Interpretasi Data Subjek II

“Teman ibu udah nggak di medan ini semua. Udah pada pindah ke luar kota.” S2.W1b.633-635hal. 73 “Enggak ada. Ya sesudah orang itu pindah ke luar kota, udah nggak tau lagi kabarnya. Udah lama pun orang itu pindah. Waktu ibu belum punya anak pun.” S2.W1b.639-644hal. 74

3. Interpretasi Data Subjek II

Penyakit diabetes mellitus tidak hanya disebabkan oleh faktor keturunan genetik, tetapi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain yang multikompleks, antara lain kebiasaan hidup dan lingkungan. Orang yang tubuhnya membawa gen diabetes, belum tentu akan menderita penyakit gula, karena masih ada beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit ini pada seseorang, yaitu antara lain makan yang berlebihan kegemukan, kurang gerak atau jarang berolah raga, dan kehamilan Lanywati, 2001. Penyakit diabetes mellitus yang dialami oleh Ayu terjadi karena faktor kebiasaan hidup mengkonsumsi makanan yang tidak terkontrol makan sesuka hatinya. Selain kebiasaan hidup, faktor genetika juga menjadi penyebab ia menderita diabetes mellitus. Awalnya Ayu menderita penyakit diabetes mellitus pada tahun 2008. Ketika pertama kali Ayu didiagnosa diabetes, ia terkejut dan merasa tidak percaya. Ayu juga tidak menyangka kalau ia menderita diabetes. Karena ia tidak menyadari bahwa rasa sakit yang selama ini ia rasakan adalah gejala-gejala penyakit diabetes mellitus. Rasa sakit yang ia rasakan seperti malas beraktivitas, dan kepala pening, banyak kencing karena banyak minum. Universitas Sumatera Utara Setelah Ayu menderita diabetes mellitus, pada tahun 2009 ia didiagnosa menderita komplikasi diabetes mellitus kerusakan saraf neuropati karena terdapat luka di telapak kaki kanannya yang sudah infeksi dan sudah tidak bisa sembuh. Ayu mengalami luka di telapak kaki kanannya sampai tiga kali. Luka yang pertama, di bawah jari kaki sebelah kanan terdapat benjolan kecil seperti kena api. Setelah benjolan tersebut pecah, akhirnya menjadi luka dan timbul sakit mendenyut. Tetapi lukanya masih bisa sembuh. Luka yang kedua, karena ia tidak menyadari kalau kaki kanannya menginjak paku. Setelah tiga hari baru ia merasakan sakit mendenyut, dan ketika ia memeriksa telapak kakinya, ternyata sudah luka dan bolong. Kemudian ia bersihkan dan diperban. Keesokan harinya ketika perbannya dibuka, jari kelingkingnya sudah putus sendiri dan langsung ia pergi ke dokter. Luka di kakinya masih bisa sembuh. Luka yang ketiga karena ia menginjak kaca di kaki yang sama dan di bekas luka yang sebelumnya. Karena lukanya tidak bisa sembuh lagi, ia divonis dokter bahwa saraf di kaki kanannya sudah rusak dan harus diamputasi. Tidak ada jalan lain lagi selain amputasi. Komplikasi diabetes mellitus neuropati merupakan satu- satunya komplikasi yang dapat membuat penderitanya harus melakakukan amputasi kaki karena sudah terjadi kerusakan saraf pada kaki yang luka dan sudah tidak dapat terjadinya perbaikan saraf lagi. Kerusakan saraf pada kaki kanan Ayu membuatnya harus melakukan tindakan amputasi untuk menyelamatkannya dari komplikasi neuropati yang dideritanya. Universitas Sumatera Utara Begitu mendengar bahwa ia harus diamputasi, Ayu merasa tidak percaya, bingung, menyesal, dan sedih. Ayu diamputasi pada tahun 2009. Setelah diamputasi, Ayu mengalami perubahan-perubahan dalam kehidupannya. Perubahan tersebut yaitu perubahan dari segi fisik, psikologis, perubahan dari segi rutinitas, perhatian dari keluarga, perubahan dari segi pekerjaan, dan juga perubahan dari lingkungan pergaulan. Seorang penderita diabetes yang telah diamputasi mengaku, kondisinya yang tidak bisa berjalan dan selalu menyusahkan orang membuatnya malu dan merasa tidak berguna, namun ia menyadari bahwa ia tidak boleh berlama-lama seperti ini. Ia sadar ia harus menerima kenyataan fisiknya, namun ia mengatakan bahwa semuanya membutuhkan waktu dalam Hasibuan, 2009. Semua penghayatan penderita diabetes setelah diamputasi di atas tentu saja bervariasi pengaruhnya pada individu yang satu dengan individu yang lainnya. Hal itu tergantung pada seberapa baik proses penyesuaian yang mereka lakukan. Penyesuaian diri merupakan proses yang akan terjadi ketika individu mengalami perubahan dalam kehidupannya, begitu juga dengan Ayu yang mengalami cacat akibat suatu penyakit komplikasi diabetes mellitus neuropati. Perubahan dalam kehidupan akan memunculkan berbagai masalah yang kalau tidak diselesaikan akan memunculkan keputusasaan dan krisis psikologis lainnya Holmes Holmes, dalam Irmayanti, 2008. Keputusasaan dan krisis psikologis yang dialami penderita komplikasi diabetes yang kakinya diamputasi akan menjadi suatu pengalaman hidup yang traumatis, sehingga akan membuat penderita komplikasi diabetes melakukan Universitas Sumatera Utara penyesuaian diri terhadap pengalaman tersebut. Haber Runyon 1984 menguraikan beberapa karakteristik individu yang dapat menyesuaikan diri dengan baik dan dianggap sebagai hasil yang positif dari penyesuaian diri, yaitu : memiliki persepsi yang akurat terhadap realitas, mampu mengatasi atau menangani stres dan kecemasan, memiliki citra diri self image yang positif, mampu mengekspresikan perasaan, dan memiliki hubungan antar pribadi yang baik. Adapun karakteristik penyesuaian diri yang dimiliki oleh Ayu setelah diamputasi adalah sebagai berikut : a. Memiliki persepsi yang akurat terhadap realitas Individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik akan membuat tujuan yang realistis yang sesuai dengan kemampuan dan kenyataan yang ada. Hambatan dalam lingkungan dan kesempatan membuat individu menemukan bahwa individu harus mengubah atau memodifikasi tujuannya. Membuat tujuan dan memodifikasi tujuan merupakan proses yang berkesinambungan sepanjang kehidupan Haber Runyon, 1984. Ayu tidak memiliki persepsi yang akurat terhadap realitas. Hal ini dapat dilihat bahwa Ayu tidak dapat menerima kondisinya yang sudah terbaring di tempat tidur. Sehingga membuatnya pasrah dan merasa bahwa tujuan hidupnya sudah tidak ada lagi. b. Mampu mengatasi atau menangani stres dan kecemasan Individu tidak dapat selalu memenuhi suatu kebutuhan dengan segera, karena itu individu harus belajar untuk dapat bertoleransi terhadap pemenuhan kebutuhan. Individu yang dapat mengatasi hal tersebut maka akan memiliki penyesuaian diri yang baik karena ia mampu mengatasi masalah dan konflik yang Universitas Sumatera Utara ada dalam diri sendiri Haber Runyon, 1984. Hal ini dapat dilihat setelah Ayu diamputasi, ia mengalami stres. Ayu hanya bisa menangis sampai ia merasa lega dan diam dengan sendirinya. Seperti itu cara yang Ayu lakukan untuk mengatasi stres yang ia alami.

c. Memiliki citra diri self image yang positif

Penyesuaian diri yang baik ditunjukkan dengan citra diri yang positif. Citra diri yang positif menyebabkan individu tidak kehilangan pandangan tentang kenyataan diri sendiri. Individu harus mau mengakui kelemahan dan kekuatan yang dimiliki Haber Runyon, 1984. Ayu sudah tidak bisa menjahit lagi sejak enam bulan ini. Hal ini membuat Ayu merasa bahwa ia sudah tidak berguna karena sekarang ia hanya terbaring di tempat tidur.

d. Mampu mengekspresikan perasaan

Orang yang sehat secara emosi dapat merasakan dan mengekspresikan emosi serta perasaan. Emosi yang ditunjukkan adalah sesuatu yang sesuai dengan tuntutan situasi dan secara umum berada di bawah kontrol individu Haber Runyon, 1984. Hal ini dapat dilihat ketika Ayu merasakan sedih, merasa kecewa, merasa menyesal, dan mudah tersinggung karena sudah diamputasi, ia mengeluarkannya dengan cara menangis agar perasaan tersebut bisa ke luar dan dadanya terasa lapang. e. Memiliki hubungan antar pribadi yang baik Setiap orang pasti tidak ingin hidup sendiri, karena itu individu mencari kepuasan dengan berhubungan dengan orang lain dan menghabiskan banyak waktu bersama dengan orang lain. Tingkat keterlibatan setiap orang dengan orang Universitas Sumatera Utara lain bervariasi, dimulai dari orang-orang yang biasa dikenal seperti tetangga, teman. Individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik menyukai dan menghormati orang lain serta memberikan kegembiraan dengan membuat orang lain nyaman dengan keberadaannya Haber Runyon, 1984. Ayu tidak memiliki hubungan antar pribadi yang baik dengan suami, anak, dan juga dengan temannya. Akan tetapi, Ayu memiliki hubungan antar pribadi yang baik dengan keluarga sanak famili dan dengan tetangganya. 1 Hubungan dengan suami Ayu sudah tidak menjalin hubungan lagi dengan suaminya. Hal ini dikarenakan suaminya pergi meninggalkan dirinya sejak usia anaknya masih delapan bulan. 2 Hubungan dengan anak Hubungan Ayu dengan anaknya sudah enam bulan ini menjadi tidak harmonis. Ayu merasa bahwa anaknya sudah tidak menyayangi dan perhatian lagi kepadanya. 3 Hubungan dengan keluarga sanak famili Hubungan Ayu dengan keluarga sanak famili tetap baik. Hal ini dapat dilihat ketika keluarga Ayu sekali-sekali masih datang untuk melihatnya dan memberikan perhatian kepadanya setelah ia diamputasi. 4 Hubungan dengan tetangga Hubungan Ayu dengan tetangganya tetap baik. Hal ini dapat dilihat ketika ia sakit, tetangganya datang melihatnya. Universitas Sumatera Utara 5 Hubungan dengan teman Ayu dengan temannya sudah tidak ada komunikasi lagi. Hal ini dikarenakan teman Ayu sudah pindah ke luar kota sejak ia masih belum memiliki anak. Tabel 8. Gambaran Penyesuaian Diri Subjek II No Karakteristik Penyesuaian Diri Yang Efektif Gambaran Penyesuaian Diri 1 Memiliki persepsi yang akurat terhadap realitas • Ayu tidak dapat menerima kondisinya yang sudah terbaring di tempat tidur. Sehingga membuatnya pasrah dan merasa bahwa tujuan hidupnya sudah tidak ada lagi. 2 Mampu mengatasi atau menangani stres dan kecemasan • Ayu mengatasi stres dengan cara menangis. Karena hanya dengan menangis, ia akan merasa lega. 3 Memiliki citra diri self image yang positif • Ayu merasa bahwa ia sudah tidak berguna karena sekarang ia hanya bisa terbaring di tempat tidur. 4 Mampu mengatasi stres dan kecemasan • Ayu mengekspresikan rasa sedih, kecewa, menyesal, dan mudah tersinggung dengan cara menangis agar perasaan tersebut bisa ke luar dan dadanya terasa lapang. 5 Memiliki hubungan antar pribadi yang baik a. Hubungan dengan suami • Ayu sudah tidak menjalin hubungan lagi dengan suaminya. • Hal ini karena suaminya sudah meninggalkan dirinya ketika anaknya masih berusia delapan bulan. b. Hubungan dengan anak • Hubungan Ayu dengan anaknya sudah enam bulan ini menjadi tidak harmonis. • Ayu merasa bahwa anaknya sudah tidak menyayangi dan perhatian lagi kepadanya. c. Hubungan dengan keluarga sanak famili • Hubungan Ayu dengan keluarga sanak famili tetap baik. • Keluarga Ayu sekali-sekali masih datang untuk melihatnya dan Universitas Sumatera Utara memberikan perhatian kepadanya setelah ia diamput asi. d. Hubungan dengan tetangga • Hubungan Ayu dengan tetangganya tetap baik. • Tetangga Ayu datang ketika ia sedang sakit. e. Hubungan dengan teman • Ayu dengan temannya sudah tidak ada komunikasi lagi. • Teman Ayu sudah pindah ke luar kota sejak ia masih belum memiliki anak. Universitas Sumatera Utara Rangkuman Analisa Antar Subjek Berdasarkan analisa masing-masing subjek yang telah dilakukan sebelumnya, maka pada tabel berikut ini akan dijelaskan dengan lebih ringkas rangkuman analisa antara kedua subjek. Tabel 9. Rangkuman Analisa Antar Subjek No Karakteristik Penyesuaian Diri Subjek I Subjek II 1 Memiliki persepsi yang akurat terhadap realitas • Nani membutuhkan waktu satu tahun untuk bisa menerima kondisinya setelah diamput asi. • Nani optimis menjalani kehidupannya sehingga membuatnya yakin bahwa ia sanggup menjalani kehidupannya. • Nani memiliki tujuan hidup yang ingin ia capai, yaitu ingin membahagiakan keluarga dan tidak ingin menyusahkan keluarga dengan cara sedapat mungkin tetap menjalankan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga seperti biasa. • Ayu tidak dapat menerima kondisinya yang sudah terbaring di tempat tidur. Sehingga membuatnya pasrah dan merasa bahwa tujuan hidupnya sudah tidak ada lagi. 2 Mampu mengatasi atau menangani stres dan kecemasan • Nani mengatasi stres dengan cara berfikir positif tentang kondisinya seperti lebih baik menerima semua yang suda h terjadi, pasrah kepada Tuhan, dan menjalani kehidupannya. • Nani juga mengatasi stres dengan cara beribadah. Beribadah bisa membuatnya mendekatkan diri pada Tuhan, • Ayu mengatasi stres dengan cara menangis. Karena hanya dengan menangis, ia akan merasa lega. Universitas Sumatera Utara beristighfar, dan bersyukur. • Selain itu, Nani mengatasi stres dengan kegiatan membuat kue, atau pun pergi ke rumah abangnya. 3 Memiliki citra diri self image yang positif • Tetap mengerjakan pekerjaan rumah semampunya. • Dapat lebih sabar, kuat, dan ikhlas menerima kondisinya. • Lebih bisa menjaga kesehatannya. • Ayu merasa bahwa ia sudah tidak berguna karena sekarang ia hanya bisa terbaring di tempat tidur. 4 Mampu mengekspresikan perasaan • Nani dapat mengekspresikan perasaannya sesuai dengan situasi dan kondisi yang dialaminya. • Mengekspresikan kesedihan dengan cara menangis sampai puas dan telungkup ke bantal. • Mengekspresikan marah dengan cara mengomel. • Mengekspresikan kesal dan kecewa dengan cara menangis atau mengomel. • Mengekspresikan rasa senang dengan cara tertawa bersama ketika berkumpul dengan keluarganya. • Ayu mengekspresikan rasa sedih, kecewa, menyesal, dan mudah tersinggung dengan cara menangis agar perasaan tersebut bisa ke luar dan dadanya terasa lapang. 5 Memiliki hubungan antar pribadi yang baik a. Hubungan dengan suami • Menjadi harmonis. • Perhatian semakin bertambah, seperti : mengingatkan makan obat, mengingatkan tidak boleh terlalu capek, semakin perduli, dan lebih mengerti keadaan Nani. • Sikap yang diberikan • Ayu sudah tidak menjalin hubungan lagi dengan suaminya. • Hal ini karena suaminya sudah meninggalkan dirinya ketika anaknya masih berusia delapan bulan. Universitas Sumatera Utara semakin bertambah, seperti ketika pergi kerja suami berpamitan dengan menyalam dan mencium Nani. Sebelum tidur, suami memijit Nani. • Nani menyiapkan minuman sebelum suaminya pulang kerja, menunggu suamninya pulang kerja sambil duduk di depan rumahnya, dan ketika suaminya pulang ia menyalam suaminya dan ikut menemani suaminya minum. b. Hubungan dengan anak • Semakin dekat. • Perhatian semakin bertambah, seperti mengingatkan makan obat dan makan jangan sampai terlambat, membelikan buah kesukaan Nani. • Sikap yang diberikan semakin bertambah, seperti ketika mereka melihat Nani sedang memijit kakinya, mereka langsung mendekat dan memijit Nani. • Nani tidak akan tidur sebelum anak-anaknya pulang. Ia tetap akan menunggu sampai mereka pulang, barulah ia bisa tidur. • Hubungan Ayu dengan anaknya sudah enam bulan ini menjadi tidak harmonis. • Ayu merasa bahwa anaknya sudah tidak menyayangi dan perhatian lagi kepadanya. c. Hubungan dengan keluarga sanak famili • Tetap baik. • Perhatian semakin bertambah, seperti memberikan semangat, memberikan informasi tentang obat-obat tradisional, dan memberikan uang. • Sikap keluarga berubah • Hubungan Ayu dengan keluarga sanak famili tetap baik. • Keluarga Ayu sekali- sekali masih datang untuk melihatnya dan memberikan perhatian kepadanya setelah ia diamput asi. Universitas Sumatera Utara dari cara berbicara mereka kepada Nani menjadi lebih terbuka dan sudah mau bercanda. d. Hubungan dengan tetangga • Tetap baik karena tetangga termasuk keluarga Nani. • Perhatian keluarga menjadi bertambah seperti memberikan informasi tentang obat tradisional, memberikan semangat, dan bantuan uang. • Hubungan Ayu dengan tetangganya tetap baik. • Tetangga Ayu masih datang memberikan perhatian ketika ia sakit. e. Hubungan dengan teman • Menjadi dekat akrab. • Perhatian berubah seperti mereka menegur Nani ketika lewat di depan rumahnya, mereka singgah ke rumah Nani ketika pulang dari pengajian, dan memberikan bantuan berupa uang. • Ayu dengan temannya sudah tidak ada komunikasi lagi. • Teman Ayu sudah pindah ke luar kota sejak ia masih belum memiliki anak.

C. Pembahasan

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa subjek I memiliki persepsi yang akurat terhadap realitas. Sedangkan subjek II tidak memiliki persepsi yang akurat terhadap realitas. Menurut Haber Runyon 1984, hampir semua orang setuju bahwa persepsi yang akurat terhadap realitas merupakan prasyarat terhadap penyesuaian diri yang baik dan individu yang memiliki penyesuaian diri yang baik akan membuat tujuan yang realistis yang sesuai dengan kemampuan dan kenyataan yang ada. Hal ini dapat terlihat pada subjek I, tetapi tidak terlihat pada subjek II. Subjek I dapat menerima kondisinya yang sudah cacat karena diamputasi, masih memiliki tujuan hidup yang ingin ia wujudkan dan optimis dapat menjalani kehidupannya setelah kakinya diamputasi. Sedangkan subjek II Universitas Sumatera Utara