72
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Letak, Luas, dan Batas Wilayah Penelitian
Kecamatan Dukun merupakan salah satu kecamatan yang berada di bagian timur Kabupaten Magelang. Jarak dari Kecamatan
Dukun menuju pusat pemerintahan Kabupaten Magelang adalah 18 kilometer, sedangkan jarak dari Kecamatan Dukun menuju pusat
pemerintahan Provinsi Jawa Tengah adalah 107 kilometer. Kecamatan Dukun terbagi menjadi 15 wilayah desa, 145 dusun, 154 RW, dan 470
RT. Desa atau kelurahan di Kecamatan Dukun meliputi Desa Ketunggeng, Desa Ngadipuro, Desa Wates, Desa Kalibening, Desa
Ngargomulyo, Desa Keningar, Desa Sumber, Desa Dukun, Desa Banyubiru, Desa Banyudono, Desa Mangunsoko, Desa Sewukan, Desa
Krinjing, Desa Paten, dan Desa Sengi. Secara astronomis, Kecamatan Dukun terletak antara
110
o
01’51’’ – 110
o
12’48’’ Bujur Timur dan 7
o
19’13’’ – 7
o
35’99’’ Lintang Selatan. Kecamatan Dukun berbatasan dengan kecamatan dan wilayah
yang lain sebagai berikut: a. Batas Sebelah Utara : Kecamatan Sawangan
b. Batas Sebelah Timur : Kabupaten Boyolali c. Batas Sebelah Selatan : Kecamatan Srumbung
d. Batas Sebelah Barat : Kecamatan Muntilan Kecamatan Dukun memiliki luas wilayah 53,41 km
2
dengan rincian 3496 hektar
merupakan lahan pertanian dan 673
73
hektarmerupakan lahan non pertanian. Berikut merupakan pembagian luas masing masing desa yang ada di Kecamatan Dukun.
Tabel9. Pembagian Luas Wilayah Penelitian
No Desa
Luas km
2
Persentase
1 Ketunggeng
2,04 3,82
2 Ngadipuro
1,72 3,22
3 Wates
1,84 3,45
4 Kalibening
2,38 4,46
5 Ngargomulyo
9,47 17,73
6 Keningar
6,60 12,36
7 Sumber
3,19 5,97
8 Dukun
3,26 6,1
9 Banyubiru
2,80 5,24
10 Banyudono
2,99 5,6
11 Mangunsoko
1,37 2,57
12 Sewukan
1,88 3,52
13 Krinjing
6,09 11,4
14 Paten
3,90 7,3
15 Sengi
3,87 7,2
Jumlah 53,41
100 Rata-rata
3,54 6,666667
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang, 2016 Rata-rata luas wilayah setiap desa di Kecamatan Dukun adalah
sekitar 3,54km
2
atau sekitar 6,67 dari luas wilayah keseluruhan. Desa yang paling luas adalah Desa Ngargomulyo dengan luas sekitar
9,47km
2
atau 17,73 dari total luas wilayah keseluruhan. Desa yang memiliki luas paling sempit adalah Desa Mangunsoko dengan luas
sekitar 1,37km
2
atau sekitar 2,56 dari total luas wilayah keseluruhan di Kecamatan Dukun. Berikut disajikan gambar peta administrasi
Kecamatan Dukun.
74
Gambar 2. Peta Administrasi Kecamatan Dukun
75
2. Iklim
a. Curah Hujan Salah satu komponen penyusun terbentuknya iklim adalah
curah hujan. Pola curah hujan di wilayah penelitian dipengaruhi oleh angin monsun barat atau monsun barat laut dan angin monsun
timur ataumonsun tenggara. Angin munson barat atau barat laut yang bersifat basah bertiup antara bulan November-April yang
menyebabkan adanya musim penghujan. Angin munson timur atau timur laut yang bersifat kering bertiup antara bulan Juli-September
yang menyebabkan adanya musim kemarau. Data curah hujan di wilayah penelitian ini diambil dari lima
stasiun penakar hujan di sekitar daerah penelitian yang meliputi : Stasiun Sawangan Krogowanan, Stasiun Muntilan, Stasiun Dukun
Banggalan, Stasiun Babadan, dan Stasiun Srumbung Ngepos. Data curah hujan rata-rata bulanan untuk masing-masing stasiun
tercantum dalam tabel. Tabel 10. Rerata Curah Hujan Bulanan Selama 11 Tahun yaitu
2006-2016 dari 5 Lima Stasiun di Daerah Penelitian
Bulan Stasiun Hujan
Sawangan Muntilan Dukun
Babadan Srumbung
Januari 386
358 336
428 355
Februari 354
386 377
416 426
Maret 455
482 369
347 377
April 350
356 325
286 329
Mei 258
209 204
219 231
Juni 151
109 132
127 153
Juli 143
69 137
131 105
Agustus 38
75 26
29 50
September 179
119 202
204 156
Oktober 156
145 166
156 91
November 349
307 343
258 332
Desember 491
369 363
437 367
Jumlah 3310
2984 2980
3038 2972
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Magelang, 2016
76
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa curah hujan bulanan tertinggi terjadi di Stasiun Sawangan pada bulan Desember
dengan rata-rata curah hujan perbulannya sebesar 491 mmbulan. Untuk nilai curah hujan bulanan terendah terjadi di Stasiun Dukun
pada bulan Agustus dengan rata-rata curah hujan perbulannya sebesar 26 mmbulan. Untuk nilai curah hujan yang tertinggi selama
satu tahun terdapat pada Stasiun Sawangan dengan nilai curah hujan sebesar 3.310 mmtahun. Untuk nilai curah hujan yang
terendah selama satu tahun terdapat pada Stasiun Srumbung dengan nilai curah hujan sebesar 2.972 mmtahun. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar Peta Poligon Thiessen yang menunjukkan luasan poligon masing-masing stasiun hujan.
77
Gambar 3. Peta Polygon Thiessen Kecamatan Dukun
78
b. Tipe Iklim Iklim merupakan rata-rata keadaan cuaca dalam jangka
waktu yang cukup lama dan mencakup daerah yang luas. Iklim tersusun oleh gabungan beberapa unsur, yakni radiasi matahari,
suhu udara, kelembapan udara, curah hujan, tekanan udara, dan angin. Unsur-unsur tersebut berbeda antara daerah yang satu
dengan daerah yang lainnya sehingga menyebabkan perbedaan iklim setiap daerah.
Klasifikasi iklim merupakan penggolongan iklim menjadi beberapa kelas yang mempunyai karakteristik. Salah satu unsur
iklim yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan tipe iklim adalah curah hujan. Klasifikasi iklim menurut Schmidt-
Fergusson didasarkan pada ratio dari bulan kering dan bulan basah seperti yang dikemukakan oleh Mohr, yaitu dengan banyak
sedikitnya bulan kering dan bulan basah untuk mengetahui nilai konstanta Q sehingga dapat diketahui klasifikasi iklimnya. Nilai Q
diperoleh dengan membandingkan jumlah rata-rata curah hujan bulan kering dengan jumlah rata-rata curah hujan bulan basah.
Bulan basah adalah bulan yang curah hujannya melebihi 100 mmbulan, sedangkan bulan kering adalah bulan yang curah
hujannya kurang dari 60 mmbulan. Bulan yang curah hujannya antara 60 mmbulan hingga 100 mmbulan dinamakan bulan
lembab. Namun bulan lembab tidak termasuk dalam perhitungan. Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat pada persamaan yang
dikemukakan Schmidt sebagai berikut:
79
Jumlah rata-rata bulan kering Q =
x 100 Jumlah rata-rata bulan basah
Dengan mengetahui nilai Q maka dapat diketahui tipe iklim berdasarkan klasifikasi Schmdit-Fergusson sebagai berikut:
Tabel 11. Klasifikasi Iklim menurut Schmdit-Fergusson
Golongan Nilai Q
Keterangan
A ≤Q ≤ 14,3
Sangat basah B
14,3 ≤ Q ≤ 33,3
Basah C
33,3 ≤ Q ≤ 60
Agak basah D
60 ≤ Q ≤ 100
Sedang E
100 ≤ Q ≤ 167
Agak kering F
167 ≤ Q ≤ 300
Kering G
300 ≤ Q ≤ 700
Sangat kering H
700 ≤ Q
Luar biasa kering Sumber : Ir. Ance Gunarsih Kartasapoetra, 2012
Dari data yang disajikan pada stasiun-stasiun yang ada dapat diperoleh nilai bulan kering dan nilai bulan basah dengan
menghitung berdasarkan rumus yang sudah ditentukan oleh Schmdit-Fergusson.
Setelah melakukan perhitungan, maka diperoleh bahwa iklim pada daerah terbagi menjadi dua. Wilayah
dengan area Polygon Thiessen dari Stasiun Sawangan, Babadan, dan Srumbung termasuk ke dalam golongan A sangat
basah.Wilayah dengan area Polygon Thiessen dari Stasiun Muntilan dan Dukun termasuk ke dalam golongan B basah. Dari
data lima stasiun memperlihatkan bahwa rata-rata jumlah bulan basah jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah bulan kering.
Bulan basah jauh lebih banyak dibandingkan dengan bulan kering dikarenakan hujan yang terjadi pada daerah penelitian memang
cukup besar, mengingat daerah penelitian terletak pada bentuk lahan kaki lereng dan dataran kaki Gunung Merapi. Berikut ini
80
perbandingan jumlah bulan kering dan bulan basah dari lima stasiun penakar hujan.
Tabel 12. Perbandingan Bulan Basah dan Bulan Kering selama 10 Tahun dari Lima Stasiun Hujan
Tahun Stasiun
Sawangan Muntilan
Dukun Babadan
Srumbung BK
BB BK
BB BK
BB BK
BB BK
BB 2006
2 7
3 6
2 7
1 7
6 2007
1 6
1 5
2 6
2 9
2 6
2008 1
8 1
8 1
7 1
7 7
2009 2
8 2
8 2
8 1
7 2
8 2010
10 10
10 9
9 2011
2 8
6 7
6 2
7 2012
1 7
2 7
2 6
1 8
2 7
2013 10
10 10
10 10
2014 2
9 1
9 1
9 2
9 2
9 2015
1 7
6 1
7 1
7 1
7 2016
8 5
7 1
7 1
7 Rata-rata
1 8
1,7 7,3
1,4 7,6
0,9 7,8
0,8 7,2
Q 12,5
23,28 18,42
11,54 11,11
Sumber : Analisis Data Sekunder, 2016
3. Kondisi Geologis
Gunung Merapi memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kondisi geologi Kecamatan Dukun. Secara garis besar, kondisi
geologis wilayah Kecamatan Dukun dapat dibagi menjadi lima, yakni batuan tak terpisahkan, endapan merapi tua, endapan merapi muda,
endapan awan panas, serta kubah lava dan leleran. Berikut disajikan peta geologi Kecamatan Dukun.
Wilayah dengan formasi geologi batuan tak terpisahkan merupakan wilayah paling luas, yakni 5376,69 hektar dan mencakup
sebagian besar wilayah Kecamatan Dukun. Wilayah endapan merapi tua mencakup 263,204 hektar.Formasi endapan merapi muda
mencakup wilayah paling sempit, yakni seluas 0,8475 hektar. Wilayah dengan formasi endapan awan panasmencakup 56,7148 hektar serta
81
wilayah dengan formasi kubah lava dan leleran mencakup 103,98 hektar.
82
Gambar 4. Peta Geologi Kecamatan Dukun
83
4. Kondisi Geomorfologi
Wilayah Kecamatan Dukun secara geomorfologis terletak pada zona tengah Pulau Jawa.Kondisi geomorfologis ataubentuklahan sangat
erat kaitannya dengan kondisi geologisnya.Wilayah Kecamatan Dukun merupakan bagian dari wilayahGunungMerapi yang secara
geomorfologis terdiri dari bentuklahan vulkanik. Bentuklahan vulkanik terbentuk karena adanya proses vulkanisme yaitu gerakan batuan cair
magma pada permukaan bumi atau ke arah permukaan bumi. Gunung Merapi merupakan gunungapi bertipe strato. Gunung
berapi strato memperlihatkan stratifikasi yang kasar berupa lapisan lava dan material piroklastik yang berselang-seling.Dalam hal bentuklahan
vulkanik ini, Kecamatan Dukun dapat dibagi menjadi empatdaerah bagian tekuk lereng, yakni wilayah lereng Gunung Merapi, wilayah kaki
Gunung Merapi, wilayah dataran kaki Gunung Merapi, dan dataran fluvial Gunung Merapi. Berikut disajikan peta bentuk lahan Kecamatan
Dukun.
84
Gambar 5. Peta Bentuk Lahan Kecamatan Dukun
85
5. Jenis Tanah
Jenis tanah merupakan salah satu faktor yang berpenaruh sangat besar terhadap bentuk penggunaan lahan, terutama pada sektor
pertanian. Berdasarkan peta jenis tanah, wilayah Kecamatan Dukun terbagi menjadi dua jenis tanah, yakni regosol dan mediteran. Peta jenis
tanah di Kecamatan Dukun dapat dilihat pada Gambar 6. Jenis tanah di Kecamatan Dukun ditunjukkan oleh Tabel 12.
Tabel 13. Jenis Tanah di Kecamatan Dukun
No. Jenis Tanah
Luas hektar Persentase
1. Regosol
5432,26 93,64
2. Mediteran
5,35 6,36
Jumlah 5801,43
100
Sumber : Peta Jenis Tanah Kecamatan Dukun Tanah regosol dikategorikan sebagai jenis tanah muda yang
belum menunjukkan adanya diferensiasi atau perkembangan horizon tanah. Tanah regosol mempunyai tekstur pasir, struktur berbutir tunggal,
konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan sedang, dan berasal dari bahan induk material vulkanis piroklastis Junun Sartohadi
dkk, 2013: 116. Persebaran tanah regosol adalah di daerah lereng gunung api muda, seperti pada daerah penelitian, terletak pada formasi
Gunung Merapi Muda. Berdasarkan bahan induknya, tanah regosol yang terdapat di daerah penelitian tergolong ke dalam regosol abu
vulkanik. Regosol abu vulkanik yang dimaksud berasal dari bahan vulkanik hasil erupsi yang dikeluarkan gunung-gunug berapi berupa
debu, pasir, kerikil, batu bom, dan lapili. Tanah regosol di Kecamatan Dukun mempunyai cakupan yang sangat luas dan dominan yakni
sebesar 5432,26ha atau 93,637 persen dari luas total daerah penelitian.
86
Tanah mediteran merupakan tanah dengan batuan induk berupa bahan alluvial dan koluvial. Tanah mediteran mempunyai
kejenuhan basa yang sedang hingga tinggi, bahan organik rendah, daya absorpsi tinggi, permeabilitas rendah, dan kepekaan terhadap erosi
besar. Tanah mediteran di Kecamatan Dukun mempunyai cakupan yang tidak terlalu luas, yakni sebesar 5,35 ha atau 6.363 persen dari luas total
daerah penelitian.
87
Gambar 6. Peta Jenis Tanah di Kecamatan Dukun
88
6. Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan merupakan upaya manusia dalam memanfaatkan lahan yang ada untuk kesejahteraan hidupnya.
Penggunaan lahan yang sesuai dengan prinsip berkelanjutan akan memberikan dampak positif terhadap lingkungan. Sebaliknya, apabila
penggunaan lahan melebihi kemampuan lahan maka akan berdampak negatif terhadap lingkungan. Dalam penelitian ini deskripsi mengenai
penggunaan lahan dicantumkan karena hal ini berhubungan dengan luas lahan permukiman dan pertanian. Luas lahan permukiman erat
kaitannya dengan banyaknya penduduk yang mendiami wilayah tersebut.
Penggunaan lahan di Kecamatan Dukun dapat dikelompokkan menjadi tujuh bentuk penggunaan lahan, antara lain yaitu hutan, tubuh
air, permukiman, sawah, tegalan, kebun, dan lahan berbatu. Penggunaan lahan di daerah penelitian dapat dilihat pada Gambar .
Penggunaan lahan di Kecamatan Dukun juga ditunjukkan oleh Tabel . Tabel 14. Penggunaan Lahan di Kecamatan Dukun
No. Penggunaan Lahan
Luas hektar Persentase
1. Hutan
351,785 6,1
2. Tubuh Air
21,959 0,4
3. Permukiman
511,568 8,8
4. Sawah
2.501,651 43,1
5. Semak Rumput
248,543 4,3
5. Tegalan
834,719 14,4
6. Kebun
760,734 13,1
7. Lahan Berbatu
154,095 2,7
Jumlah 5.801,43
100
Sumber : Peta RBI Lembar Kaliurang dan Muntilan Penggunaan lahan hutan di daerah penelitian
mencakup351,785 hektar atau 6,6064 persen dari total luas daerah penelitian. Penggunaan lahan hutan di wilayah Kecamatan Dukun ini
89
berhubungan dengan adanya Taman Nasional Gunung Merapi. Penggunaan lahan berupa tubuh air di daerah penelitian ini mencakup
luas yang sangat sempit yakni 0,379 persen dari luas keseluruhan daerah penelitian.
Penggunaan lahan berupa permukiman di Kecamatan Dukun mempunyai luas cakupan area sebesar 511,568 hektar atau 8,818
persen dari luas keseluruhan daerah penelitian. Dari peta penggunaan lahan Kecamatan Dukun, dapat terlihat bahwa sebagian besar
persebaran permukiman berada di lereng bagian bawah, sedangkan semakin ke atas, permukiman semain jarang. Penggunaan lahan berupa
permukiman ini menjadi aspek yang penting dalam memperkirakan banyaknya jumlah penduduk yang menggunakan mataair untuk
memenuhi kebutuhan air rumah tangganya sehari-hari. Penggunaan lahan sawah di daerah penelitian mempunyai luas
cakupan area sebesar 2501,651 hektar atau 43,121 persen dari total luas daerah penelitian. Penggunaan lahan berupa sawah ini menempati
persentase luas paling tinggi dibandingkan penggunaan lahan lainnya. Tipe sawah di daerah penelitian menggunakan tipe pergiliran tanaman
padi-padi-palawija. Penggunaan lahan berupa tegalan di Kecamatan Dukun
mempunyai luas 834,719 hektar atau sebesar 14,388 persen dari luas seluruh daerah penelitian. Penggunaan lahan kebundi daerah penelitian
mempunyai luas cakupan area sebesar 760,734 hektar atau13,113 persen dari total luas daerah penelitian. Kedua penggunaan lahan ini
tersebar di lereng bagian atas dari Kecamatan Dukun.
90
Lahan berbatu yang berada di daerah penelitian memiliki luas154,095 hektar dan mencakup sekitar 2,656 persen dari total
keseluruhan luas daerah penelitian. Adanya penggunaan lahan berupa lahan berbatu di daerah penelitian dikarenakan daerah penelitian ini
terletak di lereng barat Gunung Merapi yang masih aktif mengeluarkan hasil proses erupsi yang antara lain berupa aliran lava dan batuan
piroklastik.
91
Gambar 7. Peta Penggunaan Lahan di Kecamatan Dukun
92
7. Ketinggian Tempat
Dalam penelitian ini disajikan data ketinggian tempat untuk mengetahui mataair yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air
rumah tangga dan irigasi terletak pada ketinggian 500 sampai 1000 meter di atas permukaan air laut mdpl. Selain itu, ketinggian tempat
dalam penelitian ini juga ditunjukkan untuk pengambilan sampel kualitas mataair yakni pada bentuklahan dataran kaki gunungapidengan
ketinggian antara 900-1000 mdpl dan dataran aluvial dengan ketinggian antara 500 sampai 600 mdpl.
Kecamatan Dukun sebagai daerah penelitian berdasarkan ketinggian tempat dibagi menjadi tiga wilayah klasifikasi, yakni
ketinggian 400 – 500 mdpl, 500 – 1000 mdpl, dan lebih dari 1000 mdpl.Wilayah Kecamatan Dukun sebagian besar terletak pada
ketinggian 500 – 1000 mdpl. Ketinggian tempat di daerah penelitian dapat dilihat pada Gambar 8.
93
Gambar 8. Peta Ketinggian Tempat Kecamatan Dukun
94
8. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Jumlah dan kepadatan penduduk merupakan faktor yang menggambarkan kondisi demografis di wilayah penelitian. Jumlah dan
kepadatan penduduk ini berpengaruh terhadap imbangan debit mataair dengan pemanfaatan air untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga di
wilayah penelitian. Kecamatan Dukun memiliki jumlah penduduk sebanyak 45.205 jiwa.Jumlah penduduk paling tinggi berada di Desa
Banyudono, yakni sebesar5.336 jiwa.Jumlah penduduk yang paling rendah berada di Desa Keningar, yakni sebesar 605 jiwa.
Rata-rata jumlah penduduk di setiap desa di Kecamatan Dukun berjumlah3014 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk total di Kecamatan
Dukun sebesar 847 jiwa per km
2
.
Tingkat kepadatan penduduk yang paling tinggi berada di Desa Banyubiru dengan jumlah penduduk
sebesar 1849 jiwa per km
2
. Tingkat kepadatan penduduk yang paling rendah berada di Desa Keningar dengan jumlah penduduk sebesar 9
jiwa per km
2
.
95
Tabel 15. Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kecamatan Dukun
No Nama Desa
Jumlah jiwa
Luas km
2
Tingkat Kepadatan Penduduk jiwakm
2
1 Ketunggeng
2.976 2,04
1459 2
Ngadipuro 2.470
1,72 1436
3 Wates
1.439 1,84
782 4
Kalibening 2.616
2,38 1099
5 Ngargomulyo
2.447 9,47
258 6
Keningar 605
6,6 92
7 Sumber
3.648 3,19
1144 8
Dukun 5.181
3,26 1589
9 Banyubiru
5.176 2,8
1849 10 Banyudono
5.336 2,99
1785 11 Mangunsoko
1.532 1,37
1118 12 Sewukan
2.453 1,88
1305 13 Krinjing
2.045 6,09
336 14 Paten
3.062 3,9
785 15 Sengi
4.219 3,87
1090
Jumlah 45.205
53,4 847
Rata-rata 3014
4 1075
Sumber : Analisis Data Sekunder, 2016
96
B. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Pola Sebaran Mataair di Kecamatan Dukun