87 sendiri berbeda dengan prinsip shutter speed maupun ISO, dimana pada
aperture semakin kecil angkanya maka bukaan lensa akan semakin besar begitu juga sebaliknya.
Pada pertemuan kedua dilakukan uji pemahaman siswa mengenai materi yang telah dipelajari melalui tes kognitif berupa soal pilihan ganda dengan jumlah
15 butir soal. Soal pilihan ganda tersebut sebelumnya sudah di uji cobakan di kelas XI MM 1 untuk menguji validitas masing-masing butir soal. Dari 25 soal
yang diujikan terdapat 16 butir soal yang valid sedangkan 4 butir soal gugur. Berdasarkan hasil tes kognitif siswa pada siklus I diketahui bahwa nilai tertinggi
sebesar 14 dengan nilai 93,33 sedangkan nilai terendah sebesar 8 dengan nilai 53,33. Sebanyak 31 siswa lulus tes dan 5 siswa tidak lulus tes. Presentase siswa
yang lulus tes sebesar 86,11 dimana sudah mencapai kriteria keberhasilan tes yaitu sebanyak 75 siswa mencapai nilai KKM. Banyak siswa yang mencapai
nilai KKM dikarenakan banyak siswa yang sudah mulai memahami konsep prosedur pengoperasian kamera DSLR, akan tetapi untuk praktik secara
langsung menggunakan kamera DSLR beberapa siswa masih belum benar- benar terbiasa.
2. Siklus II a. Pertemuan 1
Pada siklus II, materi yang diajarkan yaitu prosedur pengoperasian kamera DSLR untuk menghasilkan foto dengan teknik blurring. Sama seperti pada siklus
I, anggota serta kamera DSLR yang digunakan dalam satu kelompok tidak berubah. Berdasarkan data hasil pengamatan pada pertemuan pertama siklus II,
skill pengoperasian kamera DSLR siswa paling tinggi berada pada aspek komposisi foto yaitu sebesar 2860 dengan rata-rata 79,44. Pada pertemuan
88 pertama siklus II ini aspek komposisi foto masih menjadi aspek yang menempati
rata-rata tertinggi dari pertemuan kedua siklus I. Siswa mulai terbiasa untuk menempatkan objek pada kaidah komposisi yang tepat.
Tugas yang diberikan pada pertemuan kedua yaitu pengambilan gambar dengan menggunakan teknik blurring. Teknik blurring diaplikasikan pada fotografi
fotografi produk product photography. Jenis fotografi produk merupakan fotografi yang fokus dalam menonjolkan produk yang difoto dengan beberapa
cara diantaranya membuat background foto menjadi blur serta dengan pengaturan posisi produk komposisi foto. Dalam pendampingan praktikum, guru
bersikap semakin aktif dan responsif sehingga siswa tidak malu-malu lagi untuk benyak bertanya kepada guru ketika ada yang belum dipahami. Berdasarkan
hasil pengamatan tercatat 17 siswa aktif bertanya kepada guru ketika sesi praktikum dengan pendampingan guru dilaksanakan, sedangkan sisanya saling
berdiskusi dengan teman dalam kelompoknya. Skill pengoperasian kamera DSLR siswa yang diamati pada pertemuan
pertama siklus II sama seperti pada siklus I yaitu aspek aperture, shutter speed, ISO, focal length, pemilihan lensa, dan komposisi foto. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa rata-rata tertinggi seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya berada pada aspek komposisi foto dengan rata-rata 79,44
sedangkan menyusul dibawahnya aspek focal length dengan rata-rata 78,33, kemudian disusul aspek pemilihan lensa dengan rata-rata 75,00, disusul oleh
aspek ISO dengan rata-rata 71,11, kemudian disusul oleh aspek shutter speed dengan rata-rata 69,44, dan yang paling rendah yaitu aspek aperture dengan
rata-rata 68,33. Secara keseluruhan, aspek skill pengoperasian kamera DSLR
89 siswa mengalami peningkatan rata-rata jika dibandingkan dengan pertemuan
kedua pada siklus I. Pada pertemuan pertama siklus II ini siswa dilatih untuk menghasilkan
gambar dengan teknik blurring yang sangat berkaitan erat dengan pengaturan aperture atau bukaan lensa serta pengaturan focal length. Beberapa siswa masih
kesulitan dengan pengaturan nilai aperture untuk teknik blurring dimana seharusnya untuk menghasilkan foto dengan background blur nilai aperture
diatur pada angka yang paling kecil yang artinya bukaan lensa paling lebar. Akan tetapi beberapa siswa manaikkan nilai aperture dari yang seharusnya karena
ketika bukaan lensa berada pada posisi paling lebar cahaya yang masuk ke sensor kamera akan semakin banyak sehingga foto menjadi over exposure.
Untuk mengatasi over exposure tersebut siswa malah menaikkan angka aperture daripada mengatur aspek yang lain seperti nilai shutter speed dan ISO.
b. Pertemuan 2