28
2.3.5.2 Lokasi Program Orientasi Perpustakaan
Lokasi untuk pelakasanaan program orientasi perpustakaan sebaiknya dipilih yang baik dan strategis. Hal ini dilakukan demi kenyamanan anggota dan
pengguna perpustakaan. Namun pada umumnya lokasi pelaksanaan program orientasi perpustakaan berada pada salah satu ruang perpustakaan yang telah
dipilih pihak perpustakaan. Oleh sebab itu hal ini sangat berkaitan erat dengan lokasi perpustakaan.
Soedibyo 1987 : 108-109 memberikan batasan pengaturan lokasi perpustakaan sebagai berikut :
1. Perpustakaan itu terletak dalam arus lalu lintas manusia, tetapi tidak
dijadikan lalu lintas manusia. 2.
Perpustakaan itu terletak di suatu tempat yang tanahnya memungkinkan dilakukannya perluasan pada masa yang akan datang,
sesuai dengan perkembangan perpustakaan serta instansi penaungannya.
3. Perpustakaan itu mudah dicapai oleh pemakai, sehingga mereka tidak
membuang-buang waktu secara sia-sia. 4.
Perpustakaan itu mempunyai hubungan yang fungsional dengan gedung-gedung lainnya dalam keseluruhan kompleks itu.
Hal senada juga dinyatakan oleh Sulistyo-Basuki 1993 : 307 bahwa perpustakaan universitas hendakya terletak di tengah-tengah universitas sehingga
terjangkau oleh semua pihak. Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat diketahui bahwa inti
dari lokasi perpustakaan, dimana juga biasanya dipakai untuk pelaksanaan program orientasi Perpustakaan, harus mempertimbangkan jarak bagi semua
pihak, yaitu anggota perpustakaan. Oleh sebab itu jika lokasi perpustakaan sudah memenuhi kriteria tersebut maka orientasi perpustakaan juga akan berjalan lancar.
2.3.6 Dampak Penerapan Orientasi Perpustakaan
Dengan diterapkannya orientasi perpustakaan pada perpustakaan diharapkan memberikan dampak positif yang signifikan di kalangan pengguna
perpustakan. Hak 2007 mengutarakan beberapa dampak yang diharapkan dari adanya orientasi perpustakaan yaitu sebagai berikut :
1. Pengetahuan, misalnya: dari yang tadinya tidak tahu penggunaan
susunan klasifikasi untuk pengelolaan buku-buku atau koleksi lainnya
Universitas Sumatera Utara
29 menjadi tahu makna dan manfaatnya, sehingga dapat menggunakan
katalog untuk penemuan kembali buku-buku yang dibutuhkan. 2.
Sikap, misalnya: dari yang tadinya bersikap perpustakaan hanya sebagai tempat penyimpanan buku menjadi perpustakaan sebagai
tempat untuk mencari informasi sumber belajar, sehingga selalu datang ke perpustakaan untuk memenuhi segala kebutuhan
informasinya baik itu yang berhubungan langsung dengan perkuliahannya maupun untuk keperluan informasi lainnya.
3. Keterampilan, misalnya: dari yang tadinya sering menyobek buku atau
koleksi lainnya menjadi perhatian untuk memelihara keberadaannya dengan cara menjaga kerapihan dan menempatkan kembali sesuai
dengan susunan klasifikasi atau “call number” buku di rak atau sarana perpustakaan lainnya.
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa terdapat indikasi dengan adanya orientasi perpustakaan dampak positif memberikan kemungkinan yang lebih
besar. Namun demikian, faktor yang juga perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan pengaruh yang dapat ditimbulkan adalah faktor pendidikan proses dan
aktivitasnya dan pengguna perpustakaan peserta didik itu sendiri.
2.3.7 Peran Pustakawan dalam Orientasi Perpustakaan
Dalam Kamus Besar Indonesia Kontemporer Salim, 2002 : 1132 disebutkan bahwa istilah peran memiliki arti “bagian dari tugas utama yang harus
dilakukan”. Definisi pustakawan menurut Harahap 1998 : 1 adalah :
Seseorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga
induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi dan informasi dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat di ambil kesimpulannya bahwa pengertian peran pustakawan adalah kewajiban atau tugas pustakawan dalam
memberikan pelayanan kepada penguna perpustakaan. Dimana salah satu tugasnya adalah memberikan pendidikan, bimbingan, dan bekerjasama kepada
pengguna dalam memilih sumber yang diperlukan serta cara mencari dan memanfaatkan informasi tersebut.
Menurut Lancaster dalam Pakdesofa 2008 : 1 pustakawan harus mampu memberikan hal-hal sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
30 Pustakawan harus mengajari ilmuwan bagaimana mencari informasi dari
sebuah pangkalan data. Ilmuwan bisa memilih informasi yang diperlukan sesuai minatnya. Pustakawan juga harus bisa memberi informasi yang
berasal dari siaran. radio, televisi, faksimili, dan dari berbagai sumber informasi lainnya. Pustakawan harus berprestasi yang pasti agar
memperoleh pengakuan dari masyarakat dan menjadi lahan yang basah.
Pustakawan memiliki peran yang paling besar dalam proses penerapan orientasi perpustakaan. Hal ini disebabkan karena pustakawanlah yang memang
seharusnya benar-benar mengetahui segala seluk beluk fasilitas dan aktivitas jasa yang ada di perpustakaan. Oleh sebab itu, para pustakawan diharapkan harus
benar-benar profesional dalam mengajarkan materi ketika pendidikan pemakai dijalankan.
Kegiatan kerja profesional pustakawan yang harus dilakukan pada layanan pendidikan pengguna menurut Soedibyo 1987 : 121 adalah :
1. Membuat perencanaan penyampaian bahan, metode, teknik dan
sasaran usaha bimbingan pemakai. 2.
Menetapkan tingkat dan sistem penyampaian bimbingan yang sesuai. 3.
Menetapkan dan mengatur waktu pemberian bimbingan dan pendidikan kepada pengguna.
4. Melaksanakan usaha pendidikan baik secara individu maupun secara
kelompok.
Dalam rangka menyelenggarakan orientasi perpustakaan pada perpustakaan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pustakawan dan
staf perpustakaan, yaitu sebagai berikut : 1.
Petugas perpustakaan harus menciptakan lingkungan yang memungkinkan pengguna untuk memanfaatkan sumber daya dan
fasilitas perpustakaan secara optimal.
2. Materi dan metode pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan
pengguna. 3.
Petugas perlu melibatkan dosen, jurusan dan fakultas. 4.
Pendidikan dilakukan baik secara terprogram maupun sewaktu-waktu. Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman, 2004 : 95.
Dengan demikian, peran pustakawan dalam menerapkan pendidikan pemakai di perpustakaan pada dasarnya merupakan kontribusi terbesar dan
menjadi penentu keberhasilan proses orientasi perpustakaan, disamping kemauan
Universitas Sumatera Utara
31 dan minat pengguna juga menjadi faktor pendukung. Hal belum berkembangnya
orientasi perpustakaan dimungkinkan karena masih terbatasnya pengertian akan arti dan pentingnya pendidikan pengguna dari pustakawan sendiri.
Alasan ini sangat mendasar sekali, karena masih sangat minimnya literatur dan informasi mengenai pendidikan pengguna. Walaupun kita tahu bahwa,
Direktorat Jendaral Pendidikan Tinggi melalui Sub Proyek Pembinaan Perpustakaan Perguruan Tinggi telah menerbitkan buku “Panduan pelaksanaan
pendidikan pengguna di perguruan tinggi”, literatur dan informasi dari perpustakaan-perpustakaan negara maju yang mengetengahkan berbagai “issues”
dan “trends” pendidikan pengguna yang berada di dekat pustakawan tentunya akan sangat membantu dalam pelaksanaan pendidikan pengguna. Dari alasan yang
mendasar tadi akan menimbulkan effek terhadap pelaksanaan pendidikan pengguna, misalnya:
• Kurang atau tidak adanya “written policy statement” dari masing-
masing perpustakaan; •
Kurangnya koordinasi dalam pelaksanaan pendidikan pengguna, baik antara staff perpustakaan maupun dengan staff dosen;
• Kurangnya dana dan fasilitas yang lain, hal ini karena masih adanya
anggapan yang merendahkan terhadap status atau posisi pustakawan dan perpustakaan, sehingga aktivitas perpustakaan sering terbentur birokrasi
yang berbelit dan sempitnya dana. Wijoyo 2008 : 5
Hal lain yang dianggap sebagai benturan dalam pelaksanaan pendidikan pengguna, adalah karena kurangnya tenaga dalam arti dari segi kualitas dan
kuantitasnya. Dari segi kualitas, yang diperlukan untuk mensukseskan pelaksanaan pendidikan pengguna adalah: pengalaman dan pendidikan, bisa
berkomunikasi secara jelas dan efektif, mempunyai kemapuan dalam “public relations”, ramah, sabar, dewasa, mempunyai motivasi yang tinggi untuk
melaksanakan tugas tersebut, dan lain lain. Dari segi kuantitas diharapkan adanya jumlah yang cukup dari pustakawan
yang mempunyai kualitas tersebut di atas guna melaksanakan tugas tersebut. Kurangnya dukungan dari pustakawan dari bagian lain. Hal ini masih sering kita
Universitas Sumatera Utara
32 jumpai anggapan “tugasmu adalah tanggungjawabmu sendiri”, dan belum adanya
rasa kebersamaan untuk memiliki dan menyajikan layanan perpustakaan.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat komparatif. Menurut Nazir 2003 : 58, “penelitian komparatif adalah jenis penelitian deskritif yang
ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab akibat, dengan menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu
fenomena tertentu. Sudjud dalam Arikunto 2002 : 236 menyatakan bahwa :
“Penelitian komparatif akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan tentang benda-benda, tentang orang, tentang prosedur,
kerja, tentang ide-ide, kritik terhadap orang, kelompok terhadap suatu idea tau suatu prosedur kerja. Dapat juga membandingkan kesamaan
pandangan dan perubahan-perubahan pandangan orang, grup atau Negara, terhadap kasus, terhadap orang, peristiwa atau terhadap ide-ide.”
Sedangkan menurut pendapat Sugiyono 1998 : 6, “penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan”.
Universitas Sumatera Utara