Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
4 dampak, serta pencegahannya sebelum melakukan praktik bengkel atau
lapangan. Salah satu tujuan dalam mempelajari K3 adalah meningkatkan pengetahuan siswa dalam meminimalisir kecelakaan kerja serta mencegah
dampak yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja atau bengkel. K3 sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari atau dalam lingkungan kerja. Lingkungan
SMK, K3 bertujuan untuk meminimalisir kecelakaan kerja yang bisa terjadi pada saat melakukan praktik bengkel. Tujuan pembelarajan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja K3 adalah upaya untuk mencapai situasi perusahaan, dimana pegawai di dalamnya merasa sehat, dan merasa aman dari suatu Bahaya
maupun Risiko yang muncul. Tujuan akhir dari suatu program K3 di perusahaan adalah tidak adanya angka Kecelakaan kerja, bahkan hingga tidak adanya angka
kesakitan akibat kerja di dalam perusahaan. Kesehatan dan juga keselamatan merupakan suatu kebutuhan yang
paling mendasar. Terkadang hal yang kita butuhkan tidak semuanya terpenuhi. Kebutuhan-kebutuhan yang bersifat abstrak seperti halnya Kesehatan dan juga
keselamatan yang memang belum terjadi. Seseorang akan cenderung memahami, jika orang tersebut mengalaminya sendiri. Hal ini yang seringkali
menjadi permasalahan utama dalam suatu program K3 di sekolah. Guru atau tenaga pendidik, sering bahkan tidak pernah bosan menjelaskan tentang Bahaya
dan Risiko. Jika di bengkel atau kelas yang memang belum pernah mengalami Terpapar oleh Bahaya dan Risiko tersebut, cenderung mengabaikan. Beberapa
kalimat ketika orang itu belum pernah mengalami kejadian kecelakaan kerja seperti “belum pernah terjadi kok” atau “tidak apa-apa tidak dipakai, sudah
terbiasa”. Hal ini menjadi alasan bahwa kesadaran mereka dalam mengikuti
5 menerapkan K3 di kelasbengkel belum sepenuhnya mengerti. Hubungannya
dengan keselamatan dan kesehatan kerja pada saat melakukan praktik listrik di bengkel, perilaku siswa dalam implementasi keselamatan dan kesehatan kerja
K3 belum berjalan dengan baik. Berdasarkan Data dan Obeservasi di SMK N 1 Pundong Jurusan Teknik
Instalasi Tenaga Listrik pada tanggal 11 Septermber 2015, terlihat bahwa saat siswa praktik masih ada beberapa siswa yang mengabaikan keselamatan dan
kesehatan kerjanya dan unsur – unsur K3 belum terimplementasikan dengan
maksimal, penerapan APD Alat Pelindung Diri juga belum diimplementasikan secara maksimal, padahal hal tersebut penting untuk mencegah kecelakaan dan
penyakit akibat kerja yang terjadi di sekolah. Belum diterapkan bagaimana cara menangani bahaya yang terjadi pada saat praktik. Saat praktik penerapan
mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 sangatlah penting. Sarana Prasarana yang sangat minim dan terbatas menjadi salah satu sebab peserta
didik belum maksimal untuk mengimplementasikan K3 yang ada di bengkel. Minimnya poster K3 di bengkel. Poster K3 juga sangat bengaruh kepada siswa,
terutama mengenai karakternya dalam menciptakan budaya K3. Siswa Sering mengabaikan peraturan K3 yang sudah diterapkan oleh sekolah, seperti memakai
helm hanya untuk sekedar syarat pada saat praktik ketika sudah beberapa menit kemudian mereka copot kembali. Obseravasi pada Siswa Kelas XI jurusan TITL
Teknik Instalasi Tenaga Listrik kelas A dan B, terlihat perbedaaan karakter dari masing-masing siwa. Kelas A lebih cepat dan tanggap jika diberi tugas atau
pekerjaan di bengkel, dan berfikir cepat ketika minimnya peralatan K3 yang ada di bengkel, seperti pada saat pembelajaran Instalasi Bangunan Bertingkat
6 minimnya helm, mereka mencari helm sendiri di luar kelas. Pelajaran yang sama
kelas B cenderung memakai seadanya yang ada di bengkel. Tanggung jawab kerapian setelah praktik seperti bahan yang tidak diperlukan kelas A dan B
berbeda perlakuannya. Hal ini menjadi perbedaan dalam mengimplementasikan K3 dengan baik. Kuranganya perhatian dan sosialisasi K3 yang diberikan kepada
siswa pada saat pembelajaran. Penerapan K3 merupakan suatu proses penerapan konsep agar mencapai tujuan yang ditetapkan.
Implementasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah karakter siswa itu sendiri dan Sarana Prasarana K3 di sekolah, kemudian siswa akan menilai
atau meresponya dengan cara menolak atau menerima pengetahuan tersebut, dan terwujud dalam tindakan yang berulang
– ulang sehingga akan terbentuk perilaku. Aspek perilaku terdiri dari pengetahuan, sikap, dan tindakan, sehingga
tercapainya suatu hal yang diinginkan dalam implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja K3 yaitu terhindar dari kecelakaan kerja. Uraian tersebut
disimpulkan bahwa siswa belum sadar mengenai implementasi penggunaan konsep K3 di sekolah.
Implementasi pada bidang K3 bukanlah suatu kemampuan yang mudah dibentuk, melainkan harus melalui pembiasaan. Pembiasaan dilakukan semenjak
mengikuti pembelajaran dan mengerjakan tugas selama pembelajaran di sekolah. Pengetahuan dan sarana dan prasana yang mendukung serta karakter siswa
untuk membiasakan diri melaksanakan dan melatih kesadaran implementasi dalam bidang K3. Pengetahuan diperlukan untuk mencari serta menganalisis
faktor – faktor penyebab bahaya, solusi dan resiko kerja saat berada di
laboratorium.
7 Permasalahan yang menarik adalah bagaimana memberi gambaran yang
jelas kepada siswa tentang mengenai pentingnya K3 dan sarana prasarana di dunia industri maupun di sekolah diharapkan kelak dapat dijadikan bekal bagi
siswa untuk menjaga keselamatan dan kesehatan kerja apabila bekerja.