Metode Penelitian METODE PENELITIAN

Secara spasial, peneliti mengamati keterpisahan jarak antara kedua kelompok narasumber, dimana yang satu berada di lingkungan asrama dengan tembok pemisah yang jelas, sedangkan kelompok lain tinggal dalam rumah-rumah di sekitar asrama tersebut. Pengamatan juga memerlukan kepekaan rasa Moleong, 2004 sebab yang dicari adalah persepsi dari para subjek penelitian. Hal penting untuk dipahami adalah bentuk interaksi sosial yang terjalin, yaitu seberapa berhasil proses integrasi dan akomodasi bisa berjalan di tempat penelitian. b. Wawancara Maksud mengadakan wawancara yang dilakukan oleh pewawancara interviewer dan yang diwawancarai interviewee menurut Lincoln dan Guba 1985: 266 antara lain: mengonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain kebulatan; merekonstruksi kebulatan- kebulatan yang demikian sebagai yang dialami masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang telah diharapkan untuk dialami pada manusia yang akan datang dikutip dari Moleong, 2004: 135. Wawancara mutlak diperlukan untuk memahami persepsi para subjek penelitian dari dua kelompok dalam penelitian ini. Persepsi diperoleh dari pertanyaan mengenai perasaan, pendapat, perspektif, pengalaman, perilaku, dan segala hal yang berkaitan dengan indera atas hubungan kedua kelompok untuk memahami interaksi sosialnya serta seberapa jauh nilai-nilai multikulturalisme dipraktikkan. Pertanyaan utama lain berkaitan dengan pengetahuan atas wacana multikulturalisme para subjek penelitian. Semua pertanyaan penelitian dirumuskan dalam pedoman wawancara secara terstruktur sehingga wawancara yang dipakai adalah model wawancara terstruktur. Namun tak menutup kemungkinan akan dibawa dalam suasana pembicaraan informal untuk menggali topik-topik dalam daftar pertanyaan dengan sebaik dan sedalam mungkin. Pada rentang tanggal 16-26 Oktober 2015 peneliti melakukan wawancara kepada para responden di Asrama Deiyai. Sedangkan pada rentang tanggal 29-31 Oktober 2015 peneliti melakukan wawancara kepada para responden warga asli Dusun Tegalwaras. c. Dokumentasi Dokumentasi menurut Guba dan Lincoln 1981 adalah setiap bahan tertulis maupun film, bukan record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik dikutip dari Moleong, 2004: 161. Dokumentasi pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman dan kepercayaannya Moleong, 2004: 161. Dokumentasi yang peneliti peroleh dari Asrama Deiyai adalah peraturan asrama yang tertulis di spanduk. Spanduk tersebut sempat dipasang di pintu masuk asrama, namun saat penelitian dilakukan spanduk tersebut sedang disimpan di salah satu kamar penghuni. Dokumen lain yang didapat adalah Buku Panduan Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Yogyakarta-Solo IPMADE YOG-LO milik salah seorang penghuni asrama bernama Mensep Dogomo. Semua penghuni asrama dibekali buku panduan tersebut.

E. Teknik Pengambilan Sampel

Menurut Lincoln dan Guba 1985, paradigma penelitian alamiah adalah bahwa peneliti mulai dengan asumsi bahwa konteks itu kritis sehingga masing-masing konteks itu ditangani dari segi konteksnya sendiri dikutip dari Moleong, 2004: 165. Penelitian kualitatif selalu berkaitan dengan faktor-faktor kontekstual, sehingga sampel dalam penelitian ini adalah untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai sumber dan bangunannya. Untuk mencari konteks yang khas dan unik, maka sumber atau sampel penelitian ditentukan sejak awal. Tidak acak random, melainkan bertujuan purposive. Purposive sample adalah pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut-paut yang serta dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Dalam konteks praktik multikulturalisme, sumber-sumber dengan ciri-ciri atau sifat unik dan khas tersebut adalah warga Papua dan warga Yogyakarta, dan masing-masing dipilih beberapa orang sebagai sampel: sejumlah warga Papua yang tinggal di Asrama Deiyai dan juga beberapa