dalam interaksinya dengan siswa adalah satu arah. Siswa hanya mendengar, mencatat dan sekali-kali bertanya mengenai hal-hal apa yang disampaikan oleh
guru. Beberapa karakteristik pola pembelajaran konvensional antara lain
menyadarkan kepada hapalan, pimilihan informasi ditentukan oleh guru, cenderung terfokus pada satu bidang tertentu, memberikan sekumpulan informasi
kepada siswa tanpa menindaklanjuti apakah siswa tersebut paham ataupun tidak. Seperti yang disampaikan Erman, kelemahan metode ini adalah :
1. Pelajaran berjalan membosankan, siswa-siswi menjadi pasif, karena
tidak berkesempatan menemukan sendiri konsep yang diajarkan. Siswa aktif membuat catatan saja.
2. Kepadatan konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat siswa
tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan. 3.
Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ceramah lebih cepat terlupakan
4. Ceramah memyebabkan belajar siswa menjadi belajar menghapal
rote learning yang tidak mengakibatkan timbulnya pengertian.
31
Ciri pendidikan yang baik adalah pendidikan yang berorentasi kepada siswa dan disajikan melalui sumber belajar yang menantang, merangsang daya
cipta untuk menemukan dan diselenggarakan dengan penuh kasih sayang.
32
5. Belajar dan Hasil Belajar Matematika
1 Definisi belajar
Kehidupan sehari-hari, dalam prosesnya kita banyak sekali melakukan berbagai macam kegiatan yang mana kegiatan tersebut merupakan gejala atau
hasil dari belajar bahkan merupakan proses dalam belajar. Misalnya kita berkomunikasi satu sama lain dalam bahasa nasional, makan dan minum dengan
menggunakan alat-alat makan, menulis dan lain sebagainya.
31
Erman Suherman, Strategi Pembelajaan Matematika Kontemporer, …….h. 202
32
Sudjarwo S. MSc., Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar, Jakarta,: PT. Mediyatama, 1989, cet. Pertama, hal.160
Kata belajar telah lama dan banyak dikenal dalam kehidupan sehari-hari sejak manusia melakukan aktivitas belajar, karena belajar merupakan salah satu
dari kebutuhan manusia, bahkan ada yang mengatakan bahwa manusia adalah makhluk belajar.
33
Jakob Sumardjo pernah mengingatkan bahwa manusia “hidup untuk belajar” dan bukan “belajar untuk hidup”.
34
Bila seseorang belajar untuk hidup, untuk mendapatkan pekerjaan, memperoleh jabatan dana sebagainya, maka ia
akan menjadi pemburu gelar dan atribut-atribut simbolis, mereka akan merasa puas bila sudah diwisuda dan sudah merasa tamat belajar. Ini membuat mereka
berhenti membaca dan menulis usai lulus. Sebaliknya, bila orang menyadari bahwa hidup untuk belajar, maka ia tidak mementingkan gelar atau simbol-simbol
gelar, yang terpenting adalah mengeluarkan potensi dirinya dan membuat dirinya menjadi nyata bagi sesamanya.
Ada dua jenis belajar yang perlu dibedakan, yakni belajar konsep dan belajar proses. Belajar konsep lebih menekankan hasil belajar kepada pemehaman
fakta dan prinsip, banyak bergantung pada apa yang diajarkan guru, yakni bahan atau isi pelajaran, dan lebih bersifat kognitif. Sedangkan belajar proses atau
keterampilan proses lebih menekankan pada masalah bagaimana bahan pelajaran itu diajarkan dan dipelajari.
35
Banyak sekali pengertian tentang belajar. Untuk lebih memahami apa itu belajar, ada beberapa pendapat tentang pengertian belajar
a Hilgard dan Bower dalam bukunya Theories of Learning
mengemukakan “ Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalamanya yang berulang-ulang dalam situasi tersebut, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar
33
Ali Imron, belajar dan pembelajaran, Jakarta:pustaka jaya, 1996, hal.2
34
Andrias Harefa, Menjadi Manusia Pembelajar, Penerbit Harian Kompas, Jakarta: 2000, hal. 53
35
Abu Ahmadi. Drs. JokoTri Prasetya, Strategi Belajar mengajar untuk Fakultas Tarbiyah komponen MKDK
, Bandung : Pustaka Setia, 2005, cet ke-2, hal. 35-35
kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang.
36
b Menurut Croncbach yang diterjemahkan oleh Sumadi bahwa “belajar
yang sebaikya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu sipelajar menggunakan panca indranya.”
37
Pendapat di atas menunjukkan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari latihan dan pengalaman dalam arti perubahan-perubahan tersebut, yang disebabkan pertumbuhan dan
kematangan berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun psikis dalam interaksi dengan lingkungan dan masyarakat. Belajar dikatakan bermakna jika siswa
mampu menghubungkan informasi baru dengan konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitifnya.
Menurut Chaplin dalam Dictionary of Psychology ia membatasi belajar dengan dua rumusan yaitu: 1 “…Acquisition of any relatively permanent change
in behavior as a result of practice and experience”. belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai sebab latihan dan
pengalaman. 2 “Process of acquiring responses as result of special partice” belajar iyalah proses memperoleh respon-pespon sebagai akibat adanya latihan
khusus.
38
Selanjutnya Slameto mengatakan bahwa proses belajar yang bermakna untuk mencapai pengertian-pengertian baru dan retensi yang baik, materi-materi
belajar slalu dan hanya dapat dipelajari bila dihubungkan dengan konsep-konsep, prinsip-prinsip serta informasi-informasi yang relevan yang telah dipelajari
sebelumnya. Substansi serta sifat organisasi latar belakang pengetahuan ini mempengaruhi ketepatan serta kejelasan pengertian-pengertian baru yang
36
Ngalim Purwanto, Psikologi pendidikan, Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya, 1991, hal 85
37
Sumadi Surya Brata, Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, hal. 231
38
Muhibbib Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999, H. 60-61
ditimbulkan kemampuan memperoleh kembali pengertian-pengertian baru yang terorganisasi struktur kognitif siswa.
39
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
2 Tujuan Belajar
Belajar adalah suatu aktifitas yang bertujuan. Tujuan belajar ini ada yang benar-benar disadari dan ada pula yang kurang begitu disadari oleh orang yang
belajar. Tujuan belajar tersebut erat kaitannya dengan perubahan atau pembentukan tingkah laku tertentu. Dan tujuan belajar yang positif serta dapat
dicapai secara efektif hanyalah mungkin terjadi dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Menurut Winarno, tujuan belajar disekolah itu ditunjukan untuk mencapai: Pengumpulan pengetahuan, penanaman konsep dan kecekatan atau keterampilan,
dan pembentukan sikap dan perbuatan. Tujuan belajar tersebut dalam sunia pendidikan sekarang lenih dikenal dengan tujuan pendidikan menurut Taksonomi
Bloom yaitu tujuan belajar siswa diarahkan untuk mencapai ketiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
40
Tujuan belajar kognitif untuk memperoleh pengetahuan fakta atau ingatan, pemahaman, aplikasi dan kemampuan analisis dan evaluasi. Tujuan belajar efektif
untuk memperoleh sikap, apresisi, karakterisasi dan tujuan psikomotorik untuk memperoleh keterampilan fisik yang berkaitan dengan keterampilan gerak
maupun keterampilan ekspresi verbal dan non verbal.
39
Slameto, Belajar dan fakto-faktornya yang mempengaruhi, Jakarta: Rineka Cipta, 1996, hal.123
40
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya,1996, Cet ke-2, hal. 58-59
3 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa disekolah yang secara garis besarnya dapat dibagi dalam dua bagaian yaitu faktor
internal dan faktor eksternal siswa. Faktor-faktor yang berasal dari luar siswa eksternal tersiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental. Sedangkan
faktor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa internal adalah faktor berupa faktor fisiologis dan faktor psikologis.
a Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan siswa ini dapat dibagi menjadi dua bagian: factor lingkungan alam atau non social dan factor social. Yang termasuk factor
lingkungan non social seperti: suhu, kelembaban udara, waktu pagi, siang, malam, letak dan gedung sekolah. Factor lingkungan social baik
berwujud manusia dan representasinya termasuk budayanya. b
Faktor Instrumental Factor instrumental ini terdiri dari gedung atau sarana fisik kelas, alat
pengajaran, media pengajaran, metode pengajaran, kurikulum, serta strategi belajar mengajar yang digunakan dalam pembelajaran.
c Faktor Kondisi Internal Siswa
Faktor internal siswa ini terbagi atas dua yaitu kondisi fisiologis dan psikologis siswa. Kondisi fisiologis terdiri atas kondisi kesehatan dan
kebugaran fisik dan kondisi panca indranya terutama penglihatan dan pendengaran. Adapun kondisi psikologisnya seperti: minat, bakat,
intelegensi, motivasi dan lain-lain.
4 Hasil Belajar
Setiap anak yang melakukan kegiatan belajar akan mengharapkan memperoleh hasil belajar yaitu berupa kemampuan tertentu. Belajar merupakan
suatu proses perubahan tingkah laku, maka perubahan tingkah laku yang diharapkan dikuasai individu disebut hasil belajar. Belajar adalah proses
mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, pemahaman menjadi kearifan dan kearifan menjadi tindakan.
Hasil belajar yang diugkapkan Sudjana bahwa pada hakekatnya “ hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang mencangkup aspek kognitif,
afektif dan psikomotor.
41
Aspek kognitif berkenaan dengan masalah pengetahuan dan kecakapan intelektual. Aspek afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai serta
apresiasi. Dan aspek psikomotor berkenaan dengan ketrampilan-ketrampilan terutama kelincahan tubuh dan koordinasinya. Proses pengajaran disekolah
diarahkan untuk mencapai tiga aspek tersebut. Namun lebih ditekankan pada aspek kognitif berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai materi
pelajaran. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi
dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut:
1. Ranah Kognitif