31
IV. ANALISIS SITUASIONAL DISTRIBUSI PUPUK DI BANYUMAS
4.1 Profil Daerah
Kabupaten Banyumas adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dengan Purwokerto sebagai Ibukotanya. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Brebes di utara, Kabupaten
Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, dan Kabupaten Kebumen di timur, serta Kabupaten Cilacap di sebelah selatan dan barat. Gunung Slamet, gunung tertinggi di Jawa Tengah terdapat di ujung utara
wilayah kabupaten ini. Luas wilayah Kabupaten Banyumas sekitar 1.327,60 km
2
atau setara dengan 132.759,56 ha, dengan keadaan wilayah antara daratan dan pegunungan dengan struktur pegunungan terdiri atas
sebagian lembah Sungai Serayu untuk tanah pertanian, sebagian dataran tinggi untuk pemukiman, pekarangan, dan sebagian pegunungan untuk perkebunan dan hutan tropis terletak di lereng Gunung
Slamet. Keadaan cuaca dan iklim di Kabupaten Banyumas memiliki iklim tropis basah. Karena terletak
di antara lereng pegunungan jauh dari pesisir pantai maka pengaruh angin laut tidak begitu tampak. Namun dengan adanya dataran rendah yang seimbang dengan pantai selatan, angin hampir nampak
bersimpangan antara pegunungan dengan lembah dengan tekanan rata-rata antara 1.001 mbs, dengan suhu udara berkisar antara 21,4° C - 30,9° C. Kondisi cuaca dan iklim inilah yang mendukung
Banyumas cocok untuk dikembangkan sebagai salah satu daerah pertanian tanaman pangan seperti padi, jagung, dan berbagai macam umbi-umbian.
Kabupaten Banyumas sendiri terdiri dari 27 kecamatan dan tersebar sekitar 301 desa dan 30 kelurahan. Adapun 27 kecamatan yang juga menjadi studi dari penelitian ini disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Daftar Kecamatan di Kabupaten Banyumas
Nama Kecamatan
1. Lumbir
2. Pekuncen
3. Wangon
4. Cilongok
5. Jatilawang 6.
Karanglewas 7.
Rawalo 8.
Sokaraja 9.
Kebasen 10.
Kembaran 11.
Kemranjen 12. Sumbang 13.
Sumpiuh 14.
Baturaden 15.
Tambak 16.
Kedung Banteng 17.
Somagede 18. Purwokerto Selatan. 19.
Kalibagor 20. Purwokerto Barat. 21.
Banyumas 22. Purwokerto Timur. 23.
Patikraja 24.
Purwokerto Utara. 25.
Purwojati 26.
Ajibarang 27.
Gumelar
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Banyumas 2010
32 Pada tahun 2010 Kabupaten Banyumas menjadi salah satu kabupaten percontohan pertanian dan juga
merupakan penyandang pangan nasional di wilayah provinsi Jawa Tengah serta mampu berswasembada beras. Namun pada tahun 2008 karena pembangunan infrastuktur dan industri
mengakibatkan luas panen padi sawah menurun 0.9 dari tahun sebelumnya BPS 2009.
4.2 Distribusi Pupuk di Banyumas
Kabupaten Banyumas telah menerapkan sistem distribusi tertutup untuk menyalurkan seluruh pupuk bersubsidi dari pemerintah kepada perorangan warga negara Indonesia yang mengusahakan
lahan miliknya sendiri atau milik orang lain untuk budidaya tanaman pangan atau hortikultura. Penerapan sistem distribusi tertutup ini diterapkan sejak tanggal 1 Januari 2009 sesuai dengan
Peraturan Menteri Perdagangan No 07M-DAGPER22009. Dalam hal ini penyaluran pupuk kepada petani ditentukan berdasarkan rencana definitif kebutuhan kelompok RDKK, yakni tiap kelompok
petani mencatat nama anggota, alamat dan luas lahan. Menurut Permentan no.50PermentanSR.130112009, RDKK sendiri merupakan perhitungan rencana kebutuhan pupuk
bersubsidi yang disusun oleh kelompok tani berdasarkan luasan areal usaha tani yang diusahakan petani, pekebun, peternak dan pembudidaya ikan dan atau udang anggota kelompok tani dengan
rekomendasi pemupukan berimbang spesifik lokasi. Petani sebagai pelaku utama melalui musyawarah menyusun RDKK yang merupakan rencana
kerja usaha tani dari kelompok tani untuk satu periode 1 satu tahun berisi rincian kegiatan dan kesepakatan bersama dalam pengelolaan usaha tani. Dari RDKK inilah kebutuhan pupuk untuk suatu
lokasi tertentu selama satu tahun dapat diperkirakan. Namun demikian jatah pupuk bersubsidi ini hanya diperuntukan bagi petani yang terdaftar saja pada kelompok tani tertentu atau sering disebut
petani legal. Selanjutnya RDKK dari setiap kelompok tani akan dikumpulkan di kecamatan untuk direkap
oleh Pemerintah Daerah dan hasilnya akan diserahkan kepada Pemerintah Provinsi untuk disatukan dengan RDKK yang berasal dari kabupaten di seluruh Jawa Tengah. Hasil dari RDKK ini akan
diserahkan pada Dinas Pertanian pusat untuk diolah dan ditindaklajuti dengan kebijaksanaan Menteri pertanian yang hasilnya merupakan kebutuhan pupuk nasional untuk tahun tertentu.
Kebutuhan pupuk nasional ini akan diserahkan kepada produsen pupuk yang bertanggung jawab di area lokasi kerjanya untuk memproduksi sejumlah kebutuhan yang telah ditentukan tersebut.
Dari tahap inilah distribusi pupuk nasional dimulai. Ada beberapa istilah yang sering digunakan untuk mendiskripsikan lokasi dalam distribusi pupuk bersubsidi ini, istilah tersebut adalah :
1. Lini I adalah lokasi gudang pupuk di wilayah pabrik dari masing-masing produsen atau di
wilayah pelabuhan tujuan untuk pupuk impor. 2.
Lini II adalah lokasi gudang produsen di wilayah ibukota provinsi dan Unit Pengantongan Pupuk UPP atau diluar wilayah pelabuhan.
3. Lini II adalah lokasi gudang produsen dan atau distributor di wilayah kabupatenkota yang
ditunjuk atau ditetapkan produsen. 4.
Lini IV adalah lokasi gudang atau kios pengecer di wilayah kecamatan dan atau desa yang ditunjuk untuk ditetapkan oleh distributor.
Setelah pupuk bersubsidi yang diproduksi oleh produsen selesai, maka pupuk tersebut akan diletakan di Lini I dan siap untuk disalurkan pada Lini berikutnya. Produsen disini memiliki tanggung jawab
untuk melakukan pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi sesuai dengan prinsip enam tepat dari