuades sampai garis tanda dan dihomogenkan.

3.3.3. Pembuatan Larutan Standard Fe3+

a. Larutan Standard Fe3+ 1000 mg/L

Sebanyak 50 mL akuades dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer, ditambahkan 20 mL H2SO4 pekat secara perlahan- lahan kedalam labu Erlenmeyer.

Sebanyak 4,9784 g FeSO4.7H2O dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer yang telah berisi campuran akuades dan H2SO4, diaduk hingga seluruh kristal larut sempurna, dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 mL, ditambahkaan KMnO4 0,1 N setetes demi setetes sampai diperoleh warna merah muda, ditambahkan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan.

b. Larutan Standard Fe3+ 100 mg/L

Dipipet sebanyak 10 mL larutan induk Fe3+ 1000 mg/L dan dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml, ditambahkan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan.

c. Larutan Standard Fe3+ 10 mg/L

Dipipet sebanyak 10 mL larutan induk Fe3+ 100 mg/L dan dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml, ditambahkan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan.


(40)

d. Larutan Seri Standard Fe3+ 0,5 ; 1,0 ; 1,5 ; 2,0 ; dan 2,5 mg/L

Dipipet sebanyak 2,5 ; 5,0 ; 7,5 ; 10 dan 12,5 mL larutan standart Fe3+ 10 mg/L dan dimasukkan labu ukur 50 mL, ditambahkan akuades sampai garis tanda dan dihomogenkan

3.3.4. Pembuatan larutan standard Pb2+

a. Pembuatan larutan standard Pb2+ 1000 mg/L

Sebanyak 1,6570 g Pb(NO3)2 dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer yang telah berisi akuades, diaduk hingga seluruh kristal larut sempurna, dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 mL, ditambahkan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan

b. Pembuatan larutan standard Pb2+ 100 mg/L

Dipipet sebanyak 10 mL larutan standard Pb2+ 1000 mg/L dan dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL, ditambahkan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan.

c. Pembuatan larutan standard Pb2+ 10 mg/L

Dipipet sebanyak 10 mL larutan standart Pb2+ 100 mg/L dan dimasukkan kedalam labu ukur 100 mL, ditambahkan akuades sampai garis tanda dan dihomogenkan.

d. Pembuatan larutan seri standard Pb2+ 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5 mg/L

Sebanyak 2,5; 5,0; 7,5; 10,0; 12,5 mL larutan standard Pb2+ 10 mg/L dan dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL, ditambahkan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan.


(41)

3.3.5. Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Standard Cu2+

Sebanyak 50 mL larutan seri standart Cu2+ 0,5 mg/L dibuat pada pH 3 kemudian diukur absorbansinya dengan Atomic Absorbtion Spectrophotometer (AAS). Perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali dan dilakukan hal yang sama untuk larutan standard 1,0; 1,5; 2,0; dan 2,5 mg/L.

3.3.6. Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Standard Fe3+

Sebanyak 50 mL larutan seri standart Fe3+ 0,5 mg/L dibuat pada pH 3 kemudian diukur absorbansinya dengan Atomic Absorbtion Spectrophotometer (AAS). Perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali dan dilakukan hal yang sama untuk larutan seri standard 1,0 ; 1,5 ; 2,0 ; dan 2,5 mg/L.

3.3.7. Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Standard Pb2+

Sebanyak 50 mL larutan seri standard Pb2+ 0,5 mg/L dibuat pada pH 3 kemudian diukur absorbansinya dengan Atomic Absorbtion Spectrophotometer (AAS). Perlakuan dilakukan sebanyak 3 kali dan dilakukan hal yang sama untuk larutan seri standard 1,0 ; 1,5 ; 2,0 ; dan 2,5 mg/L.

3.3.8. Penyediaan sampel

Minyak karo diukur sebanyak 10 g dimasukkan ke dalam cawan krusibel, kemudian dipanaskan diatas hotplate sampai kering dan asap yang dihasilkan habis. kemudian minyak karo yang telah dibakar di arangkan diatas hotplate sampai asap yang dihasilkan habis. Kemudian diabukan pada suhu 550 – 600 OC selama 3 jam dalam tanur listrik lalu didinginkan di dalam desikator.


(42)

3.3.9. Penentuan Cu2+, Fe3+, dan Pb2+ dalam sampel

Abu sampel yang diperoleh pada destruksi kering dimasukkan kedalam beaker glass 250 mL kemudian ditambahkan 10 mL HNO3 pekat dan dicampur ratakan sehingga diperoleh larutan sampel dan dipanaskan selama 30 menit dan didinginkan. Larutan sampel tersebut ditambahkan 5 mL HNO3 pekat dan 3 mL H2O2 30% kemudian dipanaskan diatas hot plate hingga setengah volume awal. Kemudian disaring dengan kertas saring whatman No.42, dicuci residu dengan akuades panas, lalu filtrat dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL dan diatur pH = 3 kemudian ditambahkan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan. Larutan sampel kemudian dianalisa secara kualitatif Cu, Fe, dan Pb dengan alat Inductively Couple Plasma-Optical Emission Spectroscopy (ICP-OES) dan analisa kuantitatif dengan menggunakan alat Spektroskopi Serapan Atom (SSA).


(43)

3.4. Bagan Penelitian

3.4.1. Pembuatan Kurva Kalibrasi Cu, Fe, dan Pb

Larutan Seri Standart Cu 0,5 mg/L

diatur pH=3

diukur absorbansi dengan menggunakan alat AAS, dan dilakukan pengukuran untuk 1,0; 1,5; 2,0; 2,5 mg/L dengan panjang gelombang 324,75 nm

Hasil

Catatan: dilakukan hal yang sama untuk larutan seri standard Fe λ=248,33 nm, dan Pb λ=283,31 nm.

3.4.2. Penyediaan Sampel

Penjual/Produsen Minyak Karo

dipilih sampel secara acak dari tiga daerah berbeda

dimasukkan wadah pendingin dan tertutup

Sampel Minyak Karo

3.4.3. Pengabuan Sampel

10 gram Minyak Karo

dimasukkan kedalam cawan krusibel dipanaskan diatas hotplate sampai sampai larutannya kering dan asap yang dihasilkan habis

Hasil

dimasukkan kedalam tanur listrik diabukan dalam tanur pada suhu 500-6000C selama 3 jam

didinginkan didalam desikator Abu Minyak Karo


(44)

3.4.4. Pengukuran Kandungan

3.4.4.1. Pengukuran Cu dan Fe dalam Sampel

Abu Hasil Destruksi Kering Minyak Karo

dimasukkan kedalam beaker glass 250 mL ditambahkan 10 mL HNO3(p)

LarutanSampel

ditambahkan 5 mL HNO3(p) ditambahkan 2 mL H2O2 30%

dipanaskan diatas hotplate hingga setengah volume awal

didinginkan

disaring dengan kertas saring whatman No.42

Residu Filtrat

dicuci dengan akuades panas

Residu

dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL diatur pH = 3

ditambahkan akuades hingga garis tanda dihomogenkan

dianalisa secara kualitatif dengan ICP-OES dianalisa kandungan Cu dan Fe dengan SSA Hasil

ditambhakan 2 ml H2SO4(p) dipanaskan selama 30 menit

diaduk didinginkan


(45)

3.4.4.2. Pengukuran Kandungan Pb

Abu Hasil Destruksi Kering Minyak Karo

dimasukkan kedalam beaker glass 250 mL ditambahkan 10 mL HNO3(p)

LarutanSampel

ditambahkan 5 mL HNO3(p)

Residu Filtrat

dicuci dengan akuades panas

Residu

dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL diatur pH = 3

ditambahkan akuades hingga garis tanda dihomogenkan

dianalisa secara kualitatif dengan ICP-OES dianalisa kandungan Pb dengan SSA Hasil

dipanaskan diatas hotplate hingga setengah volume awal

didinginkan

disaring dengan kertas saring whatman No.42 dipanaskan diatas hotplate selama 30 menit diaduk


(46)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil dan Pengolahan Data

4.1.1. Hasil Analisa Kualitatif dengan Menggunakan ICP-OES

Dari hasil analisa kualitatif diperoleh data logam-logam yang terdapat dalam sampel minyak karo sebagai berikut:

Tabel 4.1. Hasil Analisa Kualitatif dengan Menggunakan ICP-OES

No. Jenis Logam

λ (nm) Sampel

Minyak Karo Suka Dame

Minyak Karo Seribu

Jandi

Minyak Karo Pasar Kaban Jahe

1 Ba 455,403 0,01360 0,00142 0,01097

2 Cd 228,802 0,01102 0,01104 0,01097

3 Co 238,892 -0,00473 0,04717 0,02287

4 Cr 267,716 0,19420 0,12582 0,06657

5 Cu 324,754 0,75533 0,39798 0,31899

6 Fe 259,592 6,59751 7,48330 5,36407

7 Mn 257,610 0,24188 0,17769 0,16404

8 Pb 220,353 0,55085 0,58789 0,52040


(47)

4.1.2. Analisa Kuantitatif dengan Menggunakan SSA

4.1.2.1. Penentuan Kandungan Cu

4.1.2.1.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi

Hasil pengukuran absorbansi dari larutan seri standar tembaga dan sampel dapat dilihat pada table berikut.

Tabel 4.2. Data Pengukuran Absorbansi Larutan Seri Standart Tembaga

dan Sampel dengan λmaksimum 324,75 nm

No.

Spesi

Absorbansi

A1 A2 A3 Ā

1. 0,0 mg/L 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 2. 0,5 mg/L 0,0195 0,0191 0,0200 0,0195 3. 1,0 mg/L 0,0381 0,0390 0,0385 0,0385 4. 1,5 mg/L 0,0579 0,0570 0,0574 0,0574 5. 2,0 mg/L 0,0757 0,0753 0,0762 0,0757 6. 2,5 mg/L 0,0956 0,0960 0,0965 0,0960 7. MK I 0,0137 0,0140 0,0141 0,0139 8. MK II 0,0115 0,0117 0,0121 0,0118 9. MK III 0,0402 0,0397 0,0399 0,0399 Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi diturunkan dengan menggunakan metode least square sebagai berikut:

Tabel 4.3. Data Perhitungan Garis Regresi Untuk Larutan Seri Standart Tembaga

X �

=

∑ �� �

=

7,5

6

=

1,25

No. Xi Yi (Xi-X�) (Yi-Y�) (Xi-X�)2 (Yi-Y�)2 (Xi-X�) (Yi-Y�)

1 0,0 0,0000 - 1,25 -0,0479 1,5625 22,9441�10−4 5,9875�10−2

2 0,5 0,0195 -0,75 -0,0284 0,5625 8,0656�10−4 2,1300�10−2

3 1,0 0,0385 -0,25 -0,0094 0,0625 0,8836�10−4 0,2350�10−2

4 1,5 0,0574 0,25 0,0095 0,0625 0,9025�10−4 0,2375�10−2

5 2,0 0,0757 0,75 0,0278 0,5625 7,7284�10−4 2,0850�10−2

6 2,5 0,0960 1,25 0,0481 1,5625 23,1361�10−4 6,0125�10−2


(48)

Y

=

∑ Yi n

=

0,2871

6

=

0,0478 Penurunan persamaan garis regresi: Y = aX + b

Dimana a = slope b = intersept

a = ∑(Xi−X� )(Yi−Y�)

∑(Xi−X�)2 =

16,6875x10−2

4,3750 = 0,0381

b = Y−aX

= 0,0478 – (0,0381)(1,2500) = 0,0002

Maka persamaan garis regresi adalah: Y = 0,0381 X + 0,0002

4.1.2.1.2. Perhitungan Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

r = ∑[(Xi− X�)(Y− Y�)]

�∑(Xi− X�)2(Y− Y�)2 =

16,6875x10−2

�(4,3750)(63,6603x10−4) = 0,9998 Pembuatan kurva kalibrasi berupa garis linear dengan memplotkan absorbansi terhadap konsentrasi sebagai berikut:


(49)

Gambar 4.1. Kurva Kalibrasi Larutan Seri Standart Cu

4.1.2.1.3. Perhitungan Kandungan Cu dalam Sampel

a. Minyak Karo dari Desa Suka Dame (MK I)

Data absorbansi sampel minyak karo dari desa suka dame adalah sebagai berikut: A1

A

= 0,0137 2

A

= 0,0140 3 = 0,0141

Maka diperoleh kandungan Cu yaitu: X1

X

= 0,3543 mg/L 2

X

= 0,3622 mg/L 2

�� = 0,3604 mg/L = 0,3648 mg/L


(50)

Kemudian dihitung deviasi standar sebagai berikut: (X1−X �)2 = (0,3543 - 0,3604)2 = 0,3721 × 10 (X2 −X �)2 = (0,3622 - 0,3604)

-4

2 = 0,0324 × 10 (X3 −X �)2 = (0,3648 - 0,3604)

-4

2 = 0,1936 × 10-4 Σ(Xi−X �)2 = 0,5981 × 10-4

Maka, S =

∑(Xi−X�) 2

n−1

=

0,5981x10−4

2 = 0,0055 Didapatkan harga Sx

S

x

=

S √n =

0,0055

√3 = 0,0031 adalah:

Dari data hasil distribusi t student untuk n = 3 , dengan derajat kebebasan (dk) = n – 1 = 2 untuk derajat kepercayaan 95% (p – 0,05), t = 4,30 maka :

d = t �0,05 x (n−1)�Sx

d = 4,30 (0,05 x 2)0,0031 = 0,0013

Sehingga diperoleh Kandungan tembaga dalam minyak karo tersebut dengan faktor pengenceran 10 kali adalah:

3,6040 ± 0,0013 mg/L

Maka untuk memperoleh kandungan tembaga dalam satuan mg/gr, konsentrasi tembaga yang diperoleh dikonversikan kedalam persamaan:

Kandungan Cu = X�×volumepelarut BeratContoh

×

10

3

= 3,6040mg/L ×0,050L

104mg

×

10

mg/gr

3

= 0,0180 ± 0,0000065 mg/gr

mg/gr

Sehingga diperoleh

Kandungan= 0,180±0,000065 mg/10gr


(51)

b. Minyak Karo dari daerah Seribu Jandi (MK II)

Data absorbansi sampel minyak karo dari desa suka dame adalah sebagai berikut: A1 A = 0,0115 2 A = 0,0117 3 = 0,0121

Maka diperoleh kandungan Cu yaitu: X1

X

= 0,2966 mg/L 2

X

= 0,3018 mg/L 2

�� = 0,3036 mg/L = 0,3123 mg/L

Kemudian dihitung deviasi standar sebagai berikut:

(X1−X �)2 = (0,2966 – 0,3036)2 = 0,4900 × 10 (X2 −X �)2 = (0,3018 – 0,3036)

-4

2

= 0,0324 × 10 (X3 −X �)2 = (0,3123 – 0,3036)

-4

2

= 0,7569 × 10-4

Σ(Xi−X �)2 = 1,2793 × 10-4 Maka, S =

∑(Xi−X�)

2

n−1

=

1,2793x10−4

2 = 0,0080

Didapatkan harga Sx

S

x

=

S

√n =

0,0080

√3 = 0,0046 adalah:

Dari data hasil distribusi t student untuk n = 3 , dengan derajat kebebasan (dk) = n – 1 = 2 untuk derajat kepercayaan 95% (p – 0,05), t = 4,30 maka :

d = t �0,05 x (n−1)�Sx


(52)

Sehingga diperoleh Kandungan tembaga dalam minyak karo dengan faktor pengenceran 10 adalah:

3,0360 ± 0,0020 mg/L

Maka untuk memperoleh kandungan Cu dalam satuan mg/gr, konsentrasi Cu yang diperoleh dikonversikan kedalam persamaan:

Kandungan Cu = X�×volumepelarut BeratContoh

×

10

3

= 3,0360mg/L ×0,050L

104mg

×

10

mg/gr

3

= 0,0152 ± 0,00001 mg/gr

mg/gr

Sehingga diperoleh

Kandungan = 0,152±0,0001 mg/10gr

Kandungan = 15,2±0,01 mg/Kg

c. Minyak Karo dari daerah pasar Kaban Jahe (MK III)

Data absorbansi sampel minyak karo dari pasar Kaban Jahe adalah sebagai berikut: A1 A = 0,0402 2 A = 0,0397 3 = 0,0399

Maka diperoleh kandungan Cu total yaitu: X1

X

= 1,0499 mg/L 2

X

= 1,0367 mg/L 2

X

� = 1,0429 mg/L = 1,0420 mg/L

Kemudian dihitung deviasi standart sebagai berikut: (X1−X �)2 = (1,0499 – 1,0429)2 = 0,4900 × 10 (X2 −X �)2 = (1,0367 – 1,0429)

-4

2


(53)

(X3 −X �)2 = (1,0420 – 1,0429)2 = 0,0081 × 10-4

Σ(Xi−X �)2 = 0,8825 × 10-4

Maka, S =

∑(Xi−X�) 2

n−1

=

0,8825x10−4

2 = 0,0066 Didapatkan harga Sx

S

x

=

S √n =

0,0066

√3 = 0,0038 adalah:

Dari data hasil distribusi t student untuk n = 3 , dengan derajat kebebasan (dk) = n – 1 = 2 untuk derajat kepercayaan 95% (p – 0,05), t = 4,30 maka :

d = t �0,05 x (n−1)�Sx

d = 4,30 (0,05 x 2)0,0038 = 0,0016

Sehingga diperoleh kandungan tembaga dalam minyak karo adalah: 1,0429 ± 0,0016 mg/L

Maka untuk memperoleh kandungan tembaga (Cu) dalam satuan mg/gr, kandungan Cu yang diperoleh dikonversikan kedalam persamaan:

Kandungan Cu = X�×volumepelarut BeratContoh

×

10

3

= 1,0429mg/L ×0,050L

104mg

×

10

mg/gr

3

= 0,0052 ± 0,0000080 mg/gr

mg/gr

Sehingga diperoleh

Kandungan = 0,052±0,000008 mg/10gr


(54)

4.1.2.2. Penentuan Kandungan Fe total

4.1.2.2.1. Penurunan Persamaan Garis regresi

Hasil pengukuran absorbansi dari larutan seri standart besi dan sampel dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.4. Data pengukuran Absorbansi Larutan Seri Standar Besi dan

Sampel dengan λmaksimum 248,33 nm

No.

Spesi

Absorbansi

A1 A2 A3 Ā

1. 0,0 mg/L 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 2. 0,5 mg/L 0,0100 0,0095 0,0100 0,0098 3. 1,0 mg/L 0,0204 0,0211 0,0213 0,0209 4. 1,5 mg/L 0,0308 0,0311 0,0301 0,0307 5. 2,0 mg/L 0,0417 0,0423 0,0420 0,0420 6. 2,5 mg/L 0,0511 0,0507 0,0511 0,0510 7. MK I 0,0176 0,0166 0,0174 0,0172 8. MK II 0,0357 0,0357 0,0367 0,0360 9. MK III 0,0463 0,0407 0,0486 0,0452 Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi diturunkan dengan menggunakan metode least square sebagai berikut:

Tabel 4.5. Data Perhitungan Garis Regresi Untuk Larutan Seri Standar Besi (Fe)

X �

=

∑ Xi n

=

7,5

6

=

1,25

Y

=

∑ Yi

n

=

0,1544

6

=

0,0257 Penurunan persamaan garis regresi

No. Xi Yi (Xi-X�) (Yi-Y�) (Xi-X�)2 (Yi-Y�)2 (Xi-X�) (Yi-Y�) 1 0,0 0,0000 - 1,25 -0,0257 1,5625 6,6049�10−4 3,2125�10−2 2 0,5 0,0098 -0,75 -0,0159 0,5625 2,5281�10−4 1,1925�10−2 3 1,0 0,0209 -0,25 -0,0048 0,0625 0,2304�10−4 0,1200�10−2 4 1,5 0,0307 0,25 0,0050 0,0625 0,2500�10−4 0,1250�10−2 5 2,0 0,0420 0,75 0,0163 0,5625 2,6569�10−4 1,2225�10−2 6 2,5 0,0510 1,25 0,0253 1,5625 6,4009�10−4 3,1625�10−2


(55)

Y = aX + b Dimana a = slope b = intersept

a =

∑(Xi−X� )(Yi−Y�) ∑(Xi−X�)2

=

8,8375x10−2

4,3750

=

0,0202

b = Y−aX

= 0,0257 – (0,0202)(1,2500) = 0,0007

Maka persamaan garis regresi adalah: Y = 0,0202 X + 0,0007

4.1.2.2.2. Perhitungan Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

r =

∑[(Xi−X�)(Y−Y�)] �∑(Xi−X�)2(Y−Y�)2

=

8,8375x10−2

�(4,3750)(18,6712x10−4)

=

0,9987

Pembuatan kurva kalibrasi berupa garis linear dengan memplotkan absorbansi terhadap konsentrasi sebagai berikut:

Gambar 4.2. Kurva Kalibrasi Larutan Seri Standar Fe

y = 0.0202x + 0.0007 r² = 0.9987

0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3

A

bs

or

bans

i


(56)

4.1.2.2.3. Perhitungan Kandungan Fe total dalam Sampel

a. Minyak Karo dari Desa Suka Dame (MK I)

Data absorbansi sampel minyak karo dari desa suka dame adalah sebagai berikut:

A1 A = 0,0176 2 A = 0,0166 3 = 0,0174

Maka diperoleh konsentrasi Fe total yaitu: X1

X

= 0,8366 mg/L 2

X

= 0,7871 mg/L 2

X

� = 0,8228 mg/L = 0,8267 mg/L

Kemudian dihitung deviasi standar sebagai berikut: (X1−X �)2 = (0,8366 - 0,8228)2 = 1,9044 × 10 (X2 −X �)2 = (0,7871 - 0,8228)

-4

2

= 12,7449 × 10 (X3 −X �)2 = (0,8267 - 0,8228)

-4

2 = 0,1521 × 10-4 Σ(Xi−X �)2 = 14,8014 × 10-4

Maka, S =

∑(Xi−X�) 2

n−1

=

14,8014x10−4

2 = 0,0272 Didapatkan harga Sx

S

x

=

S √n =

0,0272

√3 = 0,0157 adalah:

Dari data hasil distribusi t student untuk n = 3 , dengan derajat kebebasan (dk) = n – 1 = 2 untuk derajat kepercayaan 95% (p – 0,05), t = 4,30 maka :


(57)

d = 4,30 (0,05 x 2)0,0157 = 0,0067

Sehingga diperoleh Kandungan besi dalam minyak karo adalah: 0,8228 ± 0,0067 mg/L

Maka untuk memperoleh kandungan besi (Fe) dalam satuan mg/gr, kandungan Fe yang diperoleh dikonversikan kedalam persamaan:

Kandungan Fe = X�×volumepelarut BeratContoh

×

10

3

= 0,8228mg/L ×0,050L

104mg

×

10

mg/gr

3

=0,0041 ± 0,000034 mg/gr

mg/gr

Sehingga diperoleh:

Kandungan = 0,041±0,00034 mg/10gr

Kandungan = 4,1±0,034 mg/Kg

b. Minyak Karo dari daerah Seribu Jandi (MK II)

Data absorbansi sampel minyak karo dari desa Seribu Jandi adalah sebagai berikut:

A1 A

= 0,0357 2

A

= 0,0357 3 = 0,0367

Maka diperoleh kandungan Fe total yaitu: X1

X

= 1,7327 mg/L 2

X

= 1,7327 mg/L 2

X

� = 1,7492 mg/L = 1,7821 mg/L


(58)

Kemudian dihitung deviasi standart sebagai berikut: (X1−X �)2 = (1,7327 – 1,7492)2 = 2,7225 × 10 (X2 −X �)2 = (1,7327 – 1,7492)

-4

2 = 2,7225 × 10 (X3 −X �)2 = (1,7821 – 1,7492)

-4

2 = 10,8241 × 10-4 Σ(Xi−X �)2 = 16,2691 × 10-4

Maka, S =

∑(Xi−X�) 2

n−1

=

16,2691x10−4

2 = 0,0285 Didapatkan harga Sx

S

x

=

S √n =

0,0285

√3 = 0,0165 adalah:

Dari data hasil distribusi t student untuk n = 3 , dengan derajat kebebasan (dk) = n – 1 = 2 untuk derajat kepercayaan 95% (p – 0,05), t = 4,30 maka :

d = t �0,05 x (n−1)�Sx

d = 4,30 (0,05 x 2)0,0165 = 0,0071

Sehingga diperoleh Kandungan besi dalam minyak karo tersebut adalah: 1,7492 ± 0,0071 mg/L

Maka untuk memperoleh kandungan Fe dalam satuan mg/g, kandungan Fe yang diperoleh dikonversikan kedalam persamaan:

Kandungan Fe = X�×volumepelarut BeratContoh

×

10

6

= 1,7492mg/L ×0,050L

104mg

×

10

mg/gr

6

= 0,0087 ± 0,000036 mg/gr

mg/gr

Sehingga diperoleh:

Kandungan = 0,087±0,00036 mg/10gr


(59)

c. Minyak Karo dari Daerah Pasar Kababnjahe (MK III)

Data absorbansi sampel minyak karo dari desa Seribu Jandi adalah sebagai berikut: A1 A = 0,0463 2 A = 0,0407 3 = 0,0486

Maka diperoleh kandungan Fe total yaitu: X1

X

= 2,2574 mg/L 2

X

= 1,9802 mg/L 3

X

� = 2,2093 mg/L = 2,3712 mg/L

Kemudian dihitung deviasi standar sebagai berikut: (X1 −X �)2 = (2,2574 – 2,2093)2 = 23,1361 × 10 (X2 −X �)2 = (1,9802 – 2,2093)

-4

2

= 524,8681 × 10 (X3 −X �)2 = (2,3712 – 2,2093)

-4

2

= 262,1161 × 10-4

Σ(Xi−X �)2 = 810,1203 × 10 Maka, S =

∑(Xi−X�)

2

n−1

=

810,1203x10−4

2 = 0,2013

-4

Didapatkan harga Sx

S

x

=

S

√n =

0,2013

√3 = 01173 adalah:

Dari data hasil distribusi t student untuk n = 3 , dengan derajat kebebasan (dk) = n – 1 = 2 untuk derajat kepercayaan 95% (p – 0,05), t = 4,30 maka :

d = t �0,05 x (n−1)�Sx

d = 4,30 (0,05 x 2)0,1173 = 0,0504

Sehingga diperoleh Kandungan besi dalam minyak karo tersebut adalah: 2,2093 ± 0,0504 mg/L


(60)

Maka untuk memperoleh kandungan besi (Fe) dalam satuan mg/gr, kandungan Fe yang diperoleh dikonversikan kedalam persamaan:

Kandungan Fe = X�×volumepelarut BeratContoh

×

10

3

= 2,2093mg/L ×0,050L

104mg

×

10

mg/gr

3

= 0,0110 ± 0,00003 mg/gr

mg/gr

Sehingga diperoleh:

Kandungan = 0,110±0,0003 mg/10gr

Kandungan = 11,0±0,03 mg/Kg

4.1.2.3. Penentuan Kandungan Pb

4.1.2.3.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi

Hasil pengukuran nilai absorbansi (A) dari suatu larutan seri standard timbal dan sampel dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.6. Data Pengukuran Absorbansi Larutan Seri Standart Timbal dan

Sampel dengan λmaksimum 283,31 nm

No.

Spesi

Absorbansi

A1 A2 A3 Ā

1. 0,0 mg/L 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 2. 0,5 mg/L 0,0019 0,0021 0,0022 0,0021 3. 1,0 mg/L 0,0050 0,0048 0,0051 0,0050 4. 1,5 mg/L 0,0072 0,0071 0,0074 0,0072 5. 2,0 mg/L 0,0102 0,0098 0,0098 0,0099 6. 2,5 mg/L 0,0115 0,0110 0,0114 0,0113 7. MK I 0,0010 0,0009 0,0008 0,0009 8. MK II 0,0006 0,0003 0,0004 0,0004 9. MK III 0,0005 0,0004 0,0007 0,0005 Keterangan : MK: Minyak Karo


(61)

Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi diturunkan dengan menggunakan metode least square:

Table 4.7. Data Perhitungan Garis Regresi Untuk Larutan Seri Standart Timbal (Pb)

No. Xi(ppm Y )

i(A) − �� �� − �� (− ��)P 2

(�� − ��)2 (− ��)(�� − ��)

1. 0,0 0,0000 -1,25 -0,0059 1,5625 0,3481×10-4 0,00737

2. 0,5 0,0021 -0,75 -0,0038 0,5625 0,1444×10-4 0,00285

3. 1,0 0,0050 -0,25 -0,0009 0,0625 0,0081×10-4 0,00022

4. 1,5 0,0072 0,25 0,0013 0,0625 0,0169×10-4 0,00032

5. 2,0 0,0099 0,75 0,0040 0,5625 0,0160×10-4 0,00300

6. 2,5 0,0113 1,25 0,0054 1,5625 0,2916×10-4 0,00675

Σ 7,5 0,0355 0 0,0001 4,3750 0,9691×10-4 0,02053

X

=

ΣXi

n

=

7,5

6

=

1,25

Y

=

ΣYi

n

=

0,0355

6

=

0,0059 Penurunan persamaan garis regresi: Y = aX + b

Dimana a = Slope b = Intersept a

=

Σ{(Xi−X�)(Yi−Y�)}

(Xi−X�)2

=

0,02053

4,3750

=

0,0047

b = Y�- aX�

= 0,0059-0,0047(1.25) = 0,0001

Maka persamaan garis regresi adalah: Y= 0,0047 X + 0,0001

4.1.2.3.2. Perhitungan Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut: r = Σ(Xi−X�)(Yi−Y�)

[(Xi−X�)2(Σ(Yi−Y�)2]1 2� =

0,02053


(62)

Selanjutnya absorbansi diplotkan terhadap konsentrasi larutan seri standar sehingga diperoleh suatu kurva kalibrasi berupa garis linear seperti pada gambar berikut:

Gambar 4.3. Kurva Kalibrasi Larutan Seri Standard Pb

4.1.2.3.3. Perhitungan Kandungan Pb pada Sampel

a. Minyak Karo dari daerah Suka Dame (MK I)

Data absorbansi yang diperoleh untuk sampel Minyak Karo dari desa suka dame adalah sebagai berikut:

A1 A

= 0,0010 2

A

= 0,0009 3 = 0,0008

Nilai absorbansi yang diperoleh diatas disubstitusikan kedalam persamaan garis regresi


(63)

Y= 0,0047 X + 0,0001

Sehingga diperoleh kandungan (X) X1

X

= 0,1914 mg/L 2

X

= 0,1702 mg/L 3

X

� = 0,1701 mg/L = 0,1489 mg/L

Dari data diatas, dihitung nilai deviasi standart (S) sebagai berikut: (X1−X �)2 = (0,1914-0,1701)2 = 4,5360 × 10

(X2 −X �)2 = (0,1702-0,1701)

-4

2

= 0,0001 × 10 (X3 −X �)2 = (0,1489-0,1701)

-4

2

= 4,4944 × 10

Σ(Xi−X �)2 = 9,0305 × 10

-4

-4

Maka, S =

Σ(Xi−X�) 2 n−1 =

9,0305×10−4

2 = 0,0212 Didapat harga

S

x

=

S

√n =

0,0212

√3 = 0,0122

Dari data distribusi untuk n=3, derajat kepercayaan (dk)= n-1 =2, untuk derajat kepercayaan95% (p=0,05), nilai t = 4,30, sehingga diperoleh :

d = t �0,05 x (n−1)�Sx

d = 4,30 (0,05 x 2)0,0122 = 0,0052

Sehingga diperoleh kandungan timbal dalam sampel dengan derajat kepercayaan sebagai berikut:

0,1701 ± 0,0052 mg/L

Maka untuk memperoleh kandungan timbal (Pb) dalam satuan mg/gr, kandungan Pb yang diperoleh dikonversikan kedalam persamaan:

Kandungan Pb = X�×volumepelarut BeratContoh

×

10

3 mg/gr


(64)

= 0,1701mg/L ×0,050L

104mg

×

10

3

= 0,00085 ± 0,00003 mg/gr

mg/gr

Sehingga diperoleh:

Kandungan = 0,0085±0,0003 mg/10gr

Kandungan = 0,85±0,03 mg/Kg

b. Minyak Karo dari Desa Seribu Jandi (MK II)

Data absorbansi yang diperoleh untuk sampel Minyak Karo dari desa suka dame adalah sebagai berikut:

A1 A = 0,0006 2 A = 0,0003 3 = 0,0004

Nilai absorbansi yang diperoleh diatas disubstitusikan kedalam persamaan garis regresi

Y= 0,0047 X + 0,0001

Sehingga diperoleh konsentrasi (X) X1

X

= 0,1064 mg/L 2

X

= 0,0426 mg/L 3

X

� = 0,0708 mg/L = 0,0638 mg/L

Dari data diatas, dihitung nilai deviasi standar (S) sebagai berikut: (X1−X �)2 = (0,1064 - 0,0709)2 = 12,6025 × 10

(X2 −X �)2 = (0,0426 - 0,0709)

-4

2

= 8,0089 × 10 (X3 −X �)2 = (0,0638 - 0,0709)

-4

2

= 0,5041 × 10

Σ(Xi−X �)2 = 21,0115 × 10

-4

-4

Maka, S =

Σ(Xi−X�) 2 n−1 =

21,0115×10−4

2 = 0,0324


(1)

Pengolahan data dari hasil pengukuran setiap logam dari masing masing sampel dari tiap daerah, dilakukan dengan menentukan nilai standar deviasi, sehingga diperoleh nilai derajat kepercayaan (d) adalah: untuk sampel dari Desa Suka Dame: Cu = 0,0013 mg/L, Fe = 0, 0067 mg/L dan Pb = 0,0052 mg/L; Desa Seribu Jandi: Cu = 0,0020 mg/L, Fe = 0,0071 mg/L dan Pb = 0,0080 mg/L; Pasar Tradisional Kaban Jahe: Cu = 0,0016 mg/L, Fe = 0,0504 mg/L dan Pb = 0,0081 mg/L.

Dilihat dari hasil penelitian diatas kandungan logam Cu, Fe dan Pb dari tiap daerah pengambilan sampel kandungan logam tidak dipengaruhi oleh ketinggian daerah karena proses pembuatan minyak tradisional karo yang dibuat dari minyak kelapa dan campuran berbagai macam rempah-rempah yang belum tertentu jenis-jenisnya dan pengambilannya yang masih dilakukan secara acak dari berbagai daerah khusus penghasil rempah-rempah tertentu yang dicampur. Dan juga proses yang belum diatur sebagai proses yang telah dipatenkan. Akumulasi logam didalam obat tidak hanya dipengaruhi oleh jenis tumbuhan tetapi juga dipengaruhi oleh wadah tempat pengolahan yang bisa menyumbangkan logam akibat pengikisan selama pemanasan.


(2)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Data analisa kualitatif dengan menggunakan ICP-OES diperoleh logam yang terdapat dalam sampel yaitu: Ba, Cd, Co, Cr, Cu, Fe, Mn, Pb, dan Ni.

Hasil analisa dengan menggunakan SSA adalah sebagai berikut: Desa Suka Dame (MK I) Tembaga (Cu): 0,180±0,000065 mg/10 gr atau 18,0±0,0065 mg/Kg, Besi total (Fe): 0,041±0,00034 mg/10gr atau 4,1±0,034 mg/Kg dan Timbal (Pb): 0,0085±0,0003 mg/10gr atau 0,85±0,03 mg/Kg; Desa Seribu Jandi (MK II): Tembaga (Cu): 0,152±0,0001 mg/10gr atau 15,2±0,01 mg/Kg, Besi total (Fe): 0,087±0,00036 mg/10gr atau 8,7±0,036 mg/Kg dan Timbal (Pb): 0,0035±0,0004 mg/10gr atau 0,35±0,04 mg/Kg; Pasar Kaban jahe (MK III): Tembaga (Cu): 0,052±0,000008 mg/10gr atau 5,2±0,0008 mg/Kg, Besi total (Fe): 0,110±0,0003 mg/10gr atau 11,0±0,03 mg/Kg, Timbal (Pb): 0,0046±0,0004 mg/10gr atau 0,46±0,04 mg/Kg.

2. Bahwa minyak tradisional karo sudah memenuhi standar BPOM untuk kandungan Pb sebagai bahan ramuan yang digunakan dengan cara dioles pada kulit dimana sesuai standar BPOM untuk ramuan yang digunakan pada kulit lebih rendah dari 20 mg/Kg (BPOM NOMOR HK.03.1.23.07.11.6662 TAHUN 2011). Sementara untuk logam Fe dan Cu belum ada dalam daftar BPOM.


(3)

3. Bahwa minyak tradisional Karo sudah memenuhi syarat bila digunakan sebagai jenis obat yang dikomsumsi secara langsung dilihat dari kandungan logamnya yang masih dibawah ambang batas untuk obat dan makanan menurut BPOM dimana konsentrasinya tidak lebih dari 150 mg/Kg untuk Cu (BPOM 2004) dan 10 mg/Kg untuk Pb (BPOM 2004) dan 30 mg/Kg untuk Fe (BPOM 2004).

5.2. Saran

Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan analisa kadar logam berbahaya lainnya seperti Hg, As, dan kadar senyawa organik meliputi P. aeruginosa, S. aureus, C. albicans yang merupakan senyawa yang berbahaya terhadap kulit sesuai BPOM NOMOR HK.03.1.23.07.11.6662 TAHUN 2011.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agromedia, 2008. Ramuan Tradisional untuk Mengatasi Aneka Penyakit. Edisi kedua. Jakarta: PT Agromedia Pustaka

Bangun, R. S. 2010. Kuning pada Masyarakat Karo Study Antropologi Kesehatan di Desa Banu Rayap Kecamatan Tiga Panah Karo. Skripsi. Medan Departemen Antorpologi Sosial FISIP Sumatera Utara

BPOM. 2004. No. 28. Ambang Batas Cemaran Logam Dalam Makanan

Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Mahluk Hidup. Jakarta: penerbit UI

Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Yokyakarta : Penerbit kasinus

Ginting, E. Y. 2012. Studi Etnobotani Penggunaan Tanaman Obat Tradisional Etnis Karo di Desa Jaranguda Kecamatan Merdeka Kabupaten Karo. Skripsi. Medan: UNIMED. Hal 7-25

Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengolahan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yokyakarta: Penerbit Kasinus

Harianja, A.H. 2012. Factor-faktor yang Mempengaruhi Komsumsi Tumbuhan Obat Dari Hutan Konservasi dari Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Jurnal. Parapat: Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli

http://obtra29.wordpress.com/ diakses tanggal 25 september 2013

Jusuf, R.,Sationo, A., Widowati, W. 2008. Efek Toksik Logam Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran. Yokyakarta: Penerbit Andi

Kennedy, J. H. 1984. Analytical Chemistry Principle. Second Edition. New York: W.B. Saunders Company

Khopkar, S.M. 1990. Konsep dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI- Press

Mahan, B. H. 1966. College chemistry. California: Addison-Wesley Publishing Company, Inc

Menkes. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan Tentang Kebijakan Obat Tradisonal Nasional


(5)

Lampiran 1. Daftar Kadar Logam Cu, Fe, dan Pb dari Setiap Sampel Obat Tradisional Minyak Karo dengan Satandar BPOM tentang Kandungan Logam Dalam Jenis Ramuan yang Digunakan Pada Kulit

Sampel Minyak Karo

Jenis Logam

Konsentrasi Ambang batas

Sumber

Suka Dame Cu 18,0 mg/Kg Belum ada -

Fe 4,2 mg/Kg Belum ada - Pb 0,85 mg/Kg 20 mg/Kg BPOM 2011

Seribu Jandi Cu 15,2 mg/Kg Belum ada -

Fe 8,7 mg/Kg Belum ada - Pb 0,35 mg/Kg 20 mg/Kg BPOM 2011 Pasar Kaban Jahe Cu 5,2 mg/Kg Belum ada -

Fe 11,0 mg/Kg Belum ada - Pb 0,46 mg/Kg 20 mg/Kg BPOM 2011

Lampiran 2. Perbandingan Konsentrasi Logam Cu, Fe, dan Pb Dalam Sampel Obat Tradisional Minyak Karo Dengan Standard BPOM Tentang Ambang Batas Logam Dalam Obat yang Bisa Dikomsumsi

Sampel Minyak Karo

Jenis Logam

Konsentrasi Ambang batas

Sumber Suka Dame Cu 18,0 mg/Kg 150 mg/Kg BPOM 2004

Fe 4,2 mg/Kg 30 mg/Kg BPOM 2004 Pb 0,85 mg/Kg 10 mg/Kg BPOM 2004 Seribu Jandi Cu 15,2 mg/Kg 150 mg/Kg BPOM 2004 Fe 8,7 mg/Kg 30 mg/Kg BPOM 2004 Pb 0,35 mg/Kg 10 mg/Kg BPOM 2004 Pasar Kaban Jahe Cu 5,2 mg/Kg 150 mg/Kg BPOM 2004 Fe 11,0 mg/Kg 30 mg/Kg BPOM 2004 Pb 0,46 mg/Kg 10 mg/Kg BPOM 2004

Lampiran 3. Keterangan Kondisi Alat AAS Parklin Elmer

Instrumentasi Merek

Atomic Absorbtion Spectrophotometer

Parklin Elmer

Gas Pembakar Kecepatan Aliran

Asetilen 2,50 L/Menit

Oksidan Kecepatan Aliran

Udara 10 L/Menit

Jenis Logam Slit Lampu Lampu λ (nm) Kuat Arus (mA)

Cu 0,7 C-HCL 324,75 15

Fe 0,2 C-HCL 248,33 30


(6)

Lampiran 4. Keteramgan Kondisi Alat ICP-OES

No. Parameter Kondisi

1 Panjang gelombang Cu (nm) 324,754

2 Panjang gelombang Fe (nm) 259,592

3 Panjang gelombang Pb (nm) 220,353

4 Tipe Gas Plasma Argon

5 Power (kW) 1,20

6 Kecepatan Aliran Gas Plasma (L/Min) 1,50

7 Kecepatan Gas Pendukung (L/Min) 1,50

8 Ketinggian Tungku (mm) 8

9 Tekanan Nebulizer (kPa) 200

10 Kecepatan Pompa (rpm) 20

11 Penundaan Penyerapan Sampel (s) 30

12 Lama Pembilasan (s) 10

13 Waktu Pembacaan Replikasi (s) 1

14 Penundaan Stabilisasi Instrumen (s) 15

15 Replikasi 3