Kriteria Pendistribusian Pupuk Kajian Pupuk Bersubsidi

5 terlalu bergantung kepada pemerintah, sehingga menghabiskan sumberdaya yang seharusnya dapat lebih berguna di tempat lain Chishelm dan Marilu 1978 dalam Ardi 2005. Distribusi adalah proses penyaluran suatu barang dari produsen kepada konsumen dengan tahapan tertentu. Sedangkan menurut SK Menperindag No. 702003 distribusi pupuk atau penyaluran pupuk adalah proses penyampaian pupuk dari tingkat produsen sampai ke tingkat konsumen. Distribusi sendiri dapat diartikan sebagai kegiatan penyaluran suatu barang dari produsen ke konsumen. Kebijakan pemerintah tentang distribusi pupuk bersubsidi dilakukan dengan pola tertutup. Pelaksanaan pola tertutup yang mulai dilaksanakan pada Januari 2009 ditujukan menghindari terjadinya kelangkaan pupuk dan penyimpangan pendistribusian pupuk ke sektor lain selain pertanian. Secara umum, teknis distribusi pupuk bersubsidi dengan pola tertutup sesuai Permendag dan Permentan itu cukup tegas mengatur tanggung jawab produsen Lini I-II, distributor Lini III, dan penyalur Lini IV. Dalam hal ini, tanggung jawab produsen yakni menetapkan wilayah tanggung jawab pengadaan dan penyaluran pupuk ke masing-masing distributor yang dicantumkan dalam Surat Perjanjian Jual Beli SPJB atau kontrak. Produsen juga berkewajiban menjamin kelancaran arus barang melalui penyederhanaan prosedur penebusan pupuk, dan dalam penyaluran pupuk bersubsidi itu harus mempertimbangkan Harga Eceran Tertinggi HET. Sementara itu, distributor berkewajiban melaksanakan pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi sesuai ketentuan yang ditetapkan produsen berdasarkan prinsip enam tepat yakni tepat waktu, jumlah, jenis, tempat, mutu dan harga yang layak. Distributor juga wajib menyampaikan daftar pengecer di wilayah tanggung jawabnya kepada produsen yang ditembuskan kepada kepala dinas provinsikabupaten dan tim pengawas pupuk provinsikabupaten. Sedangkan tanggung jawab penyalur yakni dalam melaksanakan pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi harus sesuai ketentuan distributor berdasarkan prinsip enam tepat kepada petani atau kelompok tani. Penyalur wajib melakukan pencatatan dan penyusunan daftar seluruh petani yang akan dilayani di wilayah tanggung jawabnya yang disahkan oleh kepala desa atau Petugas Penyuluh Lapangan PPL setempat. Penyalur hanya dapat melakukan penebusan pupuk bersubsidi dari satu distributor yang ditunjuk, dan hubungan kerja antara distributor dan penyalur juga diatur dengan SPJB Permendag Nomor 21M-DAGPER62008.

2.1.3 Kriteria Pendistribusian Pupuk

Agar pupuk selalu tersedia di tingkat petani, distributor maupun produsen mendapatkan margin sesuai jasa yang diberikan kepada pihak lain, diperlukan suatu sistem tataniaga pupuk yang berkeadilan Darwis et al. 2004. Untuk bisa mencapai hal itu, Memperindag mengaturnya dalam Surat Keputusan SK Menperindag No 70MPPKep22003 tanggal 11 Februari 2003 yang mengatur kembali pola Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian dengan mekanisme sebagai berikut : 1. Rayonisasi Wilayah Pemasaran Rayonisasi wilayah pemasaran selain dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi distribusi pupuk, juga untuk memberikan tanggung jawab pengamanan pengadaan pupuk kepada anggota holding agar tidak menjadi monopoli unit niaga tertentu. Penetapan rayonisasi pemasaran dilakukan dengan perimbangan kemampuan produksi masing-masing anggota holding company. Atas dasar ini, pembagian wilayah dan tanggung jawab adalah sebagai berikut : PT. Pupuk Iskandar Muda Aceh, Sumatra Utara, dan Riau, PT. Pupuk Sriwijaya Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, DIY, Jawa Tengah, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat, 6 Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku dan Irian Jaya , PT. Pupuk Kujang, Jawa Barat, PT. Petrokimia Gresik Jawa Timur, dan PT.Pupuk Kalimantan Timur Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Selatan. Sehingga untuk daerah Banyumas sendiri ketersediaan pupuk menjadi tanggung jawab PT. Pupuk Sriwijaya karena Banyumas terletak di Propinsi Jawa Tengah. Gambar 1. Rayonisasi Penyaluran Pupuk Urea Bersubsidi Pusri 2009 2. Penjualan Pupuk mulai di Lini III kabupaten Pemberlakuan penjualan pupuk mulai dari lini III kabupaten, selain dimaksudkan untuk mendekatkan dengan konsumen juga untuk membatasi gerak distributor yang dulunya sangat leluasa. Dengan adanya pengaturan tersebut, baik unit niaga PT. Pusri maupun distributor yang ditunjuk oleh produsen diharuskan menjual pupuk Urea kepada pengecer atau konsumen resmi yang telah ditunjuk. 3. Penetapan persyaratan distribusi dan penyaluran secara ketat Persyaratan distribusi yang dimaksud adalah pengaturan alokasi dan rayonisasi distribusi. Menurut pengaturan alokasi, produsen pupuk Urea berada di bawah koordinasi PT. Pusri yang berkewajiban mengalokasikan produksinya untuk kebutuhan sektor pertanian. Selanjutnya alokasi sektor pertanian ditentukan secara proposional sesuai rencana produksi masing-masing produsen Darwis et al. 2004. Sehingga produsen pupuk benar-benar harus memproduksi sesuai kapasitas produksinya untuk pemenuhan kebutuhan daerah yang ditunjuk.

2.2 Manajemen Krisis dan Sistem Deteksi Dini