Definisi Terjemahan Konsep Umum Terjemahan

26 kelompok terbatas yang lain, kata itu cenderung memperoleh makna yang terbatas. 4. Faktor psikologis Perubahan makna yang secara psikologis lebih menarik adalah yang bersumber pada unsur atau yang berkecendrungan yang berakar dalam jiwa penutur. Dalam studi makna ada dua sebab semacam itu yang ditekankan hanya faktor emotif dan tabu. 5. Pengaruh asing sebagai penyebab perubahan makna; Banyak perubahan makna disebabkan oleh pengaruh suatu model asing. 6. Kebutuhan akan makna baru Cepatnya kemajuan ilmu dan teknologi masa kini makin meningkatkan tuntutan pada sumber-sumber kebahasaan, dan kemungkinan- kemungkinan metafora dan jenis-jenis perubhan makna yang lain menjadi sangat dieksploatasi.

C. Konsep Umum Terjemahan

1. Definisi Terjemahan

Definisi terjemah secara luas adalah semua kegiatan manusia dalam mengalihkan makna atau pesan baik verbal maupun nonverbal, dari suatu bentuk ke bentuk yang lainnya. 30 Eugene A. Nida mendefinisikan penerjemahan sebagai kegiatan menghasilkan kemsbali di dalam bahasa penerima barang yang sedekat-dekatnya dan sewajarnya, sepadan dengan pesan dalam bahasa sumber, pertama-tama menyangkut maknanya dan kedua menyangkut gayanya. 31 30 Suhendra Yusuf, Teori Terjemah; Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik dan Sosiolinguistik, Bandung : TPA, 1994, cet. I, hal. 8 31 A. Widyamartaya, Seni Menerjemahkan, Yogyakarta: Kanisius, 1989, hal. 11 27 Savory 1968 mengemukakan hakikat penerjemahan di dalam bukunya The Art of Translation dengan menerjemahkan menjadi mungkin dengan adanya gagasan yang sepadan dibalik ungkapan verbal yang berbeda. Newmark, seperti yang dikutip oleh Rochyah Machali, mengatakan, bahwa yang dimaksud dari penerjemahan adalah rendering the meaning of a text into another language in the way that the author intended the text. “Menerjemahkan makna suatu teks ke dalam bahasa lain sesuai dengan yang dimaksudkan pengarang ”. 32 J. Levy, agak berlainan dari Newmark dalam menyatakan definisi penerjemahan. Yang ia tonjolkan adalah terjemah sebagai salah satu keterampilan, di mana kejelasan dari penerjemah tampak tercermin dalam opininya. Dalam bukunya Translation as A Decision Process, seperti yang dikutip Nurrachman Hanafi, menyatakan translation is a creative process with always leaves the translater a freedom of choice between several approximately equivalent possibilities of realizing situational meaning. “Terjemahan merupakan proses kreatif yang memberikan kebebasan bagi penerjemah buat memilih padanan yang dekat dalam mengungkapkan m akna yang sesuai dengan situasi”. 33 Az-Zarqani mengemukakan bahwa secara etimologi istilah terjemah memiliki empat makna: a menyampaikan tuturan kepada orang yang tidak menerima tuturan itu. b menjelaskan tuturan dengan bahasa yang sama, misalnya bahasa 32 Rochyah Machali, Pedoman Bagi Penerjemahan, Jakarta: PT. Grasindo, 2000, cet. Ke-1, hal.5 33 Nurrachman Hanafi, Teori dan Seni Menerjemahkan, Flores: Nusa Indah, 1986, cet. Ke-1, hal.24 28 Arab dijelaskan dengan bahasa Arab atau bahasa Indonesia dijelaskan dengan bahasa Indonesia pula. c menafsirkan tuturan dengan bahasa yang berbeda, misalnya bahasa Arab dijelaskan dengan bahasa Indonesia atau sebaliknya. d memindahkan tuturan dari satu bahasa ke bahasa lain, seperti mengalihkan bahasa Arab ke bahasa Indonesia, karena itu penerjemah disebut pula pengalih bahasa. 34 Berdasarkan penjelasan di atas, definisi-definisi tersebut, memperlihatkan adanya satu karakteristik yang menyatukan kelima makna terjemahan tersebut, yaitu bahwa menerjemahkan berarti menjelaskan dan menerangkan tuturan, baik penjelasan itu sama dengan tuturan yang dijelaskannya maupun berbeda. 2. Jenis-jenis Terjemahan Istilah metode berasal dari bahasa Inggris yaitu method. Dalam Macquarie Dictionary 1982, metode didefinisikan sebagai: “Way of doing something, especially in ac cordance with a definitc plan” atau suatu cara untuk melakukan sesuatu, terutama yang berkaitan dengan rencana tertentu. 35 Ada beberapa metode dan jenis terjemahan yang diterapkan dalam praktik menerjemahkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor: a. Adanya perbedaan beberapa sistem antara beberapa bahasa sumber dan bahasa sasaran. b. Adanya perbedaan jenis materi teks yang diterjemahkan. 34 Shihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia : Teori dan Praktek, Bandung: Humaniora, 2005, cet. Ke-1, hal. 8 35 Rochaya Machali, Pedoman Bagi Penerjemah, Jakarta: Grasindo, 2000, hal. 23 29 c. Adanya anggapan bahwa terjemahan adalah alat komunikasi. d. Adanya perbedaan tujuan dalam menerjemahkan suatu teks. Dalam proses menerjemahkan yang sesungguhnya, keempat faktor tersebut tidak selalu berdiri sendiri, dalam artian bahwa ada kemungkinan seseorang penerjemah menetapkan dua jenis atau tiga jenis penerjemahan sekaligus dalam proses penerjemahan sebuah teks. 36 Pada umumnya terjemahan terbagi atas dua bagian besar: terjemahan harfiah literal translation dan terjemahan yang tidak harfiah atau bebas non-literal translation dan free translation. 3. Prinsip-prinsip Terjemahan Para ahli tejemah memberikan prinsip-prinsip dasar bagi seorang penerjemah secara berbeda, namun penulis lebih cenderung memilih pendapat Ian Finlay, seperti yang dikutip Suhendra Yusuf, sebagai landasan teoritis karena pendapatnya lebih komperehensif dibandingkan dengan yang lain. Prinsip-prinsip tersebut adalah: a. Memiliki pengetahuan bahasa sumber yang sempurna dan up-to date. b. Mengetahui terminologi padanan terjemahan di dalam bahasa sasaran. c. Berkemampuan mengekspresikan, mengapresiasikan, merasakan gaya, irama, nuansa dan register kedua bahasa sumber dan bahasa sasaran. Hal 36 M. Rudolf, Teori Menerjemahkan Bahasa Inggris, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1949 cet. Ke-1, hal. 29 30 demikian akan sangat membantu menciptakan mood atau keadaan yang diinginkan penulis aslinya. 37 Keempat prinsip tersebut penulis anggap sudah mewakili prinsip-prinsip penerjemahan yang ditawarkan oleh para pakar lainnya. Karena tanpa pengetahuan yang terdepan seorang penerjemah akan menghadapi kesulitan dalam memahami objek-objek terjemah apalagi bila objek itu merupakan studi-studi baru. Namun begitu, walau seorang penerjemah memiliki banyak pengetahuan tetapi tidak memahami objek terjemahannnya juga akan mustahil terjadi proses penerjemahan. Ditambah lagi, apalagi ia mengetahui padanan terminologi- terminologi objek penerjemahannya maka hasil terjemahannya semakin sempurna. Akhirnya, walau seorang penerjemah memiliki ketiga prinsip penerjemahan sebelumnya, tapi ia tidak mampu mengapresiasikannya dalam bentuk tulisan terjemahan maka semua kerja kerasnya juga akan sia-sia. Itulah kiranya yang dibutuhkan seorang penerjemah dalam proses menerjemahkan.

D. Penerjemahan al-Qur’an