74
Persepsi terhadap “go green” atau penyelamatan bumi dari kerusakan mendapatkan posisi yang teramat penting bagi kalangan konsumen Singapura
dimasing-masing segmen pasar. Tak heran jika Singapura menjadi negara yang sangat pro terhadap lingkungan, terlihat dari hampir mayoritas penduduknya
memberi perhatian lebih terhadap isu lingkungan yang saat ini sedang menjadi tren.
Keputusan pembelian rumah tangga didominasi oleh berdua antara suami dan istri pada jenis-jenis produk tabungan, liburan, dan asuransi. Sedangkan kaum
suami mendominasi dalam jenis produk kendaraan, dan istri mendominasi jenis produk kelontong dan mebel.
4.5. Implikasi Manajerial
1. Kecenderungan mengikuti atau membuat tren terbaru menjadi gaya hidup
yang paling menonjol dari konsumen di Indonesia, menggambarkan bahwa Indonesia adalah pasar potensial bagi produk-produk yang diakomodasi oleh
isu-isu global seperti produk-produk organik, ramah lingkungan, teknologi dan lain-lain. Sedangkan di Singapura sikap selektif dalam membeli pada tipe
konsumen Singapua. Hal ini menjadikan produk yang mampu diterima baik oleh pasar tersebut merupakan produk-produk prestisius dan bermerek atau
produk yang mampu memberikan nilai prestis bagi konsumen itu sendiri. 2.
Jenis produk fashion akan sangat digemari oleh konsumen Singapura. Produk fashion
menjadi icon bagi negara ini mengingat Singapura juga merupakan negara wisata belanja di Asia disamping konsumen dalam negeri Singapura
juga merupakan konsumen penggila fashion. Sedangkan di Indonesia, produk- produk yang mampu mengangkat suatu isu-isu lingkungan sekitar yang
sedang hangat dibicarakan akan mudah dan cepat untuk diserap pasar. Mengingat daya respon konsumen Indonesia yang peka terhadap isu yang
berkembang. Hal ini harus mampu dibaca oleh para pemasar yang akan menjual produknya di Indonesia.
3. Indonesia memasuki era dimana konsumen sedang tumbuh menjadi konsumen
dewasa atau memasuki era moderen. Para pemasar harus jeli membaca situasi ini dimana konsumen disini mulai pintar dalam membelanjakan uangnya,
75
terlihat hasil penelitian ini menganai gaya hidup metropolis dan modern living yang muncul pada konsumen di Indonesia. Pemasar harus mampu membaca
keinginan konsumen disini karena konsumen disini akan menggunakan logikanya dalam membelanjakan uang. Mereka akan membeli barang-barang
yang memang mereka butuhkan dan baik untuk diri mereka, misalkan dari segi kesehatan dan manfaatnya. Konsumen Singapura sendiri sudah masuk
dalam gaya hidup seperti itu namun dalam hasil penelian ini, konsumen di Singapura sudah lebih maju dari konsumen Indonesia. Hal ini terlihat dari
gaya hidup quality oriented yang muncul di Singapura. Konsumen Singapura sudah mampu untuk memilah dan berorientasi pada kualitas suatu produk.
Oleh sebab itu produk-produk yang berkualitas tinggi akan mampu diserap pasar Singapura dengan lebih baik.
4. Mengingat kecenderungan etnosentris konsumen Indonesia yang tinggi maka
produsen-produsen dalam negeri di Indonesia dapat mengambil kesempatan yang baik untuk memasarkan produknya. Peran pemerintah Indonesia akan
sangat membantu dalam meningkatkan kecintaan terhadap produk dalam negeri dengan mengkampanyekan cinta produk Indonesia dan memberikan
contoh suatu gebrakan dalam merubah mind-set konsumen Indonesia terhadap produk dalam negeri. Sedangkan di Singapura merupakan pasar yang sangat
potensial pagi pemasar global untuk masuk dan akan mampu diserap pasar dengan baik.
5. Komunikasi pemasaran yang menggunakan isu-isu lingkungan hanya bisa
digunakan pada konsumen kelompok Moderat sehingga pemasar perlu meredam atau meminimalisir isu-isu lingkungan jika produk ditujukan bagi
pasar sasaran kelompok Tradisionalis. Produk-produk ramah lingkungan atau produk yang mengusung isu-isu global akan mudah diserap oleh pasar
Tradisionalis. 6.
Produk dan startegi promosi yang mengedepankan gaya hidup metropolis akan lebih efektif dipasarkan pada kelompok Moderat. Sedangkan untuk
kelompok Tradisionalis akan lebih efektif jika fokus terhadap konsep tradisional atau produk-produk dalam negeri yang bernuansakan keaslian
budaya lokal.
76
7. Konsumen kelompok Liberal di Singapura akan lebih mudah menerima
komunikasi pemasaran atau produk yang mengusung isu sosial atau yang mampu merepresentasikan status sosial mereka dan tidak berorientasi pada
kelompok tertentu. Produk-produk bergengsi dan memiliki nilai prestisius akan lebih diminati di pasar sasaran Liberal. Sebaliknya pada kelompok
Moderat di Singapura, bagi pasar sasaran kelompok Moderat sebaiknya pemasar menggunakan komunikasi pemasaran yang berorientasi pada
kelompok tertentu serta tidak mengusung isu-isu sosial. Artinya pasar sasaran akan lebih dispesifikan pada satu jenis kelompok atau bidang. Bagi pemasar
yang ingin membidik pasar Moderat ini maka sebaiknya pendistribusian produk berdasarkan pada spesifik lokasi dimana suatu kelompok bereksistensi.
8. Produk yang berkonsep “go green” dapat sukses di pasar Indonesia dan
Singapura namun penyerapan pasar akan lebih maksimal di Singapura. Mengingat bahwa opini konsumen di Singapura terhadap “go green” adalah
sangat penting sedangkan pada konsumen Indonesia hanya menganggap sebatas penting saja. Akan menjadi suatu hal yang penting bagi pemasar untuk
bergerak bersama-sama untuk menciptakan produk yang ramah lingkungan. 9.
Sebaiknya komunikasi pemasaran bagi pasar sasaran kelompok Tradisionalis menggunakan konsep yang lengkap dan lebih terperinci agar mudah ditangkap
oleh konsumen Tradisionalis. Sedangkan bagi kelompok Moderat dan Liberal penggunaan komunikasi pemasaran dapat mengusung konsep-konsep yang
sederhana mengingat level pendidikan yang tinggi di masing-masing kelompok.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan