menjalankan fungsinya dengan baik sehingga dengan begitu tujuan implementasi LARASITA dapat tercapai.
5. Kondisi sosial, ekonomi dan politik
Kondisi sosial, ekonomi dan politik pastilah berbeda-beda antara satu tempat yang satu dengan tempat yang lainnya. Kondisi sosial dan ekonomi dapat
menjadi cermin “culture” dari masyarakat setempat. Dari 7 kelurahan yang menjadi target LARASITA, dapat terlihat bahwa adanya perbedaan kondisi sosial,
ekonomi antara satu kelurahan dengan kelurahan yang lainnya. Perbedaan ini juga sekaligus menjadi hal yang berpengaruh aktif tidaknya partisipasi masyarakat
terhadap program LARASITA ini. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan koordinator
LARASITA, bahwa perbedaan kondisi sosial ekonomi mempengaruhi tingkat partisipasi mayarakat. Misalnya saja pada Kelurahan Selayang tingkat
partisipasinya cukup tinggi dapat dilihat pada lampiran , hal ini dikarenakan kondisi sosial ekonomi masyarakatnya sudah cukup baik tergolong masyarakat
menengah ke atas sedangkan pada Kelurahan Bandar Selamat tingkat partisipasi masyarakatnya rendah dan hal ini dikarenakan kondisi sosial ekonomi
masyarakatnya juga rendah tergolong masyarakat menengah ke bawah. Hal yang sama juga dikatakan oleh wakil koordinator lapangan LARASITA, bahwa
masyarakat kelurahan Selayang cukup antusias dalam menyambut program LARASITA dibanding dengan kelurahan-kelurahan lainnya.
Implementor LARASITA seharusnya menjadikan hal diatas sebagai sebuah tantangan tersendiri dan harus segera dicarikan solusinya karena
Universitas Sumatera Utara
partisipasi aktif dari seluruh masyarakat akan menunjang keberhasilan implementasi LARASITA.
6. Disposisi implementor
Disposisi implementor meliputi kognisi pemahamannya terhadap kebijakan serta netralitas maupun obyektivitas implementor. Kognisi
pemahaman dari implementor terhadap program tersebut sangat berhubungan dengan keakuratan tugas yang akan dijalankannya. Dan juga kenetralitasan
pegawai BPN dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat merupakan hal yang harus diutamakan. Masyarakat akan merasa puas jika urusan mereka selalu
dipermudah oleh implementor tanpa membeda-bedakan masyarakat berdasarkan golongan atau kelas sosial, suku dan lain-lain.
Dari tabel 18 dapat dilihat bahwa dari 22 responden, 10 orang 45,45 mengatakan bahwa pegawai BPN dalam memberikan pelayanan LARASITA
sering akurat bebas dari kesalahan sehingga memberikan kenyamanan bagi masyarakat yang sedang melakukan pengurusan sertifikat tanah
Dalam hal kenetralitasan pegawai LARASITA, sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan koordinator lapangan, bahwa LARASITA hanya
melayani masyarakat yang langsung datang ke lapangan untuk mengurus sertifikat tanah. Apabila masyarakat memakai jasa orang lain notaris maka tidak akan
dilayani oleh pegawai LARASITA, hal ini dikarenakan masyarakat yang mengurus sertifikat tanahnya melalui perantara orang lain notaris, maka
masyarakat tersebut dianggap telah mampu. Ini juga sesuai dengan kondisi di lapangan yang peneliti amati selama
melakukan penelitian. Pegawai LARASITA hanya mau melayani masyarakat
Universitas Sumatera Utara
yang datang langsung ke mobil LARASITA tanpa memberikan kuasa pengurusan sertifikat tanahnya kepada orang lain notaris.
Hal ini menunjukkan bahwa pegawai LARASITA telah bersikap kognitif, netral serta obyektif dalam memberikan pelayanannya kepada masyarakat yang
mengurus penerbitan sertifikat tanahnya melalui LARASITA Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah.
5.2 Kualitas Pelayanan Publik
Analisa per indikatornya adalah sebagai berikut :
1. Transparansi