Sistem Distribusi Pupuk Bersubsidi

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pupuk Bersubsidi

2.1.1 Pupuk

Pupuk merupakan salah satu faktor produksi yang penting dalam usaha tani, terutama dalam rangka meningkatkan produksi tanaman pangan. Dari beberapa hasil penelitian dapat diketahui adanya korelasi yang nyata antara tingkat pemakaian pupuk dengan tingkat produksi padi. Pupuk sendiri dapat diartikan sebagai bahan yang diberikan ke dalam tanah sebagai penyedia unsur yang diperlukan oleh tanah agar produktivitas tanah meningkat Pertiwi 2005. Sedangkan menurut Puspita 2002 pupuk adalah bahan yang diberikan kepada tanaman baik langsung maupun tidak langsung guna mendorong pertumbuhan tanaman, meningkatkan produktivitas atau memperbaiki kualitasnya sebagai akibat perbaikan nutrisi tanaman. Pupuk merupakan senyawa yang mengandung unsur hara yang diberikan pada tanaman. Pupuk sendiri dapat dikelompokan menjadi pupuk organik dan anorganik. Pupuk UREA, KCL, TSP merupakan contoh pupuk anorganik. Sedangkan kompos, pupuk kandang dan pupuk hijau merupakan contoh pupuk organik. Berdasarkan hasil penelitian Deptan 1995 ada lima aspek yang dipertimbangkan petani dalam mengkonsumsi pupuk, yaitu : 1. Aspek teknis jenis tanaman, pola tanam, keadaan lahan 2. Aspek ekonomis harga pupuk, harga output, luas lahan, produksi dan modal 3. Aspek sosial pengalaman dan pengetahuan usaha tani, saran sesama kelompok tani, dan saran PPL 4. Aspek kelembagaan kebijakan penyaluran pupuk, penyaluran kredit usaha tani, efisiensi pemupukan, ketepatan waktu penyaluran pupuk 5. Aspek ekologis iklimcuaca, ketersediaan irigasi Di Indonesia telah banyak diperdagangkan berbagai macam jenis pupuk. Sebagian besar jenis pupuk yang diproduksi di Indonesia merupakan hasil produksi 5 perusahaan pupuk BUMN Indonesia. Perusahaan tersebut antara lain PT. Pupuk Iskandar Muda, PT. Pupuk Sriwijaya, PT. Pupuk Kujang, PT. Petrokimia Gresik, dan Pupuk Kalimantan Timur. Dari kelima perusahaan pupuk BUMN itulah di produksi pupuk bersubdi. Adapun jenis pupuk yang disubsidi oleh pemerintah adalah Urea, SP-36, ZA, NPK dan Pupuk Organik.

2.1.2 Sistem Distribusi Pupuk Bersubsidi

Subsidi adalah bantuan yang diberikan pemerintah kepada produsen. Subsidi pada dasarnya adalah penambahan pendapatan bagi produsen, oleh karena itu disebut pajak tak langsung negatif BPS 2000. Subsidi juga dapat berarti sebuah pembayaran yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengkompensasi produsen agar harga barang atas jasa yang diproduksinya berada di bawah harga pasar Horner dan Liebster 1980 dalam Ardi 2005. Sebuah industri dapat menerima subsidi disebabkan industri tersebut mempunyai peranan yang penting dalam perekonomian suatu negara. Bagaimanapun juga seperti pajak, subsidi dapat menimbulkan efek yang kurang menguntungkan. Subsidi dapat membuat sebuah perusahaan menjadi 5 terlalu bergantung kepada pemerintah, sehingga menghabiskan sumberdaya yang seharusnya dapat lebih berguna di tempat lain Chishelm dan Marilu 1978 dalam Ardi 2005. Distribusi adalah proses penyaluran suatu barang dari produsen kepada konsumen dengan tahapan tertentu. Sedangkan menurut SK Menperindag No. 702003 distribusi pupuk atau penyaluran pupuk adalah proses penyampaian pupuk dari tingkat produsen sampai ke tingkat konsumen. Distribusi sendiri dapat diartikan sebagai kegiatan penyaluran suatu barang dari produsen ke konsumen. Kebijakan pemerintah tentang distribusi pupuk bersubsidi dilakukan dengan pola tertutup. Pelaksanaan pola tertutup yang mulai dilaksanakan pada Januari 2009 ditujukan menghindari terjadinya kelangkaan pupuk dan penyimpangan pendistribusian pupuk ke sektor lain selain pertanian. Secara umum, teknis distribusi pupuk bersubsidi dengan pola tertutup sesuai Permendag dan Permentan itu cukup tegas mengatur tanggung jawab produsen Lini I-II, distributor Lini III, dan penyalur Lini IV. Dalam hal ini, tanggung jawab produsen yakni menetapkan wilayah tanggung jawab pengadaan dan penyaluran pupuk ke masing-masing distributor yang dicantumkan dalam Surat Perjanjian Jual Beli SPJB atau kontrak. Produsen juga berkewajiban menjamin kelancaran arus barang melalui penyederhanaan prosedur penebusan pupuk, dan dalam penyaluran pupuk bersubsidi itu harus mempertimbangkan Harga Eceran Tertinggi HET. Sementara itu, distributor berkewajiban melaksanakan pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi sesuai ketentuan yang ditetapkan produsen berdasarkan prinsip enam tepat yakni tepat waktu, jumlah, jenis, tempat, mutu dan harga yang layak. Distributor juga wajib menyampaikan daftar pengecer di wilayah tanggung jawabnya kepada produsen yang ditembuskan kepada kepala dinas provinsikabupaten dan tim pengawas pupuk provinsikabupaten. Sedangkan tanggung jawab penyalur yakni dalam melaksanakan pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi harus sesuai ketentuan distributor berdasarkan prinsip enam tepat kepada petani atau kelompok tani. Penyalur wajib melakukan pencatatan dan penyusunan daftar seluruh petani yang akan dilayani di wilayah tanggung jawabnya yang disahkan oleh kepala desa atau Petugas Penyuluh Lapangan PPL setempat. Penyalur hanya dapat melakukan penebusan pupuk bersubsidi dari satu distributor yang ditunjuk, dan hubungan kerja antara distributor dan penyalur juga diatur dengan SPJB Permendag Nomor 21M-DAGPER62008.

2.1.3 Kriteria Pendistribusian Pupuk