68
BAB VI PEMBAHASAN
Pembahasan pada penelitian ini difokuskan pada pembahasan tentang karakteristik perawat, pengetahuan perawat tentang inkontinensia urin, praktik
perawatan inkontinensia urin, serta hubungan antara pengetahuan perawat tentang inkontinensia urin terhadap praktik perawatan inkontinensia urin di RSU
Kabupaten Tangerang. Pada akhir pembahasan, peneliti juga menyertakan keterbatasan dari penelitian ini.
A. Analisis Univariat
1. Gambaran Karakteristik Perawat di RSU Kabupaten Tangerang
a. Jenis Kelamin
Green 1980, dalam Notoatmodjo 2007 menyatakan bahwa jenis kelamin termasuk predisposing factor terjadinya perubahan
perilaku seseorang. Hal ini dapat disimpulkan bahwa perbedaan jenis kelamin mungkin bisa mempengaruhi seseorang dalam melakukan
pekerjaan sehingga perlu diukur.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan, yaitu sebesar 84.8 ,
sedangkan responden laki-laki hanya sebesar 15.2 .
Hal ini menggambarkan bahwa terdapat perbedaan proporsi yang signifikan antara perawat laki-laki dan perempuan. Hal ini
mungkin disebabkan karena minat perempuan di bidang keperawatan
lebih besar dibanding laki-laki. Meskipun demikian, tugas dan tanggung jawab antara perawat laki-laki dan perempuan dalam
melakukan perawatan inkontinensia urin tetaplah sama.
Seorang perawat dikatakan profesional ketika dirinya mampu mengasuh, merawat, dan melindungi pasien secara komprehensif,
melakukan aktifitas keperawatan sesuai dengan kode etik keperawatan, serta memberikan pelayananasuhan keperawatan pada
berbagai jenjang pelayanan keperawatan Kusnanto, 2004. Hal itu berlaku baik untuk perawat laki-laki maupun perempuan.
b. Usia
Usia merupakan salah satu faktor yang cukup dominan terhadap pembentukan kerja seseorang. Menurut Gibson 1997, umur
sebagai sub variabel demografik mempunyai efek tidak langsung pada perilaku kerja individu. Begitu juga halnya dengan yang dikatakan
Siagian 2002 bahwa semakin meningkatnya usia seseorang maka kedewasaan teknis dan psokologinya semakin meningkat. Ia akan
semakin mampu mengambil keputusan, semakin bijaksana, semakin mampu berpikir secara rasional, mengendalikan emosi, dan toleran
terhadap pendapat orang lain.
Hasil statistik pada penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata usia responden adalah 33 tahun dengan usia termuda 26 tahun dan
tertua 45 tahun. Usia responden terbanyak adalah 30 tahun dengan standar deviasi 5.158. Semua responden pada penelitian ini berada
pada rentang usia dewasa dimana tingkat produktifitasnya juga tinggi. Hal ini sesuai dengan ketentuan Depkes 2009 yang mengemukakan
bahwa usia 15-64 merupakan usia produktif bagi warga negara Indonesia. Meski semua responden berada pada rentang usia
produktif, perbedaan usia harus tetap diperhatikan. Dalam hal ini, perawat yang mempunyai usia lebih tua diharapkan memberi contoh
yang baik bagi yang lebih muda karena mereka dianggap lebih berpengalaman,
khususnya dalam
hal memberikan
asuhan keperawatan.
Hal ini sesuai dengan penyataan Masloch 1982, dalam Nasir, 2008 bahwa pekerja yang lebih tua cenderung lebih stabil, lebih
matang, mempunyai pandangan yang lebih seimbang terhadap kehidupan sehingga tidak mudah mengalami tekanan mental atau
ketidakberdayaan dalam pekerjaan. Sebaliknya, pekerja yang lebih muda cenderung mengalami ketidakberdayaan yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan pekerja yang lebih tua. Hal tersebut dapat tejadi dikarenakan pekerja yang lebih muda cenderung memiliki
pengalaman kerja yang kurang jika dibandingkan dengan pekerja yang lebih tua.
c. Pendidikan