10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Inkontinensia Urin
1. Definisi Inkontinensia Urin
Menurut Pranaka 2009, inkontinensia urin adalah pengeluaran urin tanpa disadari serta dalam jumlah dan frekuensi yang cukup sering
sehingga mengakibatkan masalahgangguan kesehatan atau sosial. Menurut Lewis et al. 2011, inkontinensia urin merupakan eliminasi urin
dari kandung kemih yang tidak terkendali atau terjadi di luar keinginan. Sedangkan menurut Saxer et al 2008, inkontinensia urin didefinisikan
oleh International Continence Society ICS sebagai keluhan atas kebocoran urin yang tidak disadari. Selain itu, Mauk 2010 juga
mendefinisikan inkontinensia urin sebagai pengeluaran urin yang tidak disengaja dan merupakan masalah kesehatan umum yang bisa
menyebabkan kecacatan dan penurunan kualitas hidup. Meskipun inkontinensia urin ini umumnya terjadi pada lansia, namun hal ini juga
bisa terjadi pada orang dewasa dari segala usia Henderson, 1996. Dari beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa
inkontinensia adalah suatu kondisi pengeluarankebocoran urin tanpa disadari, tidak terkendali, terjadi di luar keinginan, dalam jumlah dan
frekuensi yang cukup sering, serta bisa menyebabkan kecacatan dan penurunan kualitas hidup.
2. Etiologi Inkontinensia Urin
Menurut Doughty 2006, penyebab inkontinensia urin biasa disebut dengan singkatan DIAPPERS yang merupakan kependekan dari
D eliriumconfusional state, Infection
–urinary symptomatic, Atrophic urethritisvaginitis, Pharmaceuticals, Psychological, Excessive urine
output, Restricted mobility, dan Stool impaction.
a. Delirium Seseorang dikatakan delirium jika terjadi gangguan status mental
atau penurunan kesadaran secara situasional yang disebabkan karena penggunaan obat, alkohol, atau reaksi anastesia paska operasi.
Kondisi seperti ini bisa menyebabkan seseorang menjadi inkontinensia urin Doughty, 2006.
b. Infeksi saluran kemih Infeksi traktus urinarius yang simptomatik seperti sistitis dan
urethritis dapat menyebabkan iritasi kandung kemih sehingga timbul frekuensi, disuria, dan urgensi yang mengakibatkan seseorang tidak
mampu mencapai toilet untuk berkemih Doughty, 2006. c. Atrofi vagina atau urethra
Atrofi vagina atau urethra merupakan salah satu perbahan yang terjadi pada lansia. Pada kondisi ini, jaringan vagina atau urethra
menjadi tipis, mudah teriritasi, dan mudah rusak sehingga menyebabkan timbulnya gejala rasa terbakar pada uretra, disuria,
infeksi traktus urinarius berulang, dispareunia, urgensi, dan inkontinensia Doughty, 2006.
d. Psikologis Proses psikologis yang menyebabkan timbulnya inkontinensia belum
pernah diteliti secara detail. Namun, depresi dan kecemasan yang disebabkan karena operasi mayor, diagnosa penyakit kronis, atau
hospitalisasi yang lama diyakini dapat memicu terjadinya inkontinensia urin. Mekanisme ini biasanya merupakan kombinasi
dari bladder overactivity dan relaksasi sfingter uretra yang tidak tepat Doughty, 2006.
e. Farmakologis Doughty 2006 mengungkapkan bahwa obat-obatan yang sering
dihubungkan dengan inkontinensia, di antaranya: 1 Obat-obatan diuretik akan meningkatkan pembebanan urin di
kandung kemih sehingga bila seseorang tidak dapat menemukan toilet pada waktunya akan timbul inkontinensia urgensi.
2 Agen antikolinergik dan sedatif dapat menyebabkan timbulnya atonia sehingga timbul retensi urin kronis yang berujung pada
inkontinensia overflow. 3 Sedatif, seperti benzodiazepin juga dapat berakumulasi dan
menyebabkan konfusi dan inkontinensia sekunder, terutama pada lansia.
4 Alkohol, mempunyai efek serupa dengan benzodiazepin, mengganggu mobilitas dan menimbulkan diuresis.
5 Calcium-channel blockers untuk hipertensi dapat menyebabkan berkurangnya tonus sfingter uretra eksternal dan gangguan
kontraktilitas otot polos kandung kemih sehingga menstimulasi timbulnya inkontinensia stres. Obat ini juga dapat menyebabkan
edema perifer, yang menimbulkan nokturia. 6
Agen α-adrenergik yang sering ditemukan pada obat influenza akan meningkatkan tahanan outlet dan menyebabkan kesulitan
berkemih, sebaliknya obat-obatan ini sering bermanfaat dalam mengobati beberapa kasus inkontinensia stres.
7 Alpha blockers, yang sering dipergunakan untuk terapi hipertensi dapat menurunkan kemampuan penutupan uretra dan
menyebabkan inkontinensia stres. f. Sistem endokrin
Diabetes mellitus melalui efek diuresis osmotik yang dapat menyebabkan suatu kondisi overactive bladder. Diabetes insipidus
juga akan menyebabkan terjadinya peningkatan produksi urin hingga 10 liter per hari pada kandung kemih sehingga menimbulkan
inkontinensia overflow. Kondisi hipertiroid dapat menginduksi kandung kemih menjadi overactive, sehingga menimbulkan kondisi
inkontinensia urgensi. Disamping itu, kondisi hipotiroidisme juga
dapat menyebabkan kandung kemih hipotoni dan menimbulkan inkontinensia overflow Doughty, 2006.
g. Produksi urin yang berlebihan excessive Output urin yang berlebihan bisa disebabkan oleh karena intake
cairan yang banyak, minuman berkafein, dan adanya masalah endokrin Doughty, 2006.
h. Restriksihambatan mobilitas Umumnya hal ini yang sering menimbulkan inkontinensia pada
lansia. Keterbatasan mobilitas ini dapat disebabkan karena kondisi nyeri arthritis, deformitas panggul, deconditioning fisik, stenosis
spinal, gagal jantung, penglihatan yang buruk, hipotensi postural atau post prandial, claudication, perasaan takut jatuh, stroke,
masalah kaki atau ketidakseimbangan karena penggunaan obat- obatan Doughty, 2006.
i. Stool impaction
impaksi feses Impaksi feses akan mengubah posisi kandung kemih serta menekan
syaraf yang mensuplai uretra dan kandung kemih sehingga akan dapat menimbulkan kondisi retensi urin dan inkontinensia overflow
Doughty, 2006. Sementara itu, Pranaka 2009 menyebutkan bahwa penyebab
inkontinensia urin berasal dari: a. Kelainan urologi; misalnya radang, batu, tumor, divertikel
b. Kelaianan neurologi; misalnya stroke, trauma pada medula spinalis, dan demensia
c. Lain-lain; misalnya hambatan mobilitas, situasi tempat berkemih yang tidak memadaijauh, dan sebagainya.
Adapun kondisi-kondisi yang menyertai inkontinensia urin menurut Wagg et al 2006 di antaranya:
a. Artritis b. Penyakit paru kronis
c. Gangguan kognitif d. Gagal jantung kongestif
e. Konstipasi f. Kontraktur
g. Demensia h. Diabetes mellitus
i. Jatuhfraktur hip j. Penyakit Parkinson
k. Penyakit vaskular
perifer l. Infeksi saluran kemih
berulang m. Stroke
n. Kelainan vena
3. Tipe-tipe Inkontinensia Urin