Sondang Marisi Widyawati Sagala : Persepsi Masyarakat tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga Selama Kehamilan di Lingkungan 03 Kelurahan 2 Kecamatan Medan Belawan, 2010.
suami, atau karena tidak dapat membuktikan bahwa mereka tidak berselingkuh. Banyak isteri yang dipukul adalah mereka yang penurut dan mengalah Komnas
Perempuan, 2008.
2.3.7 Dampak Kekerasan dalam Rumah Tangga Selama Kehamilan
Dipandang dari segi kesehatan, kekerasan tidak hanya mengakibatkan dampak fisik semata, tetapi juga dampak psikologis yang lebih sulit untuk
dideteksi dan membawa penderitaan yang tidak sedikit bagi penderita Luhulima, 2000. Kekerasan yang terjadi selama masa kehamilan dapat membahayakan ibu
dan janin.
1. Dampak fisik
Dampak fisik KDRT selama kehamilan berupa cidera fisik dengan variasi tingkat luka hingga kondisi cacat yang permanen; berat badan ibu rendah; trauma
abdomen; keguguran; berat bayi lahir rendah; kelahiran premature; ruptur membran; abruption placenta; uterine infection; memar, fraktur dan hematoma;
perdarahan; penyakit menukar seksual; kematian ibu dan janin Journal of American Medical Association, 1992 dalam PAHO, 2001. Wanita yang
mengalami kekerasan selama kehamilan empat kali lebih berisiko untuk mendapatkan bayi dengan berat badan rendah WHO, 2005.
2. Dampak psikologi
Sondang Marisi Widyawati Sagala : Persepsi Masyarakat tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga Selama Kehamilan di Lingkungan 03 Kelurahan 2 Kecamatan Medan Belawan, 2010.
Dampak psikologis pada korban kekerasan dapat berupa keinginan bunuh diri, gangguan mental, misalnya depresi, ketakutan dan cemas, rasa rendah diri,
kelelahan, sulit tidur, mimpi buruk, disfungsi seksual, gangguan makan, ketagihan alkohol dan obat-obatan, isolasi atau menarik diri Sofyan, 2006. Menurut
Luhulima 2000 dampak psikologis kekerasan adalah jatuhnya harga diri dan konsep diri korban. Ia akan melihat diri negatif, banyak menyalahkan diri,
menganggap diri menjadi penanggung jawab tindakan kekerasan yang dialaminya. Korban juga dapat mengalami depresi dan bentuk-bentuk gangguan lain sebagai
akibat dari bertumpuknya tekanan, kekecewaan, ketakutan, dan kemarahan yang tidak dapat diungkap terbuka.
Hedin 2000 mengatakan bahwa wanita yang mengalami KDRT selama kehamilan cenderung menggunakan obat-obatan dan alkohol untuk mengatasi
perasaan malu dan menderita. Kekerasan yang dikombinasikan dengan penggunaan obat-obatan sangat membahayakan kesehatan wanita hamil dan janin
yang dikandungnya. Menurut Dharmono 2008, wanita yang mengalami KDRT rentan untuk
mengalami berbagai bentuk gangguan kejiwaan, antara lain: a.
Battered Women’s Syndrome Merupakan sindroma psikologik yang ditemukan pada perempuan yang
hidup dalam siklus KDRT yang berkepanjangan. Dicirikan dengan perasaan tidak berdaya sebagai akibat dari penyiksaan berulang, menyalahkan diri, ketakutan
akan keselamatan diri dan anaknya, ketidakberdayaan untuk menghindar dari pelaku kekerasan tidak mampu mengendalikan situasi. Reaksi penyelesaian
Sondang Marisi Widyawati Sagala : Persepsi Masyarakat tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga Selama Kehamilan di Lingkungan 03 Kelurahan 2 Kecamatan Medan Belawan, 2010.
masalah justru seringkali dianggap orang merugikan diri sendiri, misalnya melindungi pelaku, membiarkan diri mengalami tindak kekerasan dari pelaku dan
sebagainya. Bila situasi kekerasan terus berlangsung, mengakibatkan penurunan kemampuan-kemampuan diri misalnya kemampuan dalam mengambil keputusan,
kemampuan untuk merawat dan mendidik anak, dan sebagainya yang pada akhirnya akan semakin mempersulit korban untuk keluar dari siklus kekerasan ini
akibat perasaan tergantung yang tidak rasional.
b. Gangguan Stres Pasca Trauma
Merupakan masalah mental serius yang terjadi pada korban yang mengalami penganiayaan yang bersifat luar biasa dan mengancam kehidupan. Ciri
khas dari gangguan stres pasca trauma adalah: 1
Tampak selalu tegang dan ketakutan, gelisah, tidak bisa diam, takut tidur, takut sendirian, tidak mampu berekspresi secara wajar terhadap
kejadian di lingkungannya. 2
Menghindari situasi-situasi tertentu, atau obyek tertentu orang, bau, warna pakaian yang mengingatkan akan peristiwa tersebut.
3 Mimpi-mimpi buruk atau timbul pikiran seperti mengalami kembali
peristiwa traumatisnya flashback.
c. Depresi
Depresi merupakan problem kejiwaan yang paling sering ditemukan pada korban KDRT. Gejala yang khas adalah perasaan sedih atau murung, kehilangan
Sondang Marisi Widyawati Sagala : Persepsi Masyarakat tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga Selama Kehamilan di Lingkungan 03 Kelurahan 2 Kecamatan Medan Belawan, 2010.
minat, gairah hidup, putus asa, perasaan bersalah dan berdosa, pikiran bunuh diri sampai pada usaha untuk bunuh diri. Gejala depresi lainnya diantaranya gangguan
tidur sulit untuk memulai tidurtidak merasa kantuk, terbangun dini hari dan tidak merasa segar, perlambatan gerak atau bicara atau malah sebaliknya, gangguan
nafsu makan, konsentrasi dan perhatian buruk. Gejala depresi tidak selalu tampak dan sering terselubung dalam wujud
keluhan fisik yang tidak dapat dijelaskan seperti kelelahan kronis, problem seksual, kehilangan nafsu makan atau sebaliknya.
d. Gangguan panik
Merupakan gangguan cemas akut yang sering dijumpai pada korban KDRT. Penderita mengalami serangan ketakutan yang hebat dengan cepat disertai
pikiran bahwa dirinya akan mati atau menjadi gila kehilangan kontrol. Didahului keluhan subyektif seperti sesak nafas, perasaan tercekik, berdebar-debar, nyeri
dada, perut seperti terbakar, pusing, atau perasaan asing yang tidak nyata. Gangguan terjadi dalam bentuk serangan yang tidak dapat dijelaskan, mendadak,
dan biasanya hanya berlangsung beberapa menit saja. Gangguan panik yang tidak ditangani dengan benar akan berkembang menjadi agrofobia, yaitu suatu perasaan
takut akan keramaian, dan cenderung menghindar dari kehidupan sosial.
e. Keluhan psikosomatis
Perempuan korban KDRT seringkali datang ke fasilitas kesehatan dengan keluhan-keluhan fisik kronis seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, sesak
Sondang Marisi Widyawati Sagala : Persepsi Masyarakat tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga Selama Kehamilan di Lingkungan 03 Kelurahan 2 Kecamatan Medan Belawan, 2010.
nafas, jantung berdebar. Namun pada pemeriksaan medis tidak ditemukan penyakit fisik. Kondisi ini disebut sebagai gangguan psikosomatis. Keluhan
psikosomatis bukan gangguan buatan atau sekedar upaya mencari perhatian, tetapi merupakan penderitaan yang sungguh dirasakan oleh penderita, merupakan
konversi dari masalah psikis yang tidak mampu diungkapkan. Hasil akhir dari berbagai dampak tersebut dapat mengakibatkan bahaya
bagi janin bahkan dapat mengakibatkan kematian janin Susanti, 2008.
Sondang Marisi Widyawati Sagala : Persepsi Masyarakat tentang Kekerasan dalam Rumah Tangga Selama Kehamilan di Lingkungan 03 Kelurahan 2 Kecamatan Medan Belawan, 2010.
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dalam penelitian ini menjelaskan bahwa masyarakat memiliki persepsi terhadap kekerasan dalam rumah tangga selama kehamilan,
yang meliputi faktor resiko terjadinya kekerasan dalam rumah tangga selama kehamilan, jenis-jenis kekerasan dalam rumah tangga selama kehamilan,
dukungan sosial kepada wanita hamil yang mengalami kekerasan, dampak kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi selama kehamilan. Persepsi tersebut
dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti diri orang yang bersangkutan, sasaran persepsi, dan faktor situasi. Persepsi dibagi atas dua kategori yaitu positif
dan negatif. Apabila objek yang dipersepsi sesuai dengan penghayatan dan dapat diterima secara rasional dan emosional maka manusia akan mempersepsikan
positif atau cenderung menyukai dan menanggapi sesuai dengan objek yang dipersepsi. Sementara apabila tidak sesuai dengan penghayatannya maka
persepsinya negatif atau cenderung menjauhi, menolak dan menanggapi secara berlawanan terhadap objek persepsi tersebut.