Implementasi LARASITA (Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah) sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

(1)

I M PLEM EN T ASI LARASI T A (LAY AN AN

RAK Y AT U N T U K SERT I FI K ASI T AN AH )

SEBAGAI U PAY A PEN I N GK AT AN K U ALI T AS

PELAY AN AN PU BLI K

( ST U DI PADA BADAN PERT AN AH AN N ASI ON AL K OT A M EDAN )

Ole h :

N I A LAK SI T A RI N I 0 6 0 9 0 3 0 2 6

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim,

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan seoptimal mungkin. Dan tak lupa penulis mengucapkan shalawat beriring salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan shahabiah, yang telah menuntun umatnya dari alam yang gelap kepada alam yang terang benderang dan penuh dengan ilmu pengetahuan. Semoga kita mendapat syafa’atnya di yaumil akhir nanti. Amin. 

Adapun Skripsi ini berjudul “Implementasi LARASITA (Layanan

Rakyat untuk Sertifikasi Tanah) sebagai Upaya Peningkatan Kualitas

Pelayanan Publik”. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk

mengetahui implementasi LARASITA (Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah) di Kantor Badan Pertanahan Nasional dan untuk mengetahui implementasi LARASITA sudah dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Sarjana (S1) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, khususnya di Departemen Ilmu Administrasi Negara.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan segala kerendahan hati,


(3)

penulis tidak menutup diri dari kritik atau saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Dalam hal ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu terutama kepada keluarga khususnya kedua orang tua penulis (Ayahanda Muali Guntoro, ST dan Ibunda

Karni Suningsih, BA) yang telah memberikan doa, motivasi, dan dukungan baik

moril maupun materil yang tak terhingga. Ayah makasih yah dah memenuhi segala kebutuhan nia mulai dari nia bayi sampai sekarang hingga nia bisa merasakan kehidupan yang serba berkecukupan hingga detik ini. Mudah-mudahan nia bisa selalu buat bangga ayah tercinta. LuPh U Ayah ...Dan kepada mamaku tercinta, terima kasih yang tak terhingga atas pengorbananmu melahirkanku, membesarkan dan merawatku hingga saat ini. Mama yang selalu ada buat nia, disaat nia seneng mama selalu mengingatkan nia dan disaat nia sedih mama juga selalu ada buat menghibur nia. “The Best Mom In The World”. Lautan Terima Kasih yang hanya bisa kuucapkan. Doain nia yah ma semoga nia bisa menjadi yang terbaik buat keluarga dan bisa membuat mama bangga..I LuPh U Mom...Skripsi ini kupersembahkan sebagai wujud sembah ananda kepada kalian (ayahanda dan ibundaku yang tercinta) yang telah memberikanku segalanya dengan penuh cinta. Tiada kata dapat terucap untuk membalas segala pengorbanan kalian kepadaku. Hanya doa yang bisa nia panjatkan semoga kalian selalu berada dalam lindungan Allah SWT, sehat selalu, panjang umur, murah rezeki dan selalu dimudahkan dalam setiap nafas kehidupan.

Terima kasih juga kepada saudara-saudaraku tersayang, kakanda Anugrah


(4)

kenal kata menyerah. Cepet wisuda yah calon S.T. Walaupun lautan memisahkan kita, tetapi bathin, pikiran dan perasaan kita tetap satu...Miz U Mba...Untuk temen hidupku Nita Kartika Rini. Terima kasih atas segalanya, selama nia ngerjain skripsi ini, nia seperti melupakan kebiasaan kita yang selalu hampir bersama mengerjakan pekerjaan rumah yang seabrek dan tiada habis-habisnya. Cepet wisuda yah biar jadi Fisikawan. Salut buat nita, and keep On fire, semangat!!! Dan untuk adikku yang paling bontot Mita Prasetya Ningsih, makasih yah dek dah bantuin buat kotak-kotak...jangan nakal dan jangan suka manja karena dede bukan anak kecil lagi..oke!!! Rajin belajar dan jangan tinggal sholat karena prestasi dan keberhasilan bukanlah hanya sebuah kebetulan semata namun itu adalah hasil dari berusaha dan berdoa yang kita panjatkan setiap saat...Semoga kita berempat bisa menjadi orang yang sukses dan membuat bangga ayah dan mama. Amin Ya Robb...

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu, membimbing dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu kepada:

1. Bapak Prof. DR. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. DR. Marlon Sihombing, MA selaku Ketua Departemen Ilmu

Administrasi Negara dan juga selaku dosen penasehat akademik penilis.

3. Ibu Hj. Dra. Beti Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ilmu


(5)

4. Ibu Arlina, S.H. M.Hum selaku dosen pembimbing yang telah bersedia membimbing dan mengarahkan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak/Ibu Staf Pengajar serta Pegawai Administrasi FISIP USU yang telah

berjasa mendidik dan membimbing penulis selama masa perkuliahan, serta memudahkan administrasi khusunya kepada Kak Mega dan Kak Dian selaku pegawai bagian pendidikan FISIP USU.

6. Pak Sugeng yang telah membantu dan memudahkan penulis untuk penelitian

di Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Medan.

7. Seluruh Tim Implementor LARASITA khususnya kepada Bpk Erwin

Ananda dan masyarakat pengurus sertifikat yang telah membantu penulis

melaksanakan penelitian dan pengumpulan data.

8. Terima kasih buat My tRuLy Fren “MACAVA” ,,,tHe aGenT is :

1. Yeni Siska, temen yang mengharu biru menembus perjalanan maut

Medan-Deli Serdang demi mengejar target. Nia ga’ akan pernah lupain moment dahsyat itu.Makasih buanyak yah...

2. Wira Agustin, Temen sejati penulis waktu magang di Dinas Pekerjaan

Umum Kabupaten ToBa Samosir yang letaknya di kaki bukit. Never Says Give Up untuk mendaki bukit karena diatas sana terhampar pamandangan yang Subhanallah indahnya.

3. EsRy MarLiza Sofiana, temen yang buat penulis mengerti akan SPSS


(6)

4. Ira Ramadhani Siregar, “ga da Loe ga Rame”, temen yang paling

suka buat ngakak anak-anak MACAVA..ga kinar za yang gemes liat drimu, ternyata driku juga...he..he..

5. Santi Darwinanti, thanks aLot yah San, kOs dRimu akan selalu

menjadi “memorian pLace in My Life”....

6. Nazlia Safira Ardhani, temen yang paling semangat, heboh, dan

terkadang suka membuat penulis panik.. THH Lha pokoknya Tapi Seru...oya Zi gmana project kita itu??? detektif Qonaah...semoga “DeQon” akan terus ada, sekarang hingga selamanya... Amin

7. Rama Sri Dezani, temen yang paling cerewat skaLigus PaLing gokiL

dianTara anak-anak MACAVA yang lainnya...kadang nia ga ngerti apa yang diomongin rama saking cepetnya rama ngomong...ha..ha...

8. Aida FitRina, temen penuLis yang sLaLu mengerjakan sgaLa

sesuaTunya dengan serBa “Texas”....gue suka gaya Loe....Matur Nuwon SageT....

9. And The Last, Agustina Muliati Perangin-angin, Temen penulis

yang otaknya “bRiLian” taPi kLo Lagi kepepeT...kapan ngajak dRi Q ke LeuSeR??? Biar jadi Back Packer qTa . ...ha..ha...

9. Terima kasih buat My BeLLe GenkZ,,,Ayu PutRika, ciTra Arnes n Suci

Rizki Gustika,,, Temen kompak sejak SMA..semoga qTa beR 4 Tetep

SoLid....Thank yacH aTas Kado-kadonya....

10. Buat Kelompok Magang,,, (5 agenT MACAVA pLus Sari Astika, Rahmat


(7)

yach Woy kLo sLama jadi keTua keLompok, nia suka ngaTur, sensi, dan terkadang egois....

11. Buat mbah kakung dan mbah putri yang di Yogya..matur nuwon saget

mbah pangestu ne..dongake wae iki putumu ben dadi wong sukses..Amin...

12. Untuk Semua Pakle dan Bulek yang di Yogya maupun Om dan Tante yang

di Jakarta yang ga bisa nia sebutin satu-satu makasih banget atas doa-doanya...mudah-mudahan nia bisa jadi orang yang sukses seperti doa dan harapan kalian..Amin...

Semoga budi baik dan jasa yang penulis terima selama ini, hanya Allah SWT jualah yang akan dapat membalasnya. Amin Ya Rabbal Alamiin…

Akhir kata saya sebagai penulis mengucapkan sekian dan terima kasih dan saya berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita pembaca semua.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Medan, Maret 2010

Penulis


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ...

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ...

DAFTAR TABEL ...

DAFTAR LAMPIRAN ...

ABSTRAKSI ...

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 6

I.3 Tujuan Penelitian ... 6

I.4 Manfaat Penelitian ... 7

I.5 Kerangka Teori ... 7

I.5.1 Implementasi ... 8

I.5.1.1 Pengertian Implementasi ... 8

I.5.1.2 Model Implementasi Kebijakan ... 9

I.5.1.3 Tahap-Tahap Implementasi Kebijakan ... 12

I.5.2 LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikat Tanah) ... 13

I.5.2.1 Pengertian LARASITA ... 13


(9)

I.5.2.3 Tim Pelaksana LARASITA ... 16

1.5.2.4 Rician Bagan Alir Kegiatan Legalisasi Asset Di lapangan ... 17

I.5.2.5 Sertifikat Tanah ... 20

I.5.3 Kualitas Pelayanan Publik ... 24

I.5.3.1 Pengertian Pelayanan ... 24

I.5.3.2 Karakteristik Pelayanan Publik ... 25

I.5.3.3 Prinsip Pelayanan Publik ... 26

I.5.3.4 Kualitas Pelayanan Publik ... 28

I.6 Definisi Konsep ... 30

I.7 Definisi Operasional ... 32

I.8 Sistematika Penulisan ... 36

BAB II. METODE PENELITIAN ... 38

II.1 Bentuk Penelitian ... 38

II.2 Lokasi Penelitian ... 38

II.3 Informan Penelitian ... 38

II.4 Teknik Pengumpulan Data ... 40

II.5 Teknik Analisa Data ... 41

BAB III. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 43

III.1 Sejarah Berdirinya Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Medan ... 43


(10)

III.3 Makna dan Arti Logo Badan Pertanahan Nasional Kota Medan 46

III.4 Struktur Organisasi Badan Pertanahan Nasional ... 48

III.4.1 Tugas Pokok dan Fungsi Badan Pertanahan Nasional ... 48

BAB IV. PENYAJIAN DATA HASIL PENELITIAN ... 61

IV.1 Karakterisik Responden ... 62

IV.2 Penyajian Data tentang Implementasi LARASITA dalam Upaya Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Berdasarkan Kuesioner untuk Masyarakat ... 69

IV.3 Penyajian Data tentang Implementasi LARASITA dalam Upaya Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Berdasarkan Hasil Wawancara ... 86

BAB V. ANALISA DATA ... 89

V.1 Analisa Implementasi LARASITA ... 90

V.2 Analisa Kualitas Pelayanan Publik ... 98

V.3 Analisa Impementasi LARASITA sebagai upaya peningkatan Kualitas pelayanan publik ... 106

BAB VI KESIMPULAN ... 107

VI.1 Kesimpulan ... 107

VI.2 Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 111


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn... 11

Tabel 2. Bagan Alir LARASITA... 18

Tabel 3. Ketentuan Responden Penelitian... 62

Tabel 4. Identitas Responden Masyarakat Berdasarkan

Jenis Kelamin... 63

Tabel 5. Identitas Responden Pegawai berdasarkan

Jenis Kelamin... 64

Tabel 6. Identitas Responden Masyarakat Berdasarkan Usia 64

Tabel 7. Identitas Responden Pegawai LARASITA berdasarkan usia 65

Tabel 8. Identitas responden masyarakat berdasarkan

tingkat pendidikan ... 66 Tabel 9. Identitas responden pegawai berdasarkan tingkat pendidikan 66 Tabel 10. Identitas responden pegawai berdasarkan golongan ...67 Tabel 11. Identitas responden pegawai berdasarkan jabatan...68 Tabel 12. Distribusi jawaban responden mengenai kejelasan

masyarakat akan alur pelayanan/prosedur LARASITA... 69 Tabel 13. Distribusi jawaban responden mengenai bagan/alur

LARASITA yang harus dilalui responden... 71 Tabel 14. Distribusi jawaban responden mengenai kejelasan


(12)

mengurus sertifikat tanah melalui LARASITA... 72 Tabel 15. Distribusi jawaban responden mengenai kemudahan

akses bagi responden yang mengurus LARASITA... 73

Tabel 16. Distribusi jawaban responden berdasarkan akuntabilitas,

mengenai biaya pelayanan yang dibebankan sesuai dengan peraturan yang tertulis... 74 Tabel 17. Distribusi jawaban responden mengenai ketersediaan fasilitas

pendukung LARASITA seperti jumlah petugas, pemberi layanan komputer, maupun prasarana lainnya... 75 Tabel 18. Distribusi jawaban responden mengenai keakuratan

petugas LARASITA dalam memberikan pelayanan ... 77 Tabel 19. Distribusi jawaban responden mengenai keterlambatan

waktu penyelesaian penerbitan sertifikat tanah... 78 Tabel 20. Distribusi jawaban responden mengenai penyampaian

keluhan responden terkait dengan pelayanan LARASITA...79 Tabel 21. Distribusi jawaban responden mengenai respon pegawai

LARASITA ketika keluhan disampaikan oleh responden.... 80

Tabel 22. Distribusi jawaban responden mengenai waktu

penyelesaian sertifikat sesuai dengan waktu yang telah dijanjikan oleh pegawai LARASITA...81

Tabel 23. Distribusi jawaban responden mengenai keterjangkauan biaya pelayanan penerbitan sertifikat tanah dengan LARASITA ....82

Tabel 24. Distribusi jawaban responden mengenai kesesuaian pelayanan yang diberikan oleh pegawai LARASITA dengan kebutuhan


(13)

dan aspirasi masyarakat... 83 Tabel 25. Distribusi jawaban responden mengenai Pelayanan

LARASITA memperhatikan keseimbangan hak masyarakat....84

Tabel 26. Distribusi jawaban responden mengenai keadilan

petugas LARASITA dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat... 85

Tabel 27. Rekapitulasi indikator Implementasi LARASITA dalam Meningkatkan Kualitas


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabel Biaya Permohonan Pendaftaran Tanah

Lampiran 2 Data Responden Masyarakat Per Kelurahan

Lampiran 3 Daftar Pedoman Wawancara Responden Pegawai

Lampiran 4 Daftar Kuesioner Responden Masyarakat

Lampiran 5 Surat Permohonan Judul Skripsi

Lampiran 6 Surat Penunjukan Dosen Pembimbing

Lampiran 7 Jadwal Seminar Proposal Penelitian

Lampiran 8 Undangan Seminar Proposal Penelitian

Lampiran 9 Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal Penelitian

Lampiran 10 Berita Acara Seminar Proposal Penelitian

Lampiran 12 Surat Izin Permohonan Penelitian dari FISIP USU

Lampiran 13 Surat Izin Melakukan Penelitian dari Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Medan


(15)

ABSTRAKSI

IMPLEMENTASI LARASITA (LAYANAN RAKYAT UNTUK SERTIFIKASI TANAH) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS

PELAYANAN PUBLIK

Nama : Nia Laksita Rini

NIM : 060903026

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Pembimbing : Arlina, S.H, M.Hum 

Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah (LARASITA) merupakan program yang memadukan teknologi informasi dengan pelayanan petugas BPN dalam bentuk pelayanan bergerak, diharapkan mampu menghapus praktik persoalan sertifikat tanah dan memberikan kemudahan serta akses yang murah dan cepat dalam mewujudkan kepastian hukum. Tujuannya, adalah untuk menembus daerah-daerah yang sulit dijangkau, sehingga masyarakat yang tinggal di daerah terpencil tersebut dengan mudah mendapatkan pelayanan pertanahan tanpa harus

menempuh jarak yang jauh dan biaya transportasi yang besar.  Melalui

LARASITA diharapkan masyarakat mendapatkan kemudahan pelayanan dan dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi LARASITA (Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah) sebagai upaya peningkatan kualitas publik. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara kepada implementor, pembagian kuesioner untuk masyarakat, observasi dan dokumentasi. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dan juga analisa data tabel frekuensi tunggal serta SPSS For Windows non parametrik versi 16,0.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa Implementasi LARASITA telah berjalan cukup baik dan sudah cukup dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik. Hal ini dapat dilihat dari indikator implementasi yaitu standar kebijakan, sumber daya, komunikasi, karakteristik implementor, kondisi sosial ekonomi serta disposisi implementor maupun indikator kualitas pelayanan publik yaitu transparansi, akuntabilitas, kondisional, partisipatif, kesamaan hak/keadilan serta keseimbangan hak dan kewajiban sudah cukup baik.

Key Word : Implementasi LARASITA (Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah), Kualitas Pelayanan Publik


(16)

ABSTRAKSI

IMPLEMENTASI LARASITA (LAYANAN RAKYAT UNTUK SERTIFIKASI TANAH) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS

PELAYANAN PUBLIK

Nama : Nia Laksita Rini

NIM : 060903026

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Pembimbing : Arlina, S.H, M.Hum 

Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah (LARASITA) merupakan program yang memadukan teknologi informasi dengan pelayanan petugas BPN dalam bentuk pelayanan bergerak, diharapkan mampu menghapus praktik persoalan sertifikat tanah dan memberikan kemudahan serta akses yang murah dan cepat dalam mewujudkan kepastian hukum. Tujuannya, adalah untuk menembus daerah-daerah yang sulit dijangkau, sehingga masyarakat yang tinggal di daerah terpencil tersebut dengan mudah mendapatkan pelayanan pertanahan tanpa harus

menempuh jarak yang jauh dan biaya transportasi yang besar.  Melalui

LARASITA diharapkan masyarakat mendapatkan kemudahan pelayanan dan dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi LARASITA (Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah) sebagai upaya peningkatan kualitas publik. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara kepada implementor, pembagian kuesioner untuk masyarakat, observasi dan dokumentasi. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dan juga analisa data tabel frekuensi tunggal serta SPSS For Windows non parametrik versi 16,0.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa Implementasi LARASITA telah berjalan cukup baik dan sudah cukup dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik. Hal ini dapat dilihat dari indikator implementasi yaitu standar kebijakan, sumber daya, komunikasi, karakteristik implementor, kondisi sosial ekonomi serta disposisi implementor maupun indikator kualitas pelayanan publik yaitu transparansi, akuntabilitas, kondisional, partisipatif, kesamaan hak/keadilan serta keseimbangan hak dan kewajiban sudah cukup baik.

Key Word : Implementasi LARASITA (Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah), Kualitas Pelayanan Publik


(17)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman yang semakin pesat mengakibatkan tuntutan

pemenuhan berbagai kebutuhan masyarakat menjadi semakin meningkat, terutama kepada institusi birokrasi. Keluhan masyarakat terhadap kurangnya kualitas pelayanan merupakan salah satu indikator yang menunjukkan belum memadainya pelayanan yang diberikan oleh aparatur birokrasi. Tuntutan dan kebutuhan

masyarakat tersebut merupakan tantangan bagi birokrasi untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik serta untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Untuk itu, institusi birokrasi perlu menerapkan strategi peningkatan pelayanan yang tanggap terhadap kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang menghendaki kualitas pelayanan.

Penataan dan pembinaan, dan pendayagunaan aparatur yang “melek teknologi” sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan perkembangan zaman ini untuk dapat mencapai pelayanan publik yang berkualitas sesuai dengan yang didambakan masyarakat. Pembekalan keterampilan dan pengetahuan akan

teknologi menjadi kebutuhan bagi aparatur birokrasi saat ini. Peningkatan tuntutan dan kebutuhan masyarakat haruslah diimbangi dengan peningkatan keterampilan dan kompetensi aparatur birokrasinya juga. Selain itu, dituntut juga kinerja yang efektif dan efisien. Dengan ini, pelayanan terhadap masyarakat benar-benar menjadi prioritas utama dan para aparat birokrasi sebagai pelayan masyarakat


(18)

akan lebih mampu melayani, mengayomi, dan menumbuhkan partisipasi

masyarakat, sehingga birokrasi yang baik dan sesuai dengan harapan serta aspirasi masyarakat dapat tercipta.

Berbagai inovasi mengenai pelayanan telah banyak dilakukan oleh sebagian besar instansi publik. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan pelayanan kepada masyarakat yang lebih baik, mudah serta

terjangkau. Dan juga sebagai jawaban kepercayaan yang telah diberikan oleh masyarakat terhadap kinerja dari birokrasi pelayanan publik yang notabene selama ini mendapatkan “image” kurang memuaskan dari sebagian besar kalangan

masyarakat yang mengurus pelayanan baik itu pelayanan perizinan maupun pelayanan non perizinan seperti proses pengurusan yang terlalu berbelit-belit, memakan waktu yang terlalu panjang serta memakan biaya yang mahal.

Corak permasalahan yang biasa terjadi pada Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) yang cenderung mengitari pengurusan sertifikasi tanah adalah birokrasi yang rumit dan tidak praktis, serta perilaku sejumlah oknum yang mengambil keuntungan. Kondisi semacam ini berdampak negatif karena masyarakat menjadi apatis dalam mengurus sertifikasi tanah di Kantor BPN. Padahal sertifikasi tanah itu sangat penting, tidak hanya untuk legalitas kepemilikan tanah.Namun jika dilihat dari perspektif ekonomi, sertifikat tanah dapat dimanfaatkan juga oleh masyarakat untuk mendapatkan modal usaha, sehingga masyarakat dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahterannya. http://jakarta.wartaegov.com/index.php?option=com_content&view=article&id=2


(19)

Adapun upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah mengenai pelayanan publik adalah dengan cara mencari formula-formula baru yang dapat membantu masyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhannya. Salah satu instansi publik yang melakukan inovasi pelayanan publik adalah pada

Kantor Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Berdasarkan pada Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009 tentang LARASITA Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia maka secara resmi LARASITA diterapkan di seluruh kantor Badan Pertanahan Nasional. LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikat Tanah) merupakan sebuah program baru dari Kantor Badan Pertanahan Nasional. Adapun yang menjadi fokus dari program ini adalah memberikan kepastian hukum dalam proses serta memudahkan bagi masyarakat yang hendak melakukan sertifikasi tanah, sekaligus memotong mata rantai pengurusan sertifikat tanah dan meminimalisir biaya pengurusan.

LARASITA dibangun dan dikembangkan untuk mewujudnyatakan amanat pasal 33 ayat (3) UUD 1945, Undang-Undang Pokok Agraria serta seluruh

peraturan perundang-undangan di bidang pertanahan. Pengembangan LARASITA berangkat dari kehendak dan motivasi untuk mendekatkan Badan Pertanahan Nasional dengan masyarakat, sekaligus mengubah paradigma pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BPN dari menunggu atau pasif menjadi aktif atau proaktif (Pendahuluan Undang-Undang No.18 Tahun 2009 Tentang LARASITA BPN-RI)

Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah (LARASITA) merupakan program yang memadukan teknologi informasi dengan pelayanan petugas BPN dalam bentuk pelayanan bergerak, diharapkan mampu menghapus praktik


(20)

persoalan sertifikat tanah dan memberikan kemudahan serta akses yang murah dan cepat dalam mewujudkan kepastian hukum. Tujuannya, adalah untuk menembus daerah-daerah yang sulit dijangkau, sehingga masyarakat yang tinggal di daerah terpencil tersebut dengan mudah mendapatkan pelayanan pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang jauh dan biaya transportasi yang besar. http://www.bainfokomsumut.go.id/detail.php?id=4289

Program Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah (LARASITA) ini bisa dinikmati warga Sumatera Utara sejak secara resmi diluncurkan (soft launching) di Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Medan Selayang Medan, yang ditandai dengan penekanan tombol sirine oleh Kepala Kantor Wilayah BPN Sumut Ir Horasman Sitanggang. Untuk tahap awal, program ini di Sumatera Utara diterapkan khusus pada di tiga daerah kabupaten/kota, yakni Kota Medan, Kabupaten Deliserdang dan Kota Pematangsiantar. Dengan program ini

ditargetkan sertifikasi 122.740 persil tahun ini dapat tercapai. Program mutakhir dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) ini bertujuan untuk mempercepat waktu, memperpendek jarak, dan memudahkan pengurusan sertifikasi tanah.

(www.medanbisnisonline.com).

Untuk lebih mengefektifkan implementasi, menurut Van Meter dan Van Horn salah satu variabel yang mempengaruhi efektivitas pelaksanaan adalah komunikasi, dan bentuk komunikasi dalam program LARASITA adalah sosialisasi, diharapkan dengan adanya sosialisasi yang dilakukan oleh jajaran pegawai BPN, baik itu sosialisasi internal maupun eksternal LARASITA dapat berjalan lancar. Hal ini dimaksudkan sebagai sebuah program baru, sosialisasi internal lebih bertujuan untuk pembinaan dan pelatihan bagi para pegawai yang


(21)

secara teknis berhubungan dengan IT (Information Technology) LARASITA. Sedangkan sosialisasi eksternal bertujuan untuk menyampaikan kepada masyarakat luas bahwa dalam rangka pembangunan di bidang pertanahan, BPN mempunyai sebuah program baru yang dikenal dengan sebutan LARASITA, yaitu sebuah program penerbitan sertifikat tanah secara cepat, mudah dan terjangkau.

Dengan LARASITA, kantor pertanahan menjadi mampu menyelenggarakan tugas-tugas pertanahan dimanapun target kegiatan berada. Pergerakan tersebut juga akan memberikan ruang interaksi antara aparat Badan Pertanahan Nasional khususnya aparatur BPN Kota Medan dengan masyarakat sampai pada tingkat kecamatan, kelurahan/desa, dan tingkat komunitas masyarakat, di seluruh wilayah kerjanya, terutama pada lokasi yang jauh dari kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Medan.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Implementasi LARASITA

(Layanan Rakyat Sertifikat Tanah) Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas

Pelayanan Publik (Studi pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota

Medan)”.

I.2 Perumusan Masalah

Arikunto (1993:17) menguraikan bahwa agar penelitian dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka penulis harus merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana harus mana memulai, ke mana harus pergi, dan dengan


(22)

apa ia melakukan penelitian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

pentingnya perumusan masalah adalah agar diketahui arah jalan suatu penelitian.

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan diangkat pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah implementasi Layanan Rakyat Sertifikat Tanah

(LARASITA) pada Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Medan?

2. Apakah dengan adanya Program Layanan Rakyat Sertifikat Tanah

(LARASITA) ini sudah dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik?

I.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan Latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi Layanan Rakyat Sertifikat

Tanah (LARASITA) pada Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Medan.

2. Untuk mengetahui apakah dengan adanya Program LARASITA ini sudah

dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik ?

I.4 Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :


(23)

1. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumbangan pemikiran kepada Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Medan dan juga sebagai bahan masukan dalam mengevaluasi kebijakan khususnya dalam hal program penerbitan sertifikat tanah lainnya.

2. Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan penulis

mendalami tentang konsep maupun penerapan LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikat Tanah).

3. Sebagai suatu karya ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi mereka yang hendak melakukan penelitian mengenai sertifikat tanah dan juga diharapkan akan lebih melengkapi ragam penelitian pada kajian Ilmu Administrasi Negara.

I.5 Kerangka Teori

Untuk memudahkan penulis dalam rangka menyusun penelitian ini, maka dibutuhkan suatu landasan berfikir yang dijadikan pedoman untuk menjelaskan masalah yang sedang disorot. Pedoman tersebut disebut kerangka teori. Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruksi, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep. Dengan demikian yang menjadi kerangka teori dalam penelitian ini adalah :


(24)

I.5.1 Implementasi

I.5.1.1 Pengertian Implementasi

Dalam setiap perumusan suatu kebijakan apakah menyangkut program maupun kegiatan-kegiatan selalu diiringi dengan suatu tindakan pelaksanaan atau implementasi. Karena betapapun baiknya suatu kebijakan tanpa implementasi, maka tidak akan banyak berarti. Berikut disampaikan beberapa pengertian implementasi menurut para ahli.

Menurut Jeffri L.Pressman and Aaron B.Wildavski (dalam Jones 1996 : 295), mengartikan implementasi sebagai sebuah proses interaksi antara suatu perangkat tujuan dan tindakan yang mampu untuk meraihnya. Implementasi adalah kemampuan untuk membentuk hubungan-hubungan lebih lanjut dalam rangkaian sebab akibat yang menghubungkan tindakan dengan tujuan. Perangkat-perangkat yang dimaksud antara lain adalah sebagai berikut : adanya orang atau pelaksana, uang dan kemampuan organisasi atau yang sering disebut dengan resources. Dengan demikian berdasar pada pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai tujuan dari implementasi tersebut dibutuhkan: manusia, anggaran, dan juga kemampuan organisasi ataupun instansi seperti teknologi informasi.

Sementara itu, Van Meter dan Van Horn (dalam Winarno, 2002:101) membatasi implementasi kebijakan sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (atau kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya.


(25)

Implementasi merupakan penerapan sesuatu yang memberikan efek atau dampak. Dengan kata lain bahwa implementasi merupakan sebuah penempatan ide , konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap.

Lineberry (dalam Putra, 2003:81) menyatakan bahwa proses implementasi memiliki elemen-elemen sebagai berikut :

1. Pembentukan unit organisasi baru dan staf pelaksana 2. Penjabaran tujuan kedalam berbagai aturan pelaksana

3. Koordinasi berbagai sumber dan pengeluaran kepada kelompok sasaran,

pembagian tugas di dalam dan di antara dinas-dinas atau badan pelaksana

4. Pengalokasian sumber-sumber untuk mencapai tujuan

I.5.1.2 Model Implementasi Kebijakan

Menurut Van Meter dan Van Horn (dalam Subarsono, 2005: 99) ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yakni :

a) Standar dan Sasaran kebijakan

Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisasikan. Apabila standar dan kebijakan kabur, maka akan terjadi muti interpretasi dan mudah menimbulkan konflik diantara para agen implementasi.


(26)

b) Sumber Daya

Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya non manusia.

c) Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas

Dalam implementasi program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu diperlukan koordinasi dan kerja sama antar instansi bagi keberhasilan suatu program.

d) Karakteristik agen pelaksana

Agen pelaksana mensakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam brokrasi, yang semuanya akan

mempengaruhi implementasi suatu program.

e) Kondisi sosial, ekonomi, dan politik

Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi, lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan; sejauh mana kelompok-kelompok kepentingan dapat memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan; karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak; bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan; dan apakah elit politik mendukung implemantasi kebijakan.

f) Disposisi implementor

Disposisi implementor ini mencakup tiga hal, yakni: (a) respon implementor terhadap kebijakan yang akan dipengaruhi kemauannya untuk


(27)

melaksanakan kebijakan; (b) kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan; dan (c) intensitas disposisi implementor, yakni prefensi nilai yang dimiliki oleh implementor.

Tabel 1. Model implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn

Sumber : Subarsono, 2005 : 100

I.5.1.3 Tahap-tahap Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan yang telah ditetapkan haruslah berjalan efektif. Untuk mencapai hal ini diperlukan tahap-tahap implementasi kebijakan. Brian W.

Komunikasi Antar 

Organisasi Dan Kegiatan 

Pelaksanaan 

Ukuran dan  tujuan kebijakan 

Sumber 

daya 

Karakteristik 

badan 

Pelaksana 

       Kinerja  implementa

si 

Lingkungan 

ekonomi dan sosial  politik 

Disposisi 


(28)

Hoogwood dan Lewis A. Gunn (Solichin Abdul Wahab, 1991, 36) menguraikan ada beberapa tahapan implementasi yaitu :

Tahapan I, memuat kegiatan pokok sebagai berikut :

a. Menggambarkan rencana suatu program dengan penetapan tujuan secara

jelas

b. Menentukan standar pelaksanaan

c. Menentukan biaya yang akan digunakan beserta waktu pelaksanaan

Tahapan II, merupakan pelaksanaan program dengan mendayagunakan struktur

staf, sumber daya, prosedur, biaya serta metode.

Tahapan III, memuat kegiatan pokok sebagai berikut :

a. Menentukan jadwal

b. Melakukan pemantauan

c. Mengadakan pengawasan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan

program. Dengan demikian jika terdapat penyimpangan atau pelanggaran dapat diambil tindakan yang sesuai dengan segera.

d.

I.5.2 LARASITA (Layanan Rakyat Sertifikat Tanah)

I.5.2.1 Pengertian LARASITA

Sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Tentang LARASITA Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, dalam pasal 1


(29)

dikatakan bahwa dalam rangka mendekatkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia kepada masyarakat

dikembangkan pola pengelolaan pertanahan yang disebut dengan LARASITA. LARASITA adalah kebijakan inovatif yang beranjak dari pemenuhan rasa keadilan yang diperlukan, diharapkan dan dipikirkan oleh masyarakat.

LARASITA merupakan Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah. Program ini memadukan teknologi informasi dengan pelayanan petugas BPN dalam bentuk pelayanan bergerak, diharapkan mampu menghapus praktik persoalan sertifikat tanah dan memberikan kemudahan serta akses yang murah dan cepat dalam mewujudkan kepastian hukum. Tujuannya, adalah untuk menembus daerah-daerah yang sulit dijangkau, sehingga masyarakat yang tinggal di daerah-daerah terpencil tersebut dengan mudah mendapatkan pelayanan pertanahan tanpa harus

menempuh jarak yang jauh dan biaya transportasi yang besar.

LARASITA juga merupakan layanan sistem front office mobile secara online dengan kantor pertanahan setempat. Sehingga seluruh proses pelayanan dari mobil/sepeda motor Larasita saat itu juga langsung terdata di kantor pertanahan. Untuk tahap awal, program ini di Sumut diterapkan di tiga kabupaten/kota. Yakni Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, dan juga Kota Pematang Siantar.

Penerbitan sertifikat tanah yang dilaksanakan oleh kantor BPN

berdasarkan atas Undang-Undang Pokok Agraria mengenai pendaftaran tanah. Pendaftaran tanah merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur meliputi pengumpulan,


(30)

pengolahan, pembukuan, penyajian, pemeliharaan data fisik, data yuridis dalam bentuk peta, daftar mengenai bidang –bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya, hak millik atas satuan rumah susun dan hak-hak tertentu yang membebaninya (Pasal 1 Ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997).

Dalam Pasal 3 PP No.24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah, adapun yang menjadi tujuan pendaftaran tanah adalah sebagai berikut :

a. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada

pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yan bersangkutan.

b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan

termasuk pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidng-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar.

c. Untuk terselenggarakannya tertib administrasi pertanahan.

Dalam rangka pembangunan di bidang pertanahan maka pemerintah telah menetapkan suatu kebijaksanaan khusus yang dikenal dengan istilah Catur Tertib Pertanahan yang meliputi :

a. Tertib Hukum Pertanahan


(31)

c. Tertib Penggunaan Tanah

d. Tertib Pemeliharaan Tanah dan Lingkungan Hidup

Berdasarkan Catur Tertib Pertanahan diatas, berarti BPN disini memiliki fungsi melaksanakan pengurusan hak-hak atas tanah dalam rangka memelihara tertib administrasi pertanahan. Dimana Tertib Administrasi Pertanahan juga merupakan salah satu dari tujuan pendaftaran tanah.

Dalam hubungan LARASITA dengan pelaksanaan Catur Tertib Pertanahan tersebut maka segala sesuatu yang menyangkut bidang pertanahan harus

diselesaikan melalui prosedur hukum yang berlaku bukan diselesaikan dengan mempergunakan kekerasan ataupun mempergunakan kekuasaan.

I.5.2.2 Tugas Pokok dan Fungsi LARASITA

LARASITA menjalankan tugas pokok dan fungsi yang ada pada kantor pertanahan. Namun sesuai dengan sifatnya yang bergerak, pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tersebut diperlukan pemberian atau pendelegasian kewenangan yang diperlukan guna kelancaran pelaksanaan di lapangan. Dengan demikian LARASITA menjadi mekanisme untuk:

1. menyiapkan masyarakat dalam pelaksanaan pembaruan agraria

nasional (reforma agraria);

2. melaksanakan pendampingan dan pemberdayaan masyarakat di

bidang pertanahan;


(32)

4. melakukan pendeteksian awal atas tanah-tanah yang diindikasi bermasalah;

5. memfasilitasi penyelesaian tanah yang bermasalah yang mungkin

diselesaikan di lapangan;

6. menyambungkan program BPN RI dengan aspirasi yang

berkembang di masyarakat;

7. meningkatkan dan mempercepat legalisasi aset tanah.

I.5.2.3 Tim Pelaksana LARASITA

Pelaksanaan LARASITA dilakukan oleh Tim LARASITA yang ditetapkan oleh Kepala Kantor Pertanahan sebagai berikut :

a. Keanggotaan terdiri paling sedikit 5(lima) orang dengan susunan

sebagai berikut :

1). Koordinator, dengan persyaratan paling rendah pejabat eselon IV;

2) Petugas Pelaksana, paling sedikit 4(empat) orang, dengan persyaratan paling tinggi pejabat eselon IV atau staf yang menurut penilaian dianggap cakap dan mampu untuk melaksanakan LARASITA.

b. Penunjukkan keanggotaan Tim LARASITA dilakukan bergantian sesuai dengan kebutuhan dan/atau beban kerja pada Kantor Pertanahan.

c. Dalam hal tertentu, Koordinator tidak harus turun kelapang setelah mendapat izin dari Kepala Kantor Pertanahan.


(33)

d. Petugas LARASITA melaksanakan tugas sesuai dengan perencanaan, jadwal dan tugas yang diberikan oleh Kepala Kantor Pertanahan.

e. Apabila diperlukan, Kepala Kantor Pertanahan dapat mengajukan permohonan bantuan tenaga pelaksana LARASITA kepada Kepala Kantor Wilayah BPN

I.5.2.4 Rincian Bagan Alir Kegiatan Legalisasi Aset di Lapangan

Adapun bagan Alir Kegiatan Legalisasi Aset di Lapangan dapat


(34)

Keterangan Tabel

Proses penerbitan sertifikat tanah dengan LARASITA terdiri atas 2 bagian yaitu diantaranya adalah :

1. Proses dalam mobil LARASITA

2. Proses di Kantor Pertanahan

Proses dalam LARASITA dimulai dari pemohon harus melengkapi berkas-berkas yang telah disyaratkan yaitu KTP (Kartu Tanda Penduduk), Kartu

Keluarga serta SLIP PBB (Pajak Bumi dan Bangunan). Setelah itu berkas-berkas tersebut dicek oleh tim implementor, apabila berkasnya telah lengkap maka permohonannya akan diproses sedangkan apabila berkasnya tidak lengkap maka akan dikembalikan kepada pemohon kembali.

Proses selanjutnya adalah petugas LARASITA memasukkan data-data dari pemohon tersebut dan kemudian mencetak SPS (Surat Perintah Setor) dan STTD (Surat Tanda Terima Dokumen). Setelah itu data tersebut masuk pembukuan dan ditulis pada DI (Daftar Isian).

Setelah selesai berkasnya semua maka dilanjutkan proses pada Kantor Pertanahan. Pada Kantor Pertanahan, data tersebut akan dicek terlebih dahulu lewat basis data dan kemudian seorang juru ukur akan mengeceknya ke lapangan kembali apakah telah sesuai dengan data-data yang telah ada. Proses penerbitan sertifikat tanah ini dilakukan sesuai dengan SPOPP (Standar Prosedur Operasional Pelayanan Publik) yang berlaku.


(35)

Setelah semua berkas/data dan pengecekan dilakukan selesai maka pemohon tinggal membayar sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Daftar uang yang harus dibayar oleh pemohon sudah tercantum pada mobil LARASITA dan tidak ada pungutan lain selain dari yang sudah tercantum tersebut.

I.5.2.4 Sertifikat Tanah

Secara etimologi serifikat berasal dari bahasa Belanda yaitu “certifaat” yang artinya surat bukti atau surat keterangan yang membuktikan sesuatu (Muh. Yamin, 2004: 132).

Menurut Ali Achmad Chomzah (2003:25), sertifikat tanah adalah tanda bukti atau alat pembuktian mengenai pemilikan tanah sehingga merupakan surat/barang bernilai.

Secara fisik sertifikat tanah dibagi atas beberapa bagian, yaitu : Sampul Luar, Sampul Dalam, Buku Tanah dan Surat Ukur/Gambar Situasi (GS). Namun dalam praktek sehari-hari orang sering hanya menyebut Buku Tanah dan Surat Ukur / GS. Dalam sebuah sertifikat tanah dijelaskan atau dibuktikan beberapa hal, antara lain yaitu:

1. Jenis hak atas tanah dan masa berlaku hak atas tanah

Dalam sertifikat tanah, dapat diketahui mengenai jenis hak atas tanah yang bersangkutan, apakah itu merupakan Hak Milik, Hak Guna Bangunan (HGB), Hak Pakai, Hak Guna Usaha (HGU), atau Hak Pengelolaan, dan berapa lama hak tersebut berlaku, kecuali untuk hak milik yang tidak ada batas masa berlakunya. Informasi mengenai jenis hak atas tanah an masa


(36)

berlaku, tertulis pada bagian Sampul Dalam (Buku Tanah) dan dikolom pertama bagian atas dari Buku Tanah.

2. Nama pemegang hak

Nama pemegang hak dapat kita ketahui dalam Buku Tanah kolom kedua bagian atas. Di dalam Buku Tanah juga dicatat dalam hal terjadi peralihan hak atas tanah. Misalnya, apabila terjadi transaksi jual beli, maka nama pemegang hak yang terdahulu akan dicoret oleh pejabat yang

berwenang (BPN) dan selanjutnya dicantumkan pemegang hak yang baru dan begitu seterusnya, pokoknya nama pemegang hak yang lama dicoret dan nama pemegang hak yang baru dicantumkan, sehingga dari sertifikat tersebut selalu dapat diketahui siapa pemegang hak atas tanahnya.

3. Keterangan fisik tanah

Keterangan fisik suatu tanah dapat dilihat pada Surat Ukur/Gambar Situasi. Disini kita bisa mengetahui mengenai luas tanah, panjang dan lebar, bentuk fisik tanah, letak dan batas-batas tanah.

4. Beban di atas tanah

Dari suatu sertifikat juga dapat diketahui apakah ada beban di atas tanah tersebut. Maksudnya, apakah tanah tersebut sedang dalam keadaan diagunkan atau dijaminkan pada suatu bank atau apakah di atas sertifikat tersebut terdapat hak lain, misalnya HGB di atas Hak Milik.

5. Peristiwa yang berhubungan dengan tanah.

Semua peristiwa yang berhubungan dengan tanah tersebut juga dicatat oleh Kantor Pendaftaran Tanah (KPT) dalam sertifikat tersebut, misalnya


(37)

peristiwa jual beli, hibah, penyertaan daam suatu Perseroan Terbatas (PT), pewarisan dan sebagainya.

Penerbitan sertifikat dilaksanakan berdasarkan pendaftaran tanah menurut pasal 19, 23, 32, dan 38 Undang-Undang Pokok agraria. Pendaftaran menurut pasal 19 UUPA adalah perintah Undang-Undang kepada pemerintah untuk menerbitkan peraturan pemerintah tentang pendaftaran tanah, dan sisi lain menurut pasal 23,28, dan 38 UUPA mewajibkan pemegang hak untuk mendaftarkan hak atas tanah.

Adapun isi dari pasal 19 UUPA adalah sebagai berikut :

1. Untuk menjamin kepastian hukum, oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh Wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah

Pendaftaran tersebut meliputi :

1. Pengukuran, pemetaan dan pembukuan tanah.

2. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak tersebut.

3. Pemberian surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat

pembuktian yang kuat (SERTIFIKAT).

2. Hak-hak atas tanah yang diatur dalam UUPA yang perlu didaftar di kantor

Sub. Dit Agraria yang diatur dalam PP No. 24/1997 sejak 8 Oktober 1997 ialah :

1. Hak Milik

2. Hak Guna Bangunan

3. Hak Guna Usaha (perkebunan, peternakan, tambak-tambak perikanan


(38)

4. Hak Pakai

5. Hak Penguasaan/pengelolaan

3. Tanda bukti hak atas tanah disebut “Sertifikat” yang dikeluarkan oleh kantor Sub. Direktorat Agraria.

Dengan melihat ayat 2 pasal 19 UUPA dapatlah dipahami bahwa setiap pendaftaran hak atas tanah selalu diakhiri dengan pemberian surat tanda hak, yang berlaku sebagai alat-alat pembuktian yang kuat. Atau dapat juga kita artikan bahwa penerbitan sertifikat tanah adalah proses akhir dalam kegiatan pendaftaran tanah.

Secara umum kegunaan dari sebuah sertifikat tanah adalah sebagai alat bukti bahwa si pemegang sertitifikat atau orang yang namanya disebut dalam sertifikat tanah, adalah orang yang berhak atas tanah yang bersangkutan. Namun, perlu juga untuk diketahui lebih jauh, bahwa sertifikat tanah merupakan bukti hak atas tanah yang paling kuat. Dalam arti, bahwa selama tidak ada alat bukti lain yang membuktikan ketidak-benarannya, maka keterangan yang ada dalam

sertifikat tanah haruslah dianggap benar, dengan tidak perlu alat bukti tambahan. Sedangkan alat bukti lain, seperti misalnya, saksi-saksi, akta jual-beli dan surat– surat keterangan pejabat, hanya dianggap sebagai bukti permulaan yang harus dikuatkan oleh alat bukti lainnya. Selain itu sertifikat tanah juga memberikan rasa aman, tanah yang telah bersertifikat lebih mudah dijual, dan sertifikat tanah meningkatkan harga jual tanah. Oleh karena alasan-alasan yang sangat penting itulah maka penerbitan sertifikat tanah diatur penerbitannya oleh Undang-Undang


(39)

dan dalam pelaksanaannya pihak yang diberi wewenang untuk menerbitkan sertifikat tersebut bertanggung jawab langsung kepada presiden.

I.5.3 Kualitas Pelayanan Publik

I.5.3.1 Pengertian Pelayanan Publik

Menurut Undang-Undang No.25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik, yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/ atau pelayanan administratif yang dsediakan oleh penyelenggara pelayanan publik

Pelayanan publik (public service) adalah suatu pelayanan atau pemberian terhadap masyarakat yang berupa penggunaan fasilitas-fasilitas umum, baik jasa maupun non jasa, yang dilakukan oleh organisasi publik. Pelayanan publik dengan demikian merupakan segala kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak dasar setiap warga negara dan penduduk atas suatu barang, jasa dan atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara

pelayanan yang terkait dengan kepentingan publik (Ahmad Ainur Rohman, 2008 :3)

Menurut Soetopo, pelayanan adalah suatu usaha untuk membantu menyahkan (mengurus) apa yang diperlukan orang lain. Pengertian lain menyebutkan bahwa pelayanan adalah suatu proses bantuan kepada orang lain


(40)

dengan cara-cara tertentu yang memrlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar terciptanya kepuasan dan keberhasilan (Boediono, 2003:60).

Hakikat pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat.

I.5.3.2 Karakteristik Pelayanan

Menurut Kotler (Napitupulu, 2007 : 164) menyebutkan sejumlah karakteristik pelayanan adalah sebagai berikut :

1. Intangibility (tidak berwujud); tidak dapat dilihat, diraba, dirasa,

didengar, dicium sebelum ada transaksi. Konsumen tidak mengetahui dengan pasti atau dengan baik hasil pelayanan (service outcome) sebelum pelayanan dikonsumsi.

2. Inseparability (tidak dapat dipisahkan), diproduksi, dijual lalu

dikonsumsi secara bersamaan. Karena itu, konsumen ikut berpartisipasi menghasilkan jasa layanan. Dengan adanya kehadiran konsumen, pemberi pelayanan berhati-hati terhadap interaksi yang terjadi antara penyedia dan pembeli. Keduanya mempengaruhi hasil layanan.

3. Variability (berubah-ubah dan bervariasi). Jasa beragam, selalu

mengalami perubahan, tidak selalu sama kualitasnya bergantung kepada siapa yang menyediakannya dan kapan serta dimana disediakan.


(41)

4. Perishability (cepat hilang, tidak tahan lama); jasa tidak dapat

disimpan dan permintaannya berfluktuasi. Daya tahan suatu jasa layanan bergantung kepada situasi yang diciptakan oleh berbagai faktor.

I.5.3.3 Prinsip Pelayanan Publik

Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 Tahun 2003, disebutkan bahwa penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi beberapa prinsip, yaitu:

1. Kesederhanaan, prosedur pelayanan tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.

2. Kejelasan, kejelasan ini mencakup kejelasan dalam hal :

1) Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik.

2) Unit kerja/ pejabat yang berwenang dan bertanggung

jawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/ persoalan/ sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik.

3) Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara

pembayaran. 3. Kepastian waktu

Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalm kurun waktu yang telah ditentukan.

4. Akurasi


(42)

5. Keamanan

Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian hukum.

6. Tanggung jawab

Pimpinan penyelenggara pelayanan publik/ pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyeleseaian keluahan/ persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.

7. Kelengkapan sarana dan prasarana

Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika).

8. Kemudahan akses

Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memada, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telematika.

9. Kedisiplinan, kesopanan, dan keramahan

Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan, dan santun, ramah serta memberikan pelayanan yang ikhlas.

10. Kenyamanan

Lingkungan pelayanan harus tertib, disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah, sehat serta


(43)

dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet, tempat ibadah, dan lain-lain.

I.5.3.4 Kualitas Pelayanan Publik

Kualitas merupakan aspek yang sangat penting dan mendukung segala sesuatu untuk menunjukkan dan membandingkan seberapa baik atau buruk pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dalam pemenuhan kebutuhannya. Suatu pelayanan dikatakan baik atau berkualitas jika masyarakat merasa bahwa kebutuhan atau kepentingannya dapat terpenuhi dan ia merasa puas (melebihi harapannya).

Menurut Goetsch dan Davis (1994: 4), kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Institusi birokrasi Pemerintah sebagai pihak yang berfungsi untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat harus mengutamakan kualitas dan berorientasi kepada kepuasan masyarakat (customer satisfaction), karena masyarakatlah yang menilai hal-hal positif dan negatif yang diperolehnya selama menerima pelayanan. Dan ini berpengaruh pada keberhasilan atau kegagalan dari birokrat dalam memberikan pelayanan yang berkualitas.

Menurut Zeitham, Berry, dan Parasuraman ( Boediono, 2003: 114) ada lima dimensi untuk mengukur kualitas suatu pelayanan yaitu:

1) Bukti langsung (Tangible), yaitu meliputi fasilitas fisik,


(44)

2) Daya tanggap (Responsiveness), yaitu suaty karakteristik kecocokan dalam pelayanan manusia yaitu keingina para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggapan.

3) Keandalan (Reliability), yaitu kemampuan memberikan pelayanan

yang menjanjikan dengan segera dan memuaskan.

4) Jaminan (Assurance), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan

dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki staf, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan.

5) Empati (Emphaty), yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan

hubungan komunikasi yang baik, memahami kebutuhan para pelanggan.

Sedangkan menurut Lijan Poltak Sinambela (2008 : 6), untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan prima yang tecermin dari :

1). Transparansi, yakni pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan

disediakan secara memadai serta mudah dimengerti. 2). Akuntabilitas, yakni pelayanan yang dapat

dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3). Kondisional, yakni pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektifitas.


(45)

4). Partisipatif, yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi kebutuhan dan aspirasi masyarakat. 5). Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak melakukan

diskriminasi dilihat dari aspek apa pun khususnya suku, agama, ras, golongan, status sosial dan lain-lain.

6). Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pelayanan yang

mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan publik.

I.6 Definisi Konsep

Definisi konsep adalah unsur penelitian yang penting untuk

menggambarkan secara tepat fenomena yang hendak diteliti (Singarimbun, 1999 : 33). Tujuannya adalah untuk memudahkan pemahaman dan menghindari

terjadinya interpretasi ganda dari variabel yang akan diteliti.

Untuk memberikan batasan yang jelas tentang penelitian ini, penulis

mendefinisikan konsep-konsep yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Implementasi

Implementasi kebijakan merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (atau kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya.


(46)

2. Layanan Rakyat Sertifikat Tanah (LARASITA)

Program Layanan Rakyat Sertifikat Tanah (LARASITA) merupakan program yang memadukan teknologi informasi dengan pelayanan petugas BPN dalam bentuk pelayanan bergerak, diharapkan mampu menghapus praktik persoalan sertifikat tanah dan memberikan kemudahan serta akses yang murah dan cepat dalam mewujudkan kepastian hukum. Tujuannya, adalah untuk

menembus daerah-daerah yang sulit dijangkau, sehingga masyarakat yang tinggal di daerah terpencil tersebut dengan mudah mendapatkan pelayanan pertanahan tanpa harus menempuh jarak yang jauh dan biaya transportasi yang besar.

3. Kualitas Pelayanan Publik

Kualitas pelayanan publik merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan publik. Institusi birokrasi Pemerintah sebagai pihak yang berfungsi untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat harus mengutamakan kualitas dan berorientasi kepada kepuasan masyarakat

(customer satisfaction), karena masyarakatlah yang menilai hal-hal positif dan negatif yang diperolehnya selama menerima pelayanan. Dan ini berpengaruh pada keberhasilan atau kegagalan dari birokrat dalam memberikan pelayanan.

I.7 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah sebagai petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel atau suatu informasi ilmiah yang membantu


(47)

penelitian sehingga dari informasi tersebut diketahui bagaimana caranya mengukur variabel penelitian tersebut. (Singarimbun, 1999 : 46-47).

Adapun yang menjadi indikator dari implementasi Larasita disini adalah :

1. Standar dan sasaran kebijakan, yaitu meliputi mekanisme prosedur (Standard Operating Procedurs) yaitu peraturan yang mengatur tata cara kerja dalam melaksanakan kegiatan yang berkenaan dengan LARASITA.

2. Sumberdaya, yaitu meliputi :

a) Sumber daya manusia yang terdiri dari jumlah pegawai, tingkat

pendidikan pegawai, keahlian, keterampilan, dan kemampuan para pegawai untuk melaksanakan tugas dan fungsinya.

b) Sumber anggaran yaitu sumber dan besarnya pembiayaan untuk

melaksanakan program LARASITA tersebut.

c) Fasilitas yaitu sarana dan prasarana yang diperlukan dalam

melaksanakan program LARASITA.

3. Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas, yaitu

meliputi sosialisasi, baik itu sosialisasi internal (pegawai BPN) maupun sosialisasi eksternal (masyarakat), ditambah dengan adanya forum diskusi antara pegawai dan pihak-pihak yang terlibat langsung dalam implementasi LARASITA.


(48)

4. Karakteristik Agen Pelaksana, yaitu meliputi struktur organisasi, pembagian tugas dan wewenang, garis komando atau rentang kendali serta ketepatan atau kesesuaian pelaksanaan program dengan tingkatan struktural organisasi yang melaksanakan program tersebut.

5. Kondisi sosial, ekonomi dan politik, yaitu meliputi sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh organisasi dan juga keadaan soial ekonomi dari masyarakat yang bersangkutan.

a) Pendapatan dari masyarakat yang menjadi target larasita

b) Ada penyesuaian kondisi ekonomi BPN terhadap kelangsungan

implementasi LARASITA

6. Disposisi implementor, yaitu kognisi implementor dalam

melaksanakan LARASITA meliputi:

a) netralitas maupun obyektivitas implementor,

b) serta respon dari implementor terhadap pelaksanaan

LARASITA

Dan yang menjadi indikator kualitas pelayanan publik adalah:

1. Transparansi, yaitu pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat di akses oleh semua pihak yang membutuhkan pelayanan dan disediakan pelayanan yang memadai dan mudah dimengerti meliputi :

a) Keterbukaan informasi mengenai berbagai jenis pelayanan yang


(49)

b) Kemudahan mendapatkan pelayanan, berkaitan dengan banyaknya outlet, banyaknya petugas yang melayani, banyaknya fasilitas pendukung seperti komputer untuk memproses data, dan lain-lain.

2. Akuntabilitas, yaitu pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Akuntabilitas juga menyangkut tanggung jawab petugas terhadap kesalahan-kesalahan yang terjadi akibat kekeliriuannya termasuk masalah-masalah yang timbul dikemudian hari akibat kekeliruan tersebut.

a) Kemampuan aparat birokrasi untuk memberikan pelayanan yang

akurat, dan bebas dari kesalahan

b) Kesediaan aparat birokrasi atau pegawai yang ada di Badan

Pertanahan Nasional untuk menerima dan menangani keluhan dari pelanggan.

3. Kondisional, yaitu pelayanan yang disesuaikan dengan kondisi, situasi, dan kemampuan dari pemberi dan penerima layanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas sehingga pelayanan yang dihasilkan pun tetap efisien (tepat waktu) dan efektif (tepat sasaran).

a) Kemampuan aparat birokrasi untuk memberikan pelayanan yang tepat

waktu sesuai dengan kesepakatan dan waktu yang dijanjikan kepada masyarakat pengguna jasa di BPN

b) Kemampuan aparat birokrasi untuk memberikan jenis pelayanan yang

harus diberikan kepada masyarakat pengguna jasa sesuai dengan kemampuan masyarakatnya, misalnya dalam hal biaya.


(50)

4. Partisipatif, yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik, hal ini dapat dilakukan dengan memperhatikan dan berusaha mengenali apa yang menjadi kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

a) Kemampuan aparat birokrasi untuk memberikan pelayanan yang

sesuai kebutuhan masyarakat melalui penggunaan saran dan keluhan yang masuk.

5. Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak mengenal diskriminasi atau

membeda-bedakan masyarakat pengguna jasa dari segi suku, agama, ras, golongan, dan status social ataupun gender.

a) Sikap adil aparat birokrasi yang ditunjukan dengan tidak membeda-bedakan pemberian layanan kepada masyarakat pengguna jasa di Badan pertanahan Nasional berdasarkan status atau kelas social.

6. Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pelayanan yang

mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan publik

a) Adanya pemberian layanan yang sesuai dengan kemampuan aparat

birokrasi dan kebutuhan masyarakat, misalnya aparat tidak menjanjikan waktu penyelesaian di luar kemampuannya namun aparat juga harus tetap berusaha untuk menyelesaikannya sesegera mungkin agar kepentingan masyarakat juga tidak terganggu


(51)

I.8 Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

Bab ini memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan, manfaat, penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, defenisi operasional, dan sistematika penulisan.

BAB II Metodologi Penelitian

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.

BAB III Deskripsi Lokasi Penelitian

Bab ini memuat gambaran lokasi penelitian berupa sejarah, visi, misi serta tupoksi dari aparatur pemerintah yang bersangkutan.

BAB IV Penyajian Data

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan komentasi yang dianalisis.

BAB V Analisa Data

Bab ini memuat kajian dan analisa data yang diperoleh dari lokasi

penelitian dengan menggunakan metode-metode atau teknik-teknik analisa data tertentu.


(52)

BAB VI Penutup

Bab ini memuat kesimpulan dan saran-saran dari hasil penelitian yang dilakukan.


(53)

BAB II

METODE PENELITIAN

II.1 Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Metode Penelitian Kualitatif yaitu dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah, menyusunnya dalam satu – satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya, dan memeriksa keabsahan data serta menafsirkannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian. (Moleong, 2006:247)

II.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Medan yang terletak di Jalan Abdul Haris Nasution.

II.3 Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif ini tidak dikenal adanya populasi dan sampel. Subjek penelitian yang telah tercermin dalam focus

penelitian tidak ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan penelitian ini meliputi tiga macam yaitu (1) informan kunci (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi


(54)

pokok yang diperlukan dalam penelitian, (2) informan utama, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti, (3) informan

tambahan, yaitu mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang sedang diteliti. (Hendarso dalam Suyanto, 2005: 171-172).

Berdasarkan uraian diatas maka penelitian menentukan informan dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu: penentuan informan tidak

didasarkan atas strata, kedudukan, pedoman atau wilayah tetapi didasarkan adanya tujuan tertentu yang tetap berhubungan dengan permasalahan penelitian, maka peneliti dalam hal ini menggunakan informan penelitian yang terdiri atas :

1. Informan kunci, berjumlah 22 orang yaitu :

a. Masyarakat yang mengurus sertifikat tanah 2. Informan utama, berjumlah 6 orang yaitu :

a. Koordinator Lapangan yaitu Kepala Seksi Pengendalian dan

Pemberdayaan;

b. Wakil Koordinator yaitu Kepala Sub Seksi Pemberdayaan Masyarakat

c. Pegawai-Pegawai di Lapangan

d.

II.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini diperlukan data atau keterangan dan informasi. Untuk itu penelitian menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:


(55)

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan instrumen sebagai berikut :

1. Wawancara mendalam, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan memberikan pertanyaan secara langsung kepada pihak – pihak yang terkait dengan suatu tujuan untuk memproleh informasi yang dibutuhkan. Metode wawancara ini ditujukan untuk informan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya oleh si peneliti

2. Pengamatan atau observasi partisipan yaitu teknik pengumpulan data

dengan mengamati secara langsung objek penelitian dengan mencatat gejala-gejala yang ditemukan dilapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai acuan yang berkenaan dengan topic penelitian.

3. Kuisioner, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah

daftar pertanyaan kepada pihak – pihak terkait.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Adalah merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengumpulan bahan kepustakaan yang dapat mendukung data primer. Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen sebagai berikut :


(56)

1. Studi Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan – catatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian serta sumber – sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.

2. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari

buku-buku, karya ilmiah, serta pendapat para ahli yang berkompetensi serta memiliki relevansi dengan masalah yang akan diteliti.

II.5 Teknik Analisa Data

Teknik Analisa Data yang dipergunakan adalah teknik analisa data kualitatif, yaitu dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari data, menelaah, menyusunnya dalam satu satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya, dan memeriksa keabsahan data serta menafsirkannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian. (Moleong, 2006:247)

Untuk menganalisa data yang telah diperoleh dari hasil penelitian, khususnya dari penyebaran angket maka akan digunakan analisa data tabel tunggal atau yang diisebut dengan analisa data tabel frekuensi. Analisa ini dimaksudkan untuk memperinci data-data sekaligus menyajikan persentase dari masing-masing jawaban responden, sehingga akan dapat diketahui data yang paling dominan atau yang paling besar persentasenya.

Selain itu, untuk menganalisa data yang telah diperoleh juga digunakan SPSS versi 16,00 non parametrik. Teknik ini dimaksudkan untuk menyajikan hasil


(57)

persentase masing-masing jawaban responden dalam bentuk barchat (diagram batang).


(58)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

III.1 Sejarah Berdirinya Kantor Pertanahan Kota Medan

Pasca kemerdekaan Republik Indonesia banyak sekali terjadi

permasalahan di bidang pertanahan. Hal ini terjadi karena masih banyaknya hukum-hukum peninggalan Belanda yang masih dipakai di Indonesia. Untuk menangani masalah tersebut dibentuk suatu badan yang bertugas untuk mengatur tanah, setelah berdiri hingga beberapa lama kadaster diubah namanya menjadi Kantor Direktorat Agraria, kemudian diubah lagi menjadi Badan Pertanahan Nasional.

Perubahan Kantor Direktorat Agraria menjadi Badan Pertanahan Nasional diresmikan pada 21 January 1988, sesuai dengan Keputusan Presiden No. 26 tahun 1988 pasal 4 bagian (4), yang menyatakan bahwa salah satu susunan organisai adalah Kantor Wilayah yang merupakan instansi vertical dan Badan Pertanahan Nasional yang berada di setiap Ibu Kota Propinsi, dalam pelaksanaan kegiatannya Kantor Pertanahan Kota Medan dikoodinasi oleh Kantor Wilayah dan secara teknis administrasinya di bawah Kepala Kantor Wilayah Pertanahan

Propinsi Sumatera Utara, Medan.

Sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 26 tahun 1988 tentang Badan Pertanahan Nasional, maka Departemen Dalam Negeri membuat pertimbangan yang mendasari pembentukan Badan Pertanahan Nasional yaitu :


(59)

1. Dalam melaksanakan pembangunan nasional, adanya kebutuhan penguasaan dan penggunaan tanah pada umumnya termasuk kepentingan pembangunan dirasakan semakin meningkat.

2. Dengan meningkatnya kebutuhan penguasaan dan penggunaan tanah terutama

ntuk kepentingan pembangunan, maka meningkat pula permasalahan yang timbul di bidang pertanahan

3. Untuk menyelesaikan permasalahan di bidang pertanahan secara tuntas,

dipandang perlu meningkatkan Direktorat Jenderal Agraria dalam Negeri menjadi lembaga yang menangani bidang pertanahan nasional.

Kedudukan Badan Pertanahan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden No. 26 tahun 1988 kemudian diganti menjadi peraturan presiden No. 10 tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional, adalah sebagai lembaga pemerintah non departemen yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung

kepada presiden.

Badan Pertanahan Nasional bertugas membantu Presiden dalam mengelola dan mengembangkan administrasi pertanahan baik berdasarkan Undang-Undang Pokok Agraria maupun peraturan Undang-Undang lain yang meliputi pengaturan, pengawasan, pemilikan tanah, pengurusan hak-hak tanah, pengukuran tanah, pendaftaran tanah, dan lain-lain yang berkaitan dengan masalah pertanahan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh presiden.

Berdasarkan Keputusan Presiden No. 26 tahun 1998 pasal 3 yaitu:


(60)

ii. Merumuskan kebijakan dan perencanaan pengaturan pemilikan tanah dengan prinsip-prinsip bahwa tanah mempunyai funsi social sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Pokok Agraria.

iii. Melaksanakan pengukuran dan pemetaan serta pendaftaran tanah dalam upaya

memberikan kepastian hak di bidang pertanahan.

iv. Melaksanakan pengukuran hak-hak atas tanah dalam rangka memelihara tertib

administrasi di bidang pertanahan.

v. Melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang pertanahan serta

pendidikan dan latihan tenaga-tenaga yang diperlukan di bidang administrasi pertanahan.

vi. Lain-lain ditetapkan oleh presiden.

III.2 Visi dan Misi Badan Pertanahan Kota Medan

Visi dan misi Badan Pertanahan Kota Medan adalah:

1. Membangun kepercayaan masyarakat pada Badan Pertanahan Nasional

2. Meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan pendataran tanah, serta sertifikasi tanah secara menyeluruh di seluruh Indonesia

3. Memastikan penguatan hak-hak rakyat atas tanah.

4. Menyelesaikan persoalan pertanahan di daerah-daerah korban bencana alam


(61)

5. Menangani dan menyelesaikan perkara, masalah, sengketa, dan konflik pertanahan di seluruh Indonesia secara sistematis.

6. Membangun Sistem Informasi dan Manajemen Pertahanan Nasional

(SIMTANAS) dalam sistem pengamanan dokumen pertanahan di seluruh Indonesia.

7. Menangani masalah KKN serta meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan

masyarakat.

8. Membangun data base penguasaan dan pemilikan tanah skala besar

9. Melaksanakan secara konsisten semua peraturan perundang-undangan yang

telah ditetapkan

10. Mengembangkan dan memperbarui politik, hukum dan kebijakan pertanahan.

III.3 Makna dan Arti Logo Badan Pertanahan Nasional

Gambar 1 : Logo Badan Pertanahan Nasional

Keterangan makna lambang Badan Pertanahan Nasonal :

Lambang Badan Pertanahan Nasional adalah bentuk suatu kesatuan gambar dan tulisan terdiri dari:


(62)

Gambar 4 (empat) butir padi melambangkan Kemakmuran dan kesejahteraan. Memaknai atau melambangkan 4 (empat) tujuan Penataan Pertanahan yang akan dan telah dilakukan BPN RI yaitu kemakmuran, keadilan, kesejahteraan sosial dan keberlanjutan.

Gambar lingkaran bumi melambangkan sumber penghidupan manusia.

Melambangkan wadah atau area untuk berkarya bagi BPN RI yang berhubungan langsung dengan unsur-unsur yang ada didalam bumi yang meliputi tanah, air dan udara.

Gambar sumbu melambangkan poros keseimbangan. 3 (tiga) Garis

Lintang dan 3 (tiga) Garis Bujur Memaknai atau melambangkan pasal

33 ayat 3 UUD 45 yang mandasari lahirnya Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) nomor 5 tahun 1960.

Gambar 11(sebelas) bidang grafis bumi memaknai atau melambangkan

11 (Sebelas) agenda pertanahan yang akan dan telah dilakukan BPN RI. Bidang pada sisi sebelah kiri melambangkan bidang bumi yang berada diluar jangkauan wilayah kerja BPN RI.

Warna Coklat melambangkan bumi, alam raya dan cerminan dapat

dipercaya dan teguh.

Warna Kuning Emas melambangkan kehangatan, pencerahan, intelektual

dan kemakmuran.

Warna Abu-abu melambangkan kebijaksanaan, kedewasaan serta

keseimbangan.


(63)

Struktur organisasi dari suatu nstansi atau kantor adalah merupakan suatu landasan beroperasinya suatu instansi tersebut untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Adapun struktur organisasi Badan Pertanahan Kota Medan dapat dilihat pada susunan tugas pokok dan fungsi sebagai berikut ini :

III.4.1 Tugas Pokok dan Fungsi Badan Pertanahan Nasional

Adapun yang menjadi tugas dan fungsi dari Badan pertanahan Kota Medan sesuai dengan bagian-bagiannya masing-masing sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia No. 4 tahun 2006 tentang Organisasi dan tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Naional dan Kantor Pertanahan adalah:

1. Kepala Kantor Badan Pertanahan Kota Medan

Tugas dari kantor yaitu bertanggung jawab penuh terhadap seluruh pelaksanaan kerja di Kantor Badan Pertanahan Kota Medan.

2. Subbagian Tata Usaha

Yang menjadi tugas dari Subbagian tata Usaha adalah memberikan pelayanan administrative kepada semua satuan organisasi Kantor Pertanahan, serta menyiapkan bahan evaluasi kegiatan, penyusunan program, dan peraturan perundang-undangan sesuai dengan pasal 33 .


(64)

Dalam menjalankan tugas sebagaimana disebutkan dalam pasal 33 di atas, Badan Pertanahan Nasional mempunyai fungsi yang diatur dalam pasal 34, yaitu sebagai berikut:

1. Pengelolaan data dan informasi;

2. Penyusunan rencana, program dan anggaran serta laporan akuntabilitas

kinerja pemerintah;

3. Pelaksanaan urusan kepegawaian;

4. Pelaksanaan urusan keuangan dan anggaran;

5. Pelaksanaan urusan tata usaha, rumah tangga, sarana dan prasarana;

6. Penyiapan bahan evaluasi kegiatan dan penyusunan program;

7. Koordinasi pelayanan pertanahan

SubbagianTata Usaha tediri dari:

1. Urusan perencanaan dan keuangan

2. Urusan umum dan kepegawaian

Sesuai dengan pasal 36, yang menjadi tugas dari masing-masing SubbagianTata Usaha adalah tersebut adalah:

1. Urusan Perencanaan dan Keuangan, mempunyai tugas menyiapkan

penyusunan rencana, program dan anggaran serta laporan akuntabilitas kinerja pemerintah, keuangan dan penyiapan bahan evaluasi.

2. Urusan Umum dan Kepegawaian, mempunyai tugas melakukan urusan

surat menyurat, kepegawaian, perlengkapan, rumah tangga, sarana dan prasarana, koordinasi pelayanan pertanahan serta pengelolaan data dan informasi.


(65)

3. Seksi Survey Pengukuran dan Pemetaan

Tugas dari Seksi Survey, pengukuran dan pemetaan sesuai dengan pasal 37 adalah melakukan survey, pengukuran dan pemetaan bidang tanah, ruang dan perairan; perapatan kerangka dasar, pengukuran batas kawasan/wilayah, pemetaan tematik dan survey potensi tanah, penyiapan pembinaan surveyor berlisensi dan pejabat penilai tanah.

Sesuai dengan pasal 38, maka dalam melaksanakan tugasnya Seksi survey, pengukuran, dan Pemetaan mempunyai fungsi:

a. Pelaksanaan Survei, pengukuran dan pemetaan bidang tanah, ruang dan

perairan; perapatan kerangka dasar, pengukuran batas kawasan/wilayah, pemetaan tematik dan survey potensi tanah, pembinaan surveyor berlisensi;

b. Perapatan kerangka dasar orde 4 dan pengukuran batas kawasan/wilayah; c. Pengukuran, pemetaan, pembukuan bidang tanah, ruang dan perairan;

d. Survey, pemetaan, pemeliharaan dan pengembangan pemetaan tematik dan

potensi tanah;

e. Pelaksanaan kerjasama teknis surveyor berlisensi dan pejabat penilai

tanah;

f. Pemeliharaan peralatan teknis.

Subbagian dari Seksi Survey, pengukuran, dan Pemetaan terdiri dari:

a. Subseksi Pengukuran dan Pemetaan;


(1)

BAB VI

PENUTUP

Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bagian ini penulis mencoba mengambil beberapa kesimpulan dari penelitian lapangan yang penulis amati selama ini serta

memberikan sedikit saran atau masukan sebagai langkah terakhir dalam penulisan hasil penelitian ini.

6.1Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Implementasi LARASITA (Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah) pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Medan secara umum sudah dapat dikatakan cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari indikator-indikator yang ada dalam implementasi semuanya mendapat nilai yang lumayan tinggi atau berada pada kategori cukup baik. Indikator standar dan sasaran kebijakan sudah cukup baik yaitu tim implementor LARASITA sudah bekerja sesuai dengan SPOPP LARASITA (Standar Prosedur Operasional Pelayanan Publik Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah). Indikator Sumber daya yang mendukung implementasi LARASITA juga sudah dapat dikatakan cukup baik dari segi Sumber Daya Manusia yang bekerja sesuai degan tugas pokok dan fungsinya, anggaran yang cukup memadai serta fasilitas-fasilitas yang ada berada dalam kondisi cukup baik. Indikator komunikasi meliputi sosialisasi yang dilakukan oleh tim implementor baik itu sosialisasi internal maupun eksternal telah berjalan dengan baik. Sosialisasi yang dilakukan


(2)

berjalan cukup rutin dan berkesinambungan. Indikator karakteristik agen pelaksana yaitu koordinator sebagai kunci utama dalam implementasi telah melaksanakan perannya dengan cukup baik dalam hal koordinasi maupun kerja sama dengan semua perangkat tim LARASITA sehingga dengan begitu tujuan dari implementasi itu sendiri dapat tercapai. Begitu juga dengan indikator kondisi sosial ekonomi masyarakat. Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang mengurus LARASITA berpengaruh pada tingkat partisipasinya, semakin baik kondisi sosial ekonomi masyarakat maka akan semakin tinggi pula tingkat partisipasi masyarakat yang melakukan pengurusan sertifikat tanah begitu juga sebaliknya semakin buruk kondisi sosial ekonomi masyarakat maka semakin rendah pula tingkat partisipasi masyarakatnya.

2. Implementasi LARASITA (Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah) pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Medan dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan publik secara umum sudah dapat dikatakan cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari indikator-indikator yang ada dalam kualitas pelayanan publik semuanya mendapat nilai yang lumayan tinggi atau berada pada kategori cukup baik. Hal ini terlihat dari indikator transparansi dan akuntabilitas dari pegawai kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Medan yang memberikan kemudahan-kemudahan bagi masyarakat dalam pengurusan LARASITA yang meliputi kemudahan akses berupa prosedur dan persyaratan yang jelas dan mudah serta ketentuan mengenai biaya yang terjangkau yang harus dikeluarkan oleh masyarakat. Dari penjelasan tersebut terlihat bahwa implementor LARASITA telah mampu memberikan pelayanan


(3)

yang berkualitas kepada masyarakat yang melakukan pengurusan sertifikat tanah. Terlihat juga dari indikator kesamaan hak dan kewajiban yaitu pelayanan yang merata tanpa memandang golongan dan status sosial masyarakat. Pegawai LARASITA telah memperhatikan aspek keadilan dengan bersikap netral kepada setiap masyarakat yang mengurus sertifikat tanah. Hal ini didasarkan atas profesionalisme kerja dari pegawai dalam menjalankan tugas-tugasnya sesuai dengan fungsi mereka yaitu sebagai tim implementasi LARASITA. Dengan demikian implementasi LARASITA (Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah) pada kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Medan telah terlaksana dengan baik, sehingga para pegawai mampu memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat. Dengan pelayanan yang berkualitas maka masyarakat sebagai penerima pelayanan akan meras puas dengan pelayanan yang diberikan oleh pemberi pelayanan (implementor LARASITA).

6.2Saran

Saran yang dapat diberikan penulis meliputi dua aspek yaitu : 1. Dari segi internal (tim implementor LARASITA) yaitu :

a. Meningkatkan koordinasi dengan pihak-pihak yang terlibat dalam implementasi LARASITA seperti instansi-instansi pemerintahan yaitu kecamatan dan juga kelurahan yang menjadi target atau objek dari LARASITA.

b. Meningkatkan pertisipasi masyarakat baik masyarakat yang berada dalam kategori masyarakat menengah keatas maupun masyarakat yang


(4)

berada dalam kategori masyarakat menengah kebawah. Misalnya untuk masyarakat yang berada dalam kategori menengah keatas mungkin waktu implementasi LARASITA terbentur oleh jam kerja dari masyarakat yang bersangkutan sehingga solusi yang dapat diberikan yaitu misalnya dapat menggunakan waktu hari libur untuk mengadakan implementasi LARASITA dan pegawai Badan Pertanahan Nasional Kota Medan yang menjadi tim implementor LARASITA juga harus mendapatkan “uang tambahan” tersendiri atas waktu libur yang digunakan untuk bekerja.

2. Dari segi eksternal (masyarakat)

a. Masyarakat harus turut serta berpartisipasi aktif dalam implementasi LARASITA. Hal ini didasarkan sebagai warga negara yang baik harus ikut berpartisipasi dalam rangka mengisi pembangunan yang dalam hal ini adalah pembangunan pertanahan.

b. Meningkatkan kesadaran hukum, mungkin dapat dilakukan dengan cara masyarakat yang sudah berkesadaran hukum baik selalu aktif melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang berkesadaran hukum belum baik.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta, Rineka Cipta.

Boediono, B. 2003. Pelayanan Prima Perpajakan. Jakarta : Rineka Cipta.

Chandra, S. 2005. Sertifikat Kepemiikan Hak Atas Tanah. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Chomzah. Ali Achmad. 2003. Hukum Pertanahan, Penyelesaian Sengketa Atas Tanah, Pengadaan Tanah Untuk Instansi Pemerintah. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Effendie, Bachtiar. 1993. Pendaftaran Tanah di Indonesia dan Peraturan Pelaksanaannya. Bandung : Penerbit Alumni.

Jones, Charles O. 1991. Pengantar Kebijakan Publik. Penerjemah Ricky Istamto. Jakarta, Rajawali.

Moleong, Lexy .J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Napitupulu, Paimin. 2007. Pelayanan Publik Dan Customer Satisfaction. Bandung : P.T. Alumni.

Parlindungan, A.P. 1990. Pendaftaran di Indonesia. Bandung : Penerbit Mandar Maju.

Perangin. Effendi. 1991. Praktek Permohonan hak atas tanah. Jakarta: Rajawali. Putra, Fadillah.2003. Paradigma Kritis dalam Studi Kebijakan Publik, Perubahan

dan Inovasi Kebijakan Publik dan Ruang Partisipasi Masyarakat dalam Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar dan Universitas Sunan Giri Surabaya.

Rohman, Ahmad Ainur, dkk. 2008. Reformasi Pelayanan Publik. Malang : Program Sekolah Demokrasi PLaCIDS (Public Policy Analysis and Community Development Studies Avveroes) dan (KID) Komunitas Indonesia untuk Demokrasi.


(6)

Sinambela, Lijan Poltak, dkk. 2008. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara.

Subarsono, A.G. 2005. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Suyanto, Bagong.2005. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Kencana Prenada

Media Group.

Wahab, Solichin Abdul. 1991. Analisis Kebijaksanaan : dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta, Bumi Aksara.

Wibawa, Samodra, dkk. 1994. Evaluasi Keijakan Publik. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Winarno, Budi. 2008. Kebijakan Publik Teori dan Proses. Yogyakarta : Medpress.

Yamin, Muhammad, Abdul Rahim Lubis. 20004. Beberapa Masalah Aktual Hukum Agraria. Medan . Pustaka Bangsa Press.

Majalah :

Majalah RENVOI (Majalah Berita Bulanan Notaris, PPAT, Pertanahan dan Hukum) Edisi 74 Tahun ke-7.

Majalah RENVOI (Majalah Berita Bulanan Notaris, PPAT, Pertanahan dan Hukum) Edisi 75 Tahun ke-7.

Internet :

www.bpn.go.id

www.medanbisnisonline.com

http://www.bainfokomsumut.go.id/detail.php?id=4289

http://www.hariansumutpos.com/2009/10/rancang-mobil-keliling-dengan-teknologi-loc.html