35 Setelah pupuk sampai pada distributor pupuk tersebut akan diangkut oleh pengecer yang ada di
kecamatan untuk dijual pada petani atau kelompok tani yang membutuhkan pupuk tersebut. Petani yang sebelumnya telah diarahkan oleh Petugas Penyuluh Lapang PPL, masing-masing petani akan
mendapatkan kartu kendali untuk menandai seberapa banyak pupuk yang sudah diambil oleh petani tersebut. Jika jumlah batasan yang ditentukan telah mencapai quota maka petani tersebut tidak
diperkenankan lagi untuk membeli di pengecer tersebut. Siklus ini akan berulang untuk tahun yang berikutnya dengan dimulainya pembuatan RDKK oleh kelompok tani di akhir tahun.
Dalam kondisi nyatanya di Banyumas, alokasi pupuk yang telah direncanakan pada awal bulan untuk suatu wilayah bisa saja tidak tepat baik kekurangan stok maupun kelebihan stok karena tingkat
penyerapan pupuk yang berbeda, untuk itu pemerintah pusat biasanya menyediakan pupuk persediaan nasional setidaknya 7 dari jumlah total yang diproduksi pada tahun itu. Untuk tahun 2010 ini
cadangan pupuk nasional untuk pupuk urea adalah 400.000 ton pupuk siap distribusi. Penyerapan pupuk yang berbeda di setiap daerah ini disebabkan perbedaan agroclimate dan musim pada suatu
daerah tertentu. Untuk memenuhi kebutuhan pupuk di wilayah yang mengalami kekurangan pasokan dapat dilakukan dengan merealokasi pupuk dari wilayah lainnya yang penyerapannya dari alokasi
yang telah ditetapkan. Adapun mekanisme untuk melakukan realokasi pupuk di suatu wilayah adalah : 1.
Realokasi antar kecamatan dalam wilayah kabupaten atau kota ditetapkan oleh bupati dengan mempertimbangkan usulan dari dinas teknis setempat.
2. Realokasi antar kota atau kabupaten dalam wilayah provinsi ditetapkan oleh gubernur atas usul
bupati dengan memperhatikan saran dan pertimbangan dari dinas teknis setempat. 3.
Realokasi antar provinsi ditetapkan oleh Direktur Jendral Tanaman Pangan atas usul dari Gubernur Ditjentan 2010.
4.3 Permasalahan Kelangkaan Pupuk
Kabupaten Banyumas sebagai salah satu daerah percontohan pertanian pastilah tidak lepas dari berbagai macam permasalahan yang ada akibat distribusi pupuk yang kurang baik. Penyediaan
bahan baku produksi yang baik seperti pupuk dan benih tentunya akan membuahkan hasil yang baik pula, oleh karena itu pemerintah daerah Banyumas selalu berusaha untuk mengatasi segala kendala
dalam pertanian tanaman pangan untuk meningkatkan produktivitas sawah terutama segala permasalahan tentang kelangkaan pupuk urea.
Dalam sistem distribusi pengadaan dan penyaluran pupuk, titik rawan yang sering menjadi masalah adalah titik pada rantai pasok terakhir, dimana pada setiap rantai pasok terdapat berbagai
permasalahan yang akhirnya permasalahan tersebut menumpuk dan harus ditanggung oleh rantai yang terakhir.
Untuk mengatasi kelangkaan yang ada di Kabupaten Banyumas, pemerintah daerah membentuk Komisi Pengawasan Pupuk yang beranggotakan instansi-instansi terkait seperti pihak
kepolisian, dinas pertanian, punyuluhan, dan dinas perindustrian. Dari komisi inilah pengawasan dan inspeksi mendadak sering dilakukan untuk menertibkan penyaluran dan pengadaan pupuk bersubsidi
dari pemerintah. Namun demikian kendala kelangkaan terkadang tetap terjadi walaupun telah dilakukan
pengawasan yang tergolong ketat. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada beberapa tempat di Banyumas didapatkan bahwa masalah umum penyaluran dan pengadaan pupuk bersubsidi yang
sering terjadi antara lain :
36 1.
Ketepatan peramalan kebutuhan pupuk bersubsidi yang digunakan petani. 2.
Efektifitas pengawasan penyaluran pupuk oleh pemerintah daerah. 3.
Perbedaan penyerapan pupuk bersubsidi di setiap daerah. 4.
Alokasi pupuk bersubsidi. 5.
Dosis pemupukan oleh petani. Aktor yang dianggap berperan penting untuk meningkatkan kelancaran distribusi dan
mengurangi kelangkaan pupuk di Kabupaten Banyumas tentunya adalah aktor yang berada di tingkat kabupaten. Aktor-aktor tersebut antara lain adalah distributor, pengecer, kelompok tani dan Petani itu
sendiri. Dari permasalahan tersebut dapat digali lebih dalam berbagai masalah khusus dari setiap pelaku pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi pemerintah di Kabupaten Banyumas. Dengan
penggalian masalah lebih dalam ini diharapkan mampu memberikan gambaran tentang masalah sebenarnya yang merupakan akar permasalahan dari penyaluran pupuk bersubsidi di Kabupaten
Banyumas. Permasalahan tentang distribusi pengadaan dan penyaluran pupuk bisa ditinjau dari prinsip
enam tepat seperti yang dijelaskan pada Permendag No 07M-DAGPER22009. Namun pada bagian berikut akan dijabarkan masalah yang diperkirakan mampu menyebabkan kelangkaan pupuk
bersubsidi pemerintah di Kabupaten Banyumas berdasarkan pelaku yang beroperasi di tingkat kabupaten :
Distributor
1 Kendala birokrasi
2 Banyaknya pungutan liar yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi.
3 Kendala waktu pengiriman yang kadangkala terlambat dari produsen.
Pengecer
1 Masalah RDKK : pupuk yang sudah disalurkan oleh distributor tidak ditebus oleh petani.
2 Adanya pungutan liar dari masyarakat dengan mengatas-namakan aparat dengan alasan
mencari-cari kesalahan. 3
Adanya permintaan pupuk dari petani namun tidak melalui mekanisme RDKK. 4
Masih adanya lead-time sejak pengajuan sampai pupuk datang. 5
Kesulitan penjualan untuk pupuk yang rusak kemasanbocor 5-10 karung dalam 1 truk selama proses pengangkutan.
6 Kendala penjadwalan alokasi kepada Kelompok Tani karena besarnya permintaan tidak
sebanding dengan jumlahketersediaan pupuk yang diperoleh dari distributor. 7
Adanya biaya tambahan seperti biaya angkutan dan bongkar muat.
Kelompok Tani
1 Kekurangan jumlah pupuk UREA karena musim tanam tiba.
2 Prosedur RDKK yang tidak sesuai.
3 Masalah distribusi pupuk yang berawal dari distributor.
4 Prosedur realokasi masih sangat kurang baik.
Petani
1 Kendala kemampuan finansial dalam pembelian pupuk.
2 Adanya paket pembelian dari pemerintah HET Rp 1600 untuk setiap 50 kg Pupuk
UREA dan tidak berlaku eceran.
37 3
Penyaluran pupuk masih belum tepat sasaran belum sesuai RDKK. 4
Penerapan penggunaan kartu kendali yang kurang baik. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah daerah di Banyumas tidak hanya berdiam diri.
Berikut adalah beberapa tindakan yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Banyumas untuk mengatasi permasalahan kelangkaan pupuk Urea yang terjadi :
1 Penambahan kuota pupuk untuk sub-sektor pertanian.
2 Meningkatkan komunikasi yang lebih intensif antara kabupaten dengan provinsi, untuk
berkoordinasi lebih baik lagi. 3
Perbaikan mekanisme penyaluran melalui pengecer agar tepat sasaran kepada petani. 4
Proses pemilihan distributor dilakukan lebih ketat perbaikanpengetatan mekanisme- persyaratan penunjukan distributor .
5 Pemberian sanksi yang tegas pada semua pelanggar peraturan yang mengakibatkan
kelangkaan pupuk. Selain masalah-masalah di atas, mungkin masih banyak permasalahan lain yang dapat menyebabkan
kelangkaan pupuk dan mengganggu proses distribusi pupuk bersubsidi. Hal inilah yang akan selalu menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah Kabupaten Banyumas.
38
V. HASIL DAN PEMBAHASAN