54
Karya yang ke sembilan belas inilah yang merupakan karya yang menjadikan khazanah tafsir di Indonesia yang memenuhi perpustakaan. Tafsir ini
terbit sampai volume 15, yakni dari surat Al-Fatihah sampai surat An-Nas dari juz 1-30.
Demikianlah beberapa karya Quraish Shihab yang dapat penulis paparkan pada bagian ini. Tentunya masih banyak lagi yang belum disebutkan, baik berupa
makalah, rubrik, artikel dalam berbagai surat kabar maupun majalah.
4. Sekilas Gambaran Umum Buku Tafsir Al-Misbah
Menurut Howard M. Feserspiel, karya Quraish Shihab tentang tafsir ditujukan untuk kaum muslim awam, walaupun sebenarnya karya tersebut ditujukan kepada
pembaca yang cukup terpelajar. Howard mengklasifikasikan tafsir karya Quraish Shihab sebagai karya yang sangat kuat dan merupakan batu ujian bagi
pemahaman yang lebih tentang Islam.
53
Dalam Tafsir Al-Misbah, dilihat dari cara penafsiran yang terdapat dalam karya ini Quraish menggunakan metode tahlili, yaitu menafsirkan ayat demi ayat,
surat demi surat sesuai dengan Mushaf Usmani. Metode ini sengaja dipilih oleh Quraish, karena ia ingin mengungkapkan semua isi al-
Qur’an secara rinci agar petunjuk-petunjuk yang terkandung di dalamnya dapat dijelaskan dan dipahami.
54
Pada sisi lain, Quraish tidak begitu tertarik untuk menggunakan metode tahlili, karena menurutnya metode tahlili ini menyita waktu yang cukup banyak yang
53
Howard M. Feserspiel, Kajian al- Qur‟an di Indonesia: dari Mahmud Yunus hingga
Quraish Shihab, Bandung: Mizan, 1997, cet. Ke-II, hal. 11
54
Hamdani Anwar, Op. Cit, hal. 182
55
dipergunakan untuk menafsirkan semua ayat-ayat al- Qur’an. Selain itu, seringkali
menimbulkan banyak pengulangan dalam tafsirnya. Hal ini akan terjadi jika kandungan kosa kata atau pesan ayat atau surahnya sama atau mirip dengan ayat
atau surat yang telah ditafsirkan.
55
Menyadari kelemahan dari metode tahlili, maka Quraish memberi tambahan lain dalam Tafsir Al-Misbah dengan metode
maudhu‟i. Menurutnya metode ini memiliki keistimewaan yaitu menghindarkan kita dari problema atau kelemahan
yang terdapat pada metode lain.
56
Dengan dasar pertimbangan tersebut, Quraish juga berupaya untuk menggunakan
maudhu‟i. Oleh karena itu, Quraish Shihab berupaya untuk menghidangkan bahasan setiap surah pada apa yang dinamai
tujuan surah atau tema pokok surah. Menurut Quraish Shihab sebagaimana dikatakan dalam sekapur sirih Tafsir Al-Misbah, jika kita mampu
memperkenalkan pesan utama setiap surah, maka ke-114 yang ada di dalam al- Qur’an akan dikenal lebih dekat dan mudah.
Metode yang ditempuh Quraish Shihab sebagai suatu cara yang baru dan belum pernah dikemukakan oleh para mufassir terdahulu. Dari sini, dapat dinilai
perbedaan Tafsir Al-Misbah dengan tafsir-tafsir lainnya, dan hal ini dapat disebut sebagai salah satu kelebihan dari tafsir tersebut.
57
Kitab Tafsir Al-Misbah ini bukanlah ijtihadnya sendiri, tetapi hasil karya ulama-ulama terdahulu dan kontemporer serta pandangan-pandangan mereka
55
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al- Qur‟an,
Jakarta: Lentera Hati, 2000, cet, ke-I, vol. 1, hal. 8
56
M. Quraish Shihab, Membumikan Al- Qur‟an, Bandung: Mizan, 2001, cet. Ke- XXII,
hal, 14.
57
Hamdani Anwar, Op. Cit, hal. 184.
56
banyak dinukilkan oleh Quraish Shihab, antara lain: pakar tafsir Ibrahim ibn Umar al-
Biqa’i, Sayyid Muhammad Thanthawi, Syeikh Mutawalli asy-Sya’rawi, Sayyid Qutb, Muhammad Thahir ibn Asyur dan Sayyid Muhammad Husein Thabathaba’i
serta beberapa pakar-pakar tafsir lainnya.
58
Dapat disimpulkan metode yang digunakan Quraish Shihab dalam Tafsir Al- Misbah menggunakan gabungan dari metode tahlili dan metode
maudhu‟i. Cara ini dipilih oleh Quraish Shihab, karena ia menilai bahwa ia mesti menguraikan
seluruh ayat al- Qur’an sesuai dengan Mushaf Usmani tahlili, tetapi ia mesti pula
mengelompokan ayat-ayat sesuai dengan temanya, agar kandungan ayat tersebut dapat dijelaskan sesuai dengan topiknya
metode maudhu‟i.
Quraish shihab menggunakan dua metode sekaligus dalam Tafsir Al-Misbah, karena dari segi teknik, metode tahlili yang menafsirkan ayat demi ayat yang
terpisah antara yang satu dengan yang lainnya, sehingga tidak disuguhkan kepada pembaca secara menyeluruh untuk membutuhkan waktu yang lama untuk
pembaca dalam memahami isi al- Qur’an. Oleh karena itu, ia menambahkan
metode maudhu’i, di mana metode ini menafsirkan satu surah secara menyeluruh yang menjelaskan antara berbagai masalah yang dikandung dalam surah tersebut,
sehingga surah ini tampak secara utuh. Dan juga metode maudhu’i tergolong sangat praktis dan sistematis, bagi para pembaca yang mempunyai waktu sedikit
atau sibuk.
58
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al- Qur‟an, vol. 1 ,
Op.Cit, hal. 7
57
Adapun corak dalam Tafsir Al-Misbah ini termasuk adab al- Ijtima’i atau
kemasyarakatan, yaitu suatu penafsiran yang menitikberatkan penjelasan ayat-ayat al-
Qur’an yang berkaitan langsung dengan kehidupan bermasyarakat serta berusaha untuk mengulangi masalah-masalah mereka berdasarkan petunjuk ayat-
ayat dengan mengemukakan petunjuk-petunjuk tersebut dalam bahasa yang mudah dimengerti tapi indah didengar.
59
Corak tafsir ini cenderung kepada kemasyarakatan karena penjelasan-penjelasan yang diberikan dalam banyak hal
selalu berkaitan dengan persoalan yang sedang dialami umat, dan uraiannya diupayakan untuk memberikan solusi atau jalan keluar dari masalah-masalah
tersebut.
59
M. Quraish Shihab, Membumikan Al- Qur‟an, Bandung: Mizan, 2001, hal. 73
58
BAB IV ANALISIS HASIL TERJEMAHAN KATA
WALI DAN AULIYA A.
Pendahuluan
Setiap perbuatan tidak akan terlepas dari pelakunya subjek. Demikian halnya dengan produk penerjemahan. Produk terjemahan itu dianggap baik atau buruk,
jelas atau bertele-tele, sangat tergantung dari siapa yang menerjemahkan. Walaupun penerjemah sebagai pencipta, ia tidak punya kebebasan seluas
kebebasan yang dimiliki penulis naskah aslinya, karena ia mrnciptakan dunia ciptaan yang sudah ada.
60
Banyak metode penelitian yang bisa digunakan di dalam meneliti karya terjemahan, tetapi yang jelas semua metode ini bersifat deskriptif, bisa dalam
kategori kualitatif maupun kuantitatif. Penelitian hasil terjemahan adalah sesuatu yang sangat penting untuk dilakukan terutama untuk menghubungkan teori
penerjemahan dan praktik penerjemahan. Terdapat lima jenis pendekatan penerjemahan yang berbeda. Oleh karenanya, untuk upaya menerjemahkan yang
tekstual dari al- Qur’an maka referensi baku untuk memahami al-Qur’an adalah
tafsir. Secara tekstual tafsir memiliki makna antara lain; terjemahan, penerangan, penjelasan, interprestasi, komentar dan
ta‟wil.
Berdasarkan hal-hal tersebut, penulis merasa tertarik untuk menganalisis aspek struktur kalimat dan analisis makna dari terjemahan ayat-ayat al-
Qur’an yang
60
Ibnu Burdah, Menjadi Penerjemah: Metode dan Wawasan Menerjemah Teks Arab, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004, hal. v