48 Gambar 21. Hasil Pengujian JST dengan pembulatan nilai simulasi
Hasil di atas menunjukkan bahwa jaringan tersebut telah dapat mengenali pola-pola lain di luar pola yang telah dilatihkan dan dapat digunakan untuk mendeteksi kelangkaan pupuk yang akan
terjadi. Penyimpangan jaringan dalam mendeteksi level kelangkaan bisa dimungkinkan karena data pengujian masih terlalu asing dan tidak memiliki pola yang sama dengan beberapa pola data pelatihan.
Menurut Effendy et al. 2008, kegagalan suatu jaringan dalam memprediksi suatu nilai sebenarnya disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain karena variabel input yang berjumlah banyak maka
idealnya data yang dilatihkan tidak hanya sedikit. Karena semakin banyak jenis atau tipe yang dilatihkan, jaringan akan semakin baik mengenali pola-pola tertentu.
5.5 Bentuk dan Interface Program EWS
Kemampuan jaringan dalam mendeteksi pola kelangkaan yang terjadi dapat dimanfaatkan sebagai prototipe untuk mengembangkan EWS agar mudah digunakan oleh semua pihak yang
bersangkutan. Dalam tahapan ini dibuatlah sebuah aplikasi prototipe yang diharapkan bisa mendeteksi sinyal kelangkaan dari delapan masukan yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk memudahkan
dalam penggunaan jaringan yang telah dikembangkan sebagai EWS maka dibuatlah sebuah tampilan muka agar lebih mudah dioperasikan.
Prototipe ini diawali dengan adanya welcome screen dan beberapa fitur bantuan agar pengguna bisa mengerti cara menggunakan program ini. Untuk memulai analisis maka user perlu
menekan tombol “Mulai Analisa” agar program dapat masuk ke halaman utama. Gambar interface halaman utama program dapat dilihat pada Gambar 22.
Setelah masuk ke halaman utama, untuk menggunakan program ini user harus menentukan lokasi kecamatan yang akan diuji. Setelah memilih maka tahapan selanjutnya adalah menginputkan
data yang dianggap dapat menyebabkan kelangkaan. Setelah data semua terinput dengan baik. Untuk menganalisis user cukup dengan menekan tombol Analisa maka level kelangkaan pupuk pada suatu
kecamatan dapat terdeteksi dengan cepat dan effisien.
49 Gambar 22. Tampilan Muka dari EWS kelangkaan Pupuk
Untuk menilai kemampuan JST dalam mendeteksi kelangkaan pupuk urea sedini mungkin, maka dipilihlah satu kecamatan sebagai contoh yaitu Kecamatan Baturaden. Berikut adalah hasil
deteksi menggunakan Sitem Deteksi Dini dan tampilan muka program EWS dengan inputan parameter yang dimiliki Kecamatan Baturaden.
Gambar 23. Contoh Penggunaan Prototipe Deteksi Dini Keluaran hasil deteksi dini ini berupa informasi tingkat kelangkaan pupuk dan juga nilai skor
krisis dalam angka. Hasil tersebut menandakan bahwa Kecamatan Baturaden berpotensi mengalami kerawanan. Hal ini dimungkinkan karena selain memiliki lahan pertanian yang luas ± 3800 ha ,
Baturaden juga merupakan daerah pegunungan yang subur sehingga permintaan akan pupuk pasti besar. Permintaan yang tinggi inilah yang memicu adanya kelangkaan pupuk terutama jenis urea.
Dengan adanya informasi dari hasil deteksi dini ini dan atribut yang menjadi inputan JST, hasil tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan protokol kelangkaan pupuk urea
bersubsidi. Berdasarkan analisis bobot jaringan syaraf yang terbentuk dilihat dari besarnya bobot dan
fluktuasi bobot dapat pula diketahui atribut input jarigan yang memiliki faktor yang dianggap penyebab utama kelangkaan pupuk yang terjadi. Urutan faktor tersebut secara adalah adalah :
50 1.
Selisih harga pupuk subsidi dan non-subsidi X1 2.
Jumlah ketersediaan pupuk urea daerah X4 3.
Dosis pupuk yang digunakan petani X7 4.
Perkiraan jumlah pupuk yang hilang X2 5.
Alokasi urea untuk Per-Kecamatan di Banyumas X5 6.
Anggaran dana pemerintah untuk subsdi pupuk X3 7.
Harga gabah kering giling X6 8.
Data curah hujan kecamatan di Banyumas X8 Nilai ini ternyata tidak jauh berbeda dengan dua urutan pertama faktor kritis yang dinilai oleh
pakar. Hasil tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan protokol kelangkaan pupuk urea bersubsidi. Data bobot hasil ujicoba sistem dapat dilihat pada Lampiran 5.
5.6 Hasil Verifikasi