Data hasil wawancara 1. Gambaran Penyakit Komplikasi Diabetes mellitus yang Diderita Subjek

Pada saat wawancara ketiga, Ayu tetap memelihara kontak mata dengan peneliti. Nani menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti dengan suara yang pelan. Sehingga membuat peneliti lebih mendekatkan perekam ke mulutnya. Terlihat beberapa kali ia menangis dan minum air putih dari botol dodotnya saat wawancara berlangsung.

b. Data hasil wawancara 1. Gambaran Penyakit Komplikasi Diabetes mellitus yang Diderita Subjek

II Ayu didiagnosa dokter menderita komplikasi diabetes mellitus kerusakan saraf neuropati. Saat pertama kali Ayu didiagnosa menderita komplikasi diabetes mellitus, ia terkejut dan tidak mempercayainya. ”Terkejut ibu. Terkejut. Kayak nggak percaya waktu itu.” S2.W1b.42-43hal. 61 ” Makanya ibu terkejut dengar ibu kena gula.” S2.W1b. 63-64hal. 61 Ayu menderita penyakit komplikasi diabetes mellitus disebabkan karena faktor kebiasaan hidup. Ayu mempunyai kebiasaan makan yang tidak terkontrol. Semua makanan ia makan sesuka hatinya tanpa memikirkan akibatnya yang dapat menimbulkan penyakit terutama penyakit diabetes mellitus. Selain kebiasaan hidup, faktor genetika juga menjadi penyebab ia menderita diabetes mellitus. ”Memang ibu congok kali makan dari dulu. Semua makanan ibu makani semua. Nggak ada yang dipantangi.” S2.W1b.53-56hal. 61 “Yang jelas, dulu ibu cuma berpikir ya ibu makan aja apa yang ibu mau.” S2.W1b.60-63hal. 61 Universitas Sumatera Utara “....ibu dari dulunya memang kalau makan nggak ibu kontrol.” S2.W1b.72-74hal. 61 “Karena kebiasaan ibu itu yang buat ibu kena gula selain memang ada dari keturunan.” S2.W1b.82-85hal. 61-62 Komplikasi diabetes mellitus neuropati yang diderita Ayu awalnya terjadi luka di kaki yang tidak sembuh dan sudah infeksi. “Jadi kata dokter jaringan saraf di kaki ibu ini udah rusak. Ibu udah kena komplikasi ini katanya. Jadi ibu tanya, komplikasi apa ini dok. Dibilang dokternya neuropati.” S2.W1b.119-125hal. 62 “Di kaki ibu ini kan luka. Tapi nggak baek-baek. Udah sampai infeksi. Jadi kata dokter jaringan saraf di kaki ibu ini udah rusak.” S2.W1b.117-121hal. 62 “Terus kata dokter ya kayak kaki ibu ini jadinya kalau lukanya sampek infeksi dan lama-lama jadi lebar.” S2.W1b.127-131hal. 62-63 Gejala-gejala yang dirasakan Ayu ketika menderita komplikasi diabetes mellitus neuropati, pada awalnya di bawah jari kakinya sebelah kanan melentung seperti kena api. Kemudian lama-lama pecah, keluar airnya dan menjadi luka sampai kakinya terasa mendenyut. “Pertamanya di bawah jari kaki ibu sebelah kanan kan ada kayak kena api gitu. Nggak tau kenapa. Tiba-tiba melentung. Kecilnya.” S2.W1b.143-147hal. 63 “Terus besoknya kok pecah. Keluar airnya. Ibu bersihkan. Lama-lama kok jadi luka. Ndenyut. Terus ada 2 hari lukanya makin lama makin lebar.” S2.W1b.150-155hal. 63 “Ibu makan obat yang dari dokter, ndenyutnya ilang. Lama-lama lukanya kering.” S2.W1b.169-172hal. 63 Universitas Sumatera Utara Sekitar empat bulan sesudah luka di kaki kanannya kering dan sembuh, Ayu menginjak paku. Tapi ia tidak menyadarinya karena belum merasakan sakit. Tiga hari kemudian, barulah ia merasakan kakinya mendenyut dan sakit. Setelah ia tahu, ternyata di telapak kakinya sudah terlihat bolong. Kemudian Ia bersihkan dan kakinya di perban. Esok harinya setelah perbannya dibuka, jari kaki kelingkingnya yang sebelah kanan sudah putus. “Ada sekitar 4 bulan kemudiannya, ibu bolohi bunga. Tapi nggak pakek selop. Memang waktu itu ibu lupa pakek selop. Rupanya ibu kepijak paku. Tapi ibu nggak terasa. Sakit pun nggak.” S2.W1b.178-185hal. 63-64 “Udah ada 3 hari, baru terasa ndenyut, sakit. Jadi ibu tengok la. Rupanya tapak kakinya udah luka. Bolong. Lebar.” S2.W1b.187-191hal. 64 “Terus besoknya dibuka perbannya, jari kaki kelingking ibu putus sendiri. Langsung la ke dokter. Sembuh.” S2.W1b.199-203hal. 64 Sekitar empat bulan kemudian, Ayu terinjak kaca lagi tepat ditelapak kaki bekas luka yang sudah sembuh. Ayu merasakan sakit yang luar biasa. Ia pergi ke dokter dan dokter mengatakan kalau dalam waktu 2-3 hari lukanya tidak kering juga, ia harus kembali lagi ke dokter. Berhubung lukanya tidak kering dan semakin melebar, ia kembali lagi ke dokter dan dokter mengatakan kalau lukanya sudah infeksi. Disitulah baru dokter mengatakan kalau saraf di kakinya sudah rusak. “Udah gitu sekitar 4 bulannya lagi, kena kaca lagi pas ditempat yang sama. Waktu kena kaca itu, baru la saketnya luar biasa. Ndenyutnya nggak tanggung. Nggak tau la ibu lagi.” S2.W1b.203-210hal. 64 “3 harinya, ibu bawa ke dokter lagi.” S2.W1b.221-223hal. 64-65 Universitas Sumatera Utara “Disitu la katanya, luka ibu ini udah infeksi. Udah busuk.” S2.W1b.225-227hal. 65 “Yang ada cuma rasa sakit, ndenyutnya aja.” S2.W1b.238-239hal. 65 Ayu menjadi perasa, sensitif setelah mengalami komplikasi diabetes. Mudah tersinggung dan emosi kalau ada yang tidak cocok dengan dirinya. “Tapi kok sekarang ibu jadi perasa.” S2.W1b.376-377hal. 68 “Ya ibu jadi sensitif nak.” S2.W3b.1024hal. 83 “Ibu jadi mudah tersinggung kalau ada yang nggak cocok sama ibu. Mudah emosi jadinya.” S2.W3b.1026-1029hal. 83

2. Usaha Subjek Untuk Mengatasi Komplikasi Diabetes Mellitus