b. Kelaianan neurologi; misalnya stroke, trauma pada medula spinalis, dan demensia
c. Lain-lain; misalnya hambatan mobilitas, situasi tempat berkemih yang tidak memadaijauh, dan sebagainya.
Adapun kondisi-kondisi yang menyertai inkontinensia urin menurut Wagg et al 2006 di antaranya:
a. Artritis b. Penyakit paru kronis
c. Gangguan kognitif d. Gagal jantung kongestif
e. Konstipasi f. Kontraktur
g. Demensia h. Diabetes mellitus
i. Jatuhfraktur hip j. Penyakit Parkinson
k. Penyakit vaskular
perifer l. Infeksi saluran kemih
berulang m. Stroke
n. Kelainan vena
3. Tipe-tipe Inkontinensia Urin
Lewis et al 2011 mengklasifikasikan inkontinensia urin menjadi: a. Inkontinensia stres
Inkontinensia ini terjadi akibat dari peningkatan mendadak pada tekanan intra-abdomen. Tipe inkontinensia ini paling sering
ditemukan pada wanita yang mengalami cedera obstetrik, lesi kolum vesika urinaria, kelainan ekstrinsik pelvis, fistula, disfungsi
destrusor, dan sejumlah keadaan lainnya. Selain itu, gangguan ini
dapat pula terjadi akibat kelainan kongenital, seperti ekstrofi vesika urinaria atau ureter ektopik Lewis, 2011.
b. Inkontinensia urgensi Inkontinensia ini terjadi bila pasien merasakan dorongan atau
keinginan untuk urinasi tetapi tidak mampu menahannya cukup lama sebelum mencapai toilet. Pada banyak kasus, kontraksi kandung
kemih yang tidak dapat ditahan merupakan faktor yang menyertai. Keadaan ini dapat terjadi pada pasien disfungsi neurologi yang
kontraksi kandung kemihnya terhambat atau pada pasien dengan gejala iritasi lokal akibat infeksitumor pada saluran kemih Lewis,
2011. c. Inkontinensia overflow
Inkontinensia ini ditandai oleh eliminsi urin yang sering dan terjadi hampir terus menerus. Kandung kemih tidak dapat mengosongkan
isinya secara normal dan mengalami distensi yang berlebihan. Inkontinensia overflow dapat disebabkan oleh kelainan neurologi
yaitu lesi pada medula spinalis atau oleh faktor-faktor yang menyumbat saluran keluar urin, yaitu: penggunaan obat-obatan,
tumor, striktur, dan hiperplasia prostat Lewis, 2011. d. Inkontinensia refleks
Inkontinensia ini ditandai dengan keluarnya urin yang tidak disadari yang disebabkan oleh adanya lesi pada medula spinalis sakrum S2 ke
atas. Hal ini menyebabkan terjadinya hiperrefleksia destrusor
kandung kemih dan mengganggu jalur koordinasi antara kontraksi dan relaksasi sfingter Lewis, 2011.
e. Inkontinensia paska trauma atau operasi Inkontinensia ini terjadi karena adanya fistula vesiko-vaginal atau
urethro-vaginal pada wanita. Selain itu, inkontinensia ini juga merupakan komplikasi paska operasi transurethral, perineal, atau
prostatektomi retropubik Lewis, 2011. f. Inkontinensia fungsional
Ini merupakan inkontinensia dengan fungsi saluran kemih bagian bawah yang utuh tetapi ada faktor lain, seperti gangguan kognitif
berat yang membuat pasien sulit untuk mengidentifikasi perlunya urinasi misalnya, demensia Alzheimer atau gangguan fisik yang
menyebabkan pasien tidak mungkin menjangkau toilet untuk melakukan urinasi Lewis, 2011.
4. Dampak Inkontinensia Urin