BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia terlebih pada masa kini, pendidikan merupakan suatu kebutuhan. Dunia
pendidikan dituntut untuk lebih memberikan kontribusi yang nyata dalam upaya meningkatkan kemajuan bangsa. Selain itu pendidikan juga dituntut untuk
membentuk manusia yang berakhlak mulia, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab, yang semuanya itu berdasarkan atas ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa Muhibbin Syah mengatakan “Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah
proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan”.
1
Bisa dikatakan bahwa setiap Negara atau bangsa selalu menyelenggarakan pendidikan
demi cita-cita nasional bangsa yang bersangkutan. Hal yang bersangkutan dengan pendidikan itu tertuang dalam undang-undang system pendidikan nasional bab II
pasal 3 yang berbunyi : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
2
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
1
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung:PT. Rosda Karya, 2003, edisi revisi, h.10
2
Departemen Agama RI Direktorat jenderal Kelembagaan Agama Islam, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam UNDANG-UNDANG SISDIKNAS
, Jakarta : Agustus 2003, hal. 37
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.”
3
Menurut Ahmad D. Marimba “Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik
terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”.
4
Sedangkan dalam Islam pendidikan hal yang sangat urgent karena itu seseorang yang memiliki pengetahuan atau ilmu mempunyai kedudukan atau
derajat yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak berilmu. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT :
☺ ☺
ﺎﺠ ا د
ﺔ :
11
Artinya “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. QS:Al-Mujadilah :11
Begitu pula dalam Hadist Rosulullah SAW bersabda:
ﺐ ﻃا ﻌ ا
ﻦ يﺪﻬ ا
ﻲ ا ﺪﻬ ا
ي
Artinya :“Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang kubur
Sudah menjadi kenyataan bahwa dunia pendidikan adalah dunia yang penuh kritik. Diakui oleh Mastuhu bahwa debat akademik mengenai masalah
pendidikan tidak pernah selesai. Menurutnya, hal ini disebabkan karena salah satu keunikan dalam kehidupan manusia tidak pernah sepi dari nilai-nilai luhur yang
3
http:id.wikipedia.orgwikiPendidikan
4
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu pendidikan, Jakarta :PT. Raja Grafindo persada, 2001, cet. Kedua, Hal. 3
dicita-citakan. Sejalan dengan itu, Malik Fajar berpendapat bahwa “pendidikan dapat dipahami sebagi pemberi corak hitam putihnya perjalanan hidup
seseorang”.
5
Oleh karenanya pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan hidup dan kehidupan manusia.
Pendidikan bukanlah suatu hal yang statis atau tetap, melainkan suatu hal yang dinamis sehingga menuntut adanya suatu perubahan atau perbaikan secara
terus menerus. Perubahan dapat dilakukan dalam hal metode mengajar, buku- buku, alat-alat laboratorium, maupun materi-materi pelajaran. Matematika
merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih banyak
dibanding pelajaran lain. Pelajaran matematika dalam pelaksanaan pendidikan diberikan kepada semua jenjang
Matematika dari tahun ke tahun berkembang semakin meningkat sesuai dengan tuntutan zaman. Tuntutan zaman mendorong manusia untuk lebih kreatif
dalam mengembangkan atau menerapkan matematika sebagai ilmu dasar. Salah satu hambatan dalam pelajaran matematika adalah bahwa siswa kurang tertarik
pada matematika. Banyak siswa yang mengalami kesulitan bila mengahadapi soal-soal matematika. Hal ini dapat mengakibatkan prestasi belajar matematika
sangat rendah bila dibandingkan dengan mata pelajaran lain.Keadaan ini sangat ironis dengan kedudukan dan peran matematika untuk pengembangan ilmu dan
pengetahuan, mengingat matematika merupakan induk ilmu pengetahuan. Matematika saat ini belum menjadi pelajaran yang difavoritkan. Alih-alih
difavoritkan, mata pelajaran ini kerap dianggap momok bagi sebagian besar peserta didik.
Tugas pendidik matematika menjadi ganda. Pertama, bagaimana materi ajar sampai kepada peserta didik sesuai dengan standar kurikulum. Kedua,
bagaimana proses pembelajaran berlangsung dengan pelibatan peserta didik secara penuh, dalam artian proses pembelajaran yang berlangsung dapat berjalan
dengan menyenangkan. Sebuah tantangan bagi pendidik matematika untuk senantiasa berpikir dan bertindak kreatif di tengah kegetiran nasib guru. Namun,
5
Suwito, Pendidikan yang Memberdayakan, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002, hal.1
penulis yakin masih banyak pendidik yang menanggapi kegetiran hidup dengan sikap optimistik dan penuh tanggung jawab terhadap tugas dan kewajiban sebagai
pendidik. Pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan Matematika masih
terbilang buruk. Menurut Zulkardi dalam makalahnya beliau mengatakan : “Masalah utama dalam pendidikan di Indonesia adalah rendahnya hasil belajar
murid di sekolah. Dalam konteks pendidikan matematika hasil belajar tidak hanya pada aspek kemampuan mengerti matematika sebagai pengetahuan atau kognitif
tetapi juga aspek sikap attitude terhadap matematika”.
6
Kenyataan menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran masih banyak para pengajar pelajaran matematika yang menggunakan satu jenis model
pengajaran yang dianggap konvensional, sehingga pola pengajaran matematika tidak mengalami perubahan apalagi perkembangan. Jika dalam pengajaran
matematika tidak menggunakan metode, strategi, tehnik, dan model pembelajaran yang tepat, maka materi matematika yang cukup rumit akan bertambah rumit.
Dengan demikian penggunaan metode, strategi, tehnik dan model pembelajaran dalam pelajaran matematika dipandang cukup penting.
Nilai ujian nasional UN oleh mayoritas diasumsikan sebagai tanda sukses tidaknya seseorang dalam menyelesaikan studinya di sekolah, dan
beberapa yang dinyatakan tidak lulus dikarenakan nilai matematikanya tidak memenuhi standar kelulusan yang telah ditetapkan. Standar kelulusan UN setiap
tahun akan dinaikkan. Tahun lalu standar kelulusan untuk setiap mata pelajaran yang diujikan adalah 5,25. Tetapi untuk tahun 2010, Badan Standar Nasional
Pendidikan BSNP menaikkan standar kelulusan menjadi 5,5.
7
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya nilai UN yang dicapai oleh siswa SMP. Pertama, kurangnya motivasi siswa didik untuk meraih nilai
akademis yang tinggi. Hal itu disebabkan oleh situasi dan kondisi pendidikan dalam lingkungan keluarga yang kurang mendukung. Kedua, merebaknya sikap
6
Zulkardi, Peningkatan Mutu Pendidikan Matematika melalui mutu Pembelajaran, diambil dari sebuah artikel dalam situs www.pmri.or.id, tahun 2003
7
http:demosainscreative.wordpress.com20090731standar-kelulusan-ujian-nasional-2010- naik-lagi
instan yang melanda kehidupan kaum remaja. Hal ini disebabkan oleh kuatnya sikap permisif masyarakat yang cenderung membiarkan berbagai perilaku anomali
sosial berlangsung di tengah-tengah panggung kehidupan sosial. Masyarakat yang seharusnya menjadi kekuatan kontrol untuk ikut menanggulangi berbagai
persoalan sosial yang kurang sehat cederung bersikap permisif dan masa bodoh. Sikap instan yang ingin meraih sukses tanpa kerja keras pun dinilai sebagai hal
yang yang wajar terjadi. Ketiga, guru dinilai kurang kreatif dalam melakukan inovasi pembelajaran, baik dalam pemilihan materi ajar, metode pembelajaran,
maupun media pembelajaran, sehingga siswa didik cenderung pasif dan bosan dalam menghadapi atmosfer pembelajaran di kelas. Suasana kelas bagaikan
“kerangkeng penjara” yang pengap dan sumpek; tanpa ada celah “kebebasan” bagi peserta didik untuk menikmati kegiatan pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan. Yang lebih mencemaskan, siswa didik diperlakukan bagaikan “tong sampah” ilmu pengetahuan yang hanya sekadar menjadi penampung ilmu,
tanpa memiliki kesempatan untuk melakukan pendalaman, refleksi dan dialog. Rendahnya minat belajar matematika disebabkan karena matematika terasa
sulit dan banyak guru matematika mengajarkan materi-materi dengan menggunakan metode yang tidak menarik, dimana guru menerangkan materi
Teacher telling sementara murid mencatat pelajaran.
8
Metode yang tidak menarik tersebut menyebabkan murid menjadi malas dalam belajar dan tidak
memiliki keinginan untuk memperdalam pelajaran tersebut. Berdasarkan pengalaman empiris, kurang kreatifnya guru dalam
melakukan inovasi pembelajaran memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap kemampuan siswa dalam dalam menguasai kompetensi yang seharusnya
dicapai. Metode drill yang dilakukan menjelang pelaksanaan UN, dinilai terlalu banyak memberikan intervensi dan tekanan psikologis kepada siswa. Akibatnya,
siswa cenderung hanya mampu menjadi penghafal kelas wahid daripada menjadi seorang pembelajar yang haus ilmu pengetahuan. Mereka diperlakukan secara
8
Sawali, Diskusi kelompok terbimbing model tutor sebaya, http:sawali.info20071229diskusi-kelompok-terbimbing-model-tutor-sebaya, 29 December
2007
mekanis bagaikan robot sehingga tidak memiliki kesempatan untuk melakukan refleksi dan pendalaman materi ajar.
Matematika diakui penting, tetapi sulit dipelajari. Maka tidak jarang siswa yang awalnya menyenangi pelajaran matematika, beberapa bulan kemudian
menjadi tidak acuh sikapnya. Mungkin salah satu penyebabnya adalah cara mengajar guru tidak cocok baginya. Guru hanya mengajar dengan satu metode
yang kebetulan tidak cocok dan sukar dimengerti oleh siswa. Seorang guru dituntut untuk menguasa berbagai model-model
pembelajaran, di mana melalui model pembelajaran yang digunakannya akan dapat memberikan nilai tambah bagi anak didiknya. Selanjutnya yang tidak kalah
pentingnya dari proses pembelajarannya adalah hasil belajar yang optimal atau maksimal.
Dalam membelajarkan matematika kepada siswa, apabila guru masih menggunakan paradigma pembelajaran lama dalam arti komunikasi dalam
pembelajaran matematika cenderung berlangsung satu arah umumnya dari guru ke siswa, guru lebih mendominasi pembelajaran maka pembelajaran cenderung monoton
sehingga mengakibatkan peserta didik siswa merasa jenuh dan tersiksa. Oleh karena itu dalam membelajarkan matematika kepada siswa, guru
hendaknya lebih memilih berbagai variasi pendekatan, strategi, metode yang sesuai dengan situasi sehingga tujuan pembelajaran yang direncanakan akan tercapai. Perlu
diketahui bahwa baik atau tidaknya suatu pemilihan model pembelajaran akan tergantung tujuan pembelajarannya, kesesuaian dengan materi pembelajaran, tingkat
perkembangan peserta didik siswa, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran serta mengoptimalkan sumber-sumber belajar yang ada.
Salah satu model pembelajaran di antaranya adalah model pembelajaran kooperatif yaitu suatu model pembelajaran yang menggunakan kelompok-kelompok,
dengan kekhasan dari model tersebut adalah setiap siswa dalam kelompok-kelompok yang mempunyai tingkat kemampuan, budaya, etnis, sosial yang berbeda-beda,
mengutamakan kerja sama untuk menyelesaikan permasalahan serta menerapkan pengetahuan dan keterampilan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak- tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting.
9
Menurut Depdiknas tujuan pertama pembelajaran kooperatif, yaitu meningkatkan hasil akademik, dengan
meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi nara sumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki
orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan tujuan yang kedua, pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang
mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. Tujuan penting
ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain, berbagi tugas, aktif
bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
Pembelajaran tutor sebaya merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif.
Pengajaran tutor sebaya ini dapat dipandang sebagai reaksi terhadap pengajaran klasikal dengan kelas yang terlampau besar dan padat sehingga guru
atau tenaga pengajar tak dapat memberikan bantuan individual, bahkan sering tidak mengenal para pelajar seorang demi seorang. Selain itu para pendidik
mengetahui bahwa para siswa menunjukkan perbedaan dalam cara-cara belajar. Pengajaran klasikal yang menggunakan proses belajar-mengajar yang sama bagi
semua siswa tidak akan sesuai bagi kebutuhan dan kepribadian setiap siswa. Maka karena itu perlu dicari sistem pengajaran yang membuka kemungkinan
memberikan pengajaran bagi sejumlah besar siswa dan di samping itu memberi kesempatan bagi pengajaran tutor sebaya.
Pada Skripsi ini akan dijelaskan suatu model pembelajaran kooperatif yang berpotensi membuat siswa sebagai pusat pembelajaran. Salah satunya pembelajaran
kooperatif model tutor sebaya. Dengan diadakannya penelitian tentang pembelajaran model tutor sebaya diharapkan dapat memberikan motivasi kepada siswa agar
memperoleh hasil belajar yang baik khususnya dalam mata pelajaran matematika.
9
http:downloads.ziddu.comdownloadfile5235567MetodePembelajarankooperatif.doc.html
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis sangat tertarik untuk meneliti dan mengajukannya dengan judul skripsi “Pengaruh Model Pembelajaran Tutor
Sebaya Terhadap Hasil Belajar Matematika”.
B. Identifikasi Masalah