Riwayat Hidup Hamka dan Aktivitas Keilmuan

36

BAB III BIOGRAFI HAMKA DAN QURAISH SHIHAB

A. Mengenal Sosok Mufasir Hamka

1. Riwayat Hidup Hamka dan Aktivitas Keilmuan

Hamka adalah singkatan dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Panggilan kecilnya adalah Abdul Malik. Ia dilahirkan pada tanggal 16 Februari 1908 di Manijuratau lebih tepatnya lahir pada tanggal 13 Muharram 1362, di sebuah desa tanah Sirah, di tepi danau Maninjau Sumatra Barat. Ayahnya bernama Syeikh Haji Abdul Karim Amrullah yang terkenal dengan sebutan Haji Rasul. Dia adalah seorang pelopor gerakan pemuda Minangkabau. 43 Beliau diberi sebutan Buya, yaitu panggilan buat orang Minangkabau yang berasal dari kata abi, abuya dalam bahasa Arab, yang berarti ayah kami, atau seorang yang dihormati. Pada tahun 1916, ketika Zainuddin Labai El-Yunusi mendirikan sekolah Diniyah petang hari di Pasar Usang Padang Panjang, Hamka dimasukkan oleh ayahnya ke sekolah ini. Pada pagi hari, Hamka pergi ke sekolah sekolah desa, sore harinya pergi belajar ke Sekolah Diniyah, 44 dan pada malam hari berada di surau bersama teman-teman sebayanya. Inilah putaran kegiatan Hamka sehari-hari ketika ia masih kecil. Putaran kegiatan yang dirasakan oleh Hamka sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan, sangat mengekang masa kanak-kanaknya. Kondisi ‘terkekang’ ini kemudian ditambah dengan sikap ayahnya yang 43 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Icthar Baru Van Hoeve, 1993, hal. 75 44 M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar: Sebuah Telaah Atas Pemikiran Hamka dalam Teologi Islam, Jakarta: Penamadani, 2004, cet. Ke-4, hal. 40 37 ‘otoriter’ 45 sebagai ulama yang disegani pada waktu itu, berakibat menimbulkan perilaku yang menyimpang 46 dalam pertumbuhan Hamka. Itulah sebabnya, ia sebagai seorang ‘anak nakal’. Hal ini dibenarkan oleh A. R. Sutan Mansur, orang yang sangat berpengaruh dalam pribadi Hamka sebagai seorang mubaligh. 47 Pada tahun 1918, Hamka dikhitan dan di waktu yang sama, ayahnya kembali dari perlawatan pertamanya ke tanah Jawa. Surau Jembatan Besi, tempat Syekh Abdul Karim Amrullah memberikan pelajaran agama dengan sistem lama, di ubah menjadi madrasah yang kemudian dikenal dengan nama Thawalib School. Dengan cita-cita agar anaknya kelak menjadi ulama seperti dia, ayah Hamka memasukkan Hamka ke dalam Thawalib School, sedangkan disekolah desa Hamka berhenti. Berbicara tentang Hamka, maka tidak lepas pembicaraan kita tentang latar belakang di mana tokoh tersebut dilahirkan, baik dari kondisi sosial masyarakat ataupun letak geografisnya. Kalau diperhatikan keberhasilan Hamka sebagai seorang yang pandai dan terkenal tidaklah mengherankan, seperti kata pepatah “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”. Seperti itulah Hamka dikenal, Hamka dilahirkan dari keluarga yang memiliki pengetahuan keagamaan yang kuat serta disegani dalam lingkungannya. Kakeknya seorang ulama dan tokoh masyarakat yang dihormati, begitu juga ayahnya yang seorang ulama dan tokoh masyarakat 45 M. Yunan Yusuf, Op. Cit, hal. 40 46 Hamka tumbuh menjadi seorang anak yang nakal, pernah mencuri ayam bersama teman-teman sebayanya, suka berkelahi dan dikenal sebagai anak yang pemberani di kampung halamannya. Lihat Leon Agusta, “Di Akhir Pementasan yang Rampung,” disebut dalam Nadir Tamara, Buntaran Sanusi, dan Vincent Jauhari, Hamka di Mata Hati Umat, Sinar Harapan, Jakarta, 1984. 47 Panitia Peringatan Buku 70 tahun Buya Hamka, Kenang-Kenangan 70 Tahun Buya Hamka, Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1983, hal. xiii 38 yang memiliki pengetahuan dan pemikiran yang luas. Ini dapat dilihat dari aktifitasnya dalam berbagai organisasi yang diikutinya. Pada akhir abad ke-19 dan petengahan abad ke-20 Haji Abdul Karim Amrullah Ayah Hamka dan ketiga tokoh lainnya antara lain yaitu Syekh Taher Jalalaludin, Syekh Muhammad Jamil Djambek, dan Haji Abdullah Ahmad melepori sebuah gerakan kebangkitan yang dikenal dengan sebutan kaum muda. Gerakan ini ditandai dengan munculnya berbagai publikasi, sekolah serta organisasi yang dikelola secara modern. 48 Organisasi ini dikatakan organisasi pemuda, karena alasannya adalah bahwa pendirinya adalah kaum muda. Usia para pendiri ini belum sampai pada usia 40 tahun. Ayah Hamka sendiri, Tuan Rasul, usianya waktu itu kira-kira baru 30 tahun. Sedangkan ulama-ulama yang mempertahankan tarikat di tanah tersebut, kebanyakan mereka berusia 40-50 tahun dan relatif dibilang para golongan tua. Pada tahun 1941, ayahnya diasingkan Belanda ke Sukabumi karena fatwa- fatwanya dianggap mengganggu keamanan dan keselamatan umum. Dan akhirnya ayahnya meninggal di Jakarta pada tanggal 21 Juni 1945, tepatnya dua bulan sebelum Proklamasi. Ibunya bernama Siti Safiyah dan ayah dari ibunya bernama Gelanggang gelar Bagindo nan Batuah. Dikala mudanya terkenal sebagai guru tari, nyanyian dan pecak silat. 48 M. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Kalam Tafsir Al-Azhar: Sebuah Telaah Atas Pemikiran Hamka dalam Teologi Islam, Jakarta: Penamadani, 2004, cet. Ke-4, hal. 32 39 Ketika Hamka berusia 21 tahun, setelah kembali dari perjalanan ke Mekkah, ia dikawinkan oleh ayahnya dengan seorang perempuan bernama Siti Raham yang berusia 15 tahun pada tanggal 5 April 1969 di Jakarta. 2. Karya-Karya Hamka Hamka adalah pengarang yang paling banyak tulisannya tentang agama Islam. Hamka memang termasuk penulis yang produktif, yang jumlah karyanya sangat banyak dan selalu bernafaskan Islam. Banyak sastrawan lain yang jumlah karyanya cukup banyak, tetapi Hamkalah yang paling banyak. Haruslah kita ingat banyak penulis lain yang juga Islam, tetapi khasnya tidaklah berbentuk karya sastra. Untuk lebih mengetahui berapa banyak buku yang dikarangnya, kita usahakan untuk menghitungnya berdasarkan judul-judul buku yang pernah ditulisnya, antara lain: 1. Khatibul Ummah, Jilid 1-3, ditulis dalam huruf Arab. 2. Si Sabariah 1928. 3. Pembela Islam Tarikh Sayidina Abu Bakar Shidiq, 1929. 4. Adat Minangkabau dan Agama Islam 1929. 5. Ringkasan tarikh Ummat Islam 1929. 6. Kepentingan Melakukan Tabligh 1929. 7. Hikmat Isra‟ dan Mikraj 8. Arkanul Islam 1932, di Makassar. 9. Laila Majnun 1932, Balai Pustaka. 40 10. Majallah Tentera 4 Nomor, 1932, di Makassar. 11. Majallah Al-Mahdi 9 Nomor, 1932, di Makassar. 12. Mati Mengandung Malu Salinan Al-Manfaluthi, 1934. 13. Di Bawah Lindungan Ka‟bah 1936, Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka. 14. Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck 1937, Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka. 15. Di Dalam Lembah Kehidupan, 1939, Pedoman Masyrakat, Balai Pustaka. 16. Merantau ke Deli, 1940, Pedoman Masyarakat, Balai Pustaka. 17. Margaretta Gauthier Terjemahan, 1940. 18. Tuan Direktur, 1939. 19. Dijemput Mamaknya, 1939. 20. Keadilan Ilahy, 1939. 21. Tashawwuf Modern, 1939. 22. Falsafah Hidup, 1939. 23. Lembaga Hidup, 1940. 24. Lembaga Budi, 1940. 25. Majallah Semangat Islam Zaman Jepun, 1943. 26. Majallah Menara terbit di Padang Panjang, sesudah Revolusi 1946. 27. Negara Islam, 1946. 28. Islam dan Demokrasi, 1946. 41 29. Revolusi Pikiran, 1946. 30. Revolusi Agama, 1946. 31. Adat Minagkabau Menghadapi Revolusi, 1946. 32. Dibandingkan Ombak Masyarakat, 1946. 33. Di Dalam Lembah Cita-Cita, 1946. 34. Sesudah Naskah Renville, 1947. 35. Pidato Pembelaan Peristiwa Tiga Maret, 1947. 36. Menunggu Beduk Berbunyi, 1949, di Bukit Tinggi, sedang Konperansi Meja Bundar. 37. Ayahku, 1950, di Jakarta. 38. Mandi Cahaya di Tanah Suci, 1950. 39. Mengembara Di Lembah Nyl, 1950. 40. Ditepi Sungai Dajlah, 1950. 41. Kenang-Kenangan Hidup 1, autobiografi sejak lahir 1908 sampai pada 1950. 42. Kenang-Kenangan Hidup 2. 43. Kenang-Kenangan Hidup 3. 44. Kenang-Kenangan Hidup 4. 45. Sejarah Ummat Islam, Jilid 1, ditulis tahun 1938, diangsur sampai 1950. 46. Sejarah Ummat Islam, Jilid 2. 47. Sejarah Ummat Islam, Jilid 3. 48. Sejarah Ummat Islam, Jilid 4. 42 49. Pedoman Mubaligh Islam, Cetakan 1 1937; Cetakan ke-2 tahun 1950. 50. Pribadi, 1950. 51. Agama dan Perempuan, 1939. 52. Muhammadiyyah Melalui 3 Zaman, 1946, di Padang Panjang. 53. 1001 Soal Hidup, Kumpulan karangan dari pedoman masyarakat, dibukukan 1950. 54. Pelajaran Agama Islam, 1956 55. Perkembangan Tashawwuf dari Abad Ke Abad, 1952 56. Empat Bulan di Amerika, 1953, jilid 1 57. Empat Bulan di Amerika, jilid 2 58. “Pengaruh Ajaran Muhammad Abduh di Indonesia” pidato di Kairo, 1958, untuk Doktor Honoris Causa 59. Soal Jawab, 1960, disalin dari karangan-karangan Majalah GEMA ISLAM 60. Dari Perbendaharaan Lama, 1963, dicetak oleh M. Arbie Medan 61. Lembaga Hikmat, 1953, Bulan Bintang, Jakarta. 62. Islam dan Kebatinan, 1972, Bulan Bintang. 63. Fakta dan Khayal Tuanku Rao, 1970 64. Sayid Jamaluddin Al-Afhany, 1965, Bulan Bintang 65. Ekspansi Ideologi Alghazwul Fikri, 1963, Bulan Bintang 66. Hak Asasi Manusia Dipandang Dari Segi Islam, 1968 67. Falsafah Ideologi Islam, 1950 sekembali dari Mekkah 43 68. Keadilan Sosial Dalam Islam, 1950 sekembali dari Mekkah 69. “Cita-Cita Kenegaraan dalam Ajaran Islam,” kuliah umum Universiti Keristen, 1970. 70. Studi Islam, 1973, diterbitkan oleh Panji Masyarakat, 71. Himpunan Khutbah-Khutbah. 72. Urat Tunggang Pancasila. 73. Doa-Doa Rasulullah S.A.W, 1974. 74. Sejarah Islam di Sumatera. 75. Bohong di Dunia 76. Muhammadiyyah di Minangkabau, 1975, menyambut Kongres Muhammadiyyah di Padang. 77. Pandangan Hidup Muslim, 1960. 78. Kedudukan Perempuan dalam Islam, 1973. 79. Tafsir Al-Azhar, Juzu 1-30, ditulis pada masa beliau dipenjara oleh Soekarno.

3. Aktifitas Lainnya