Faktor Resiko Terjadinya KDRT Selama Kehamilan

Sondang Marisi Widyawati Sagala : Persepsi Masyarakat tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga Selama Kehamilan di Lingkungan 03 Kelurahan 2 Kecamatan Medan Belawan, 2010. KDRT adalah penyebab penting yang menyebabkan kesakitan pada wanita selama kehamilan. KDRT selama kehamilan merupakan penyebab utama kematian ibu hamil akibat pembunuhan yang dilakukan oleh pasangan Campbel, 1998 dalam O’Reilly, 2007. Banyak orang berpikir bahwa kekerasan akan berhenti jika seorang wanita dalam keadaan hamil. Penelitian menunjukkan bahwa kekerasan tidak berakhir ketika wanita hamil. Bahkan banyak penelitian mengatakan bahwa kehamilan dapat memperburuk tingkat kekerasan. Suatu hal yang perlu dipertimbangkan adalah bagaimana pasangan suami akan memperlakukan calon anak jika mereka sudah memperlakukan isteri dengan buruk Jennifer, 2008. Mulroney 2003 dalam O’Reilly, 2007 mengatakan bahwa kebanyakan wanita yang mengalami KDRT menghadapi masalahnya sendiri dan tidak membicarakannya pada orang lain, atau lebih memilih untuk berbicara kepada keluarga dan teman daripada mencari perlindungan dari luar disebabkan oleh beberapa hambatan, seperti takut, isolasi, kurang dukungan dan malu.

2.3.4 Faktor Resiko Terjadinya KDRT Selama Kehamilan

Beberapa faktor resiko yang berhubungan dengan KDRT selama kehamilan adalah kehamilan yang tidak diharapkan, stress akibat kehamilan, jumlah anak yang banyak multipara, penggunaan alkohol dan obat-obatan substance abuse. Kehamilan yang tidak direncanakan berisiko membuat wanita mengalami KDRT 4 kali lebih besar dari wanita dengan kehamilan yang direncanakan Gazmararian, 1995 dalam O’Reilly, 2007. Kekerasan juga terjadi Sondang Marisi Widyawati Sagala : Persepsi Masyarakat tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga Selama Kehamilan di Lingkungan 03 Kelurahan 2 Kecamatan Medan Belawan, 2010. jika pasangan suami merasa kehamilan lebih cepat dari yang diharapkan Jasinski, 2004 dalam O’Reilly, 2007. Kekerasan selama kehamilan juga dapat terjadi akibat peningkatan stress yang dialami oleh pasangan pria. Stres ini disebabkan oleh perasaan meningkatnya tanggung jawab materi yang harus dipenuhi nantinya, yang akhirnya mengharuskan pria menambah pemasukan atau bekerja lebih. Stress juga terjadi akibat pasangan belum siap jadi seorang ayah, dan pria lebih enggan mencari bantuan untuk mengatasi stress atau kebutuhan emosional daripada wanita sehingga menimbulkan stress yang berkepanjangan Condon, 2004 dalam O’Reilly, 2007. Nasir 2003 mengatakan bahwa jumlah anak yang banyak dapat meningkatkan resiko terjadinya kekerasan terhadap istri. Penelitian yang dilakukan oleh Kataoka 2005 juga mengatakan bahwa kekerasan selama kehamilan lebih berisiko terjadi pada ibu yang multipara. Pada saat kehamilan, pasangan pria lebih cenderung menggunakan alkohol sehingga lebih mudah marah, depresi dan mempunyai sikap yang negatif. Penyalahgunaan alkohol pada pria meningkatkan resiko kekerasan dalam rumah tangga. Faktor lain yang berhubungan dengan terjadinya KDRT tetapi tidak spesifik pada saat kehamilan adalah usia ibu. Wanita yang lebih muda ibu muda juga berisiko mengalami kekerasan. Wanita dengan usia muda 13-17 tahun masih memiliki pengalaman yang sedikit tentang hubungan interpersonal. Mereka akan lebih mempunyai kecenderungan bergaul dengan pria yang memiliki riwayat Sondang Marisi Widyawati Sagala : Persepsi Masyarakat tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga Selama Kehamilan di Lingkungan 03 Kelurahan 2 Kecamatan Medan Belawan, 2010. hidup yang berbahaya catatan kejahatan di kepolisian, penggunaan obat-obat terlarang. Masalah sosial ekonomi seperti pendapatan yang rendah, pendidikan yang rendah, pengangguran meningkatkan resiko terjadinya kekerasan dalam rumah tangga O’Reilly, 2007.

2.3.5 Jenis-jenis Kekerasan dalam Rumah Tangga Selama Kehamilan