Uji fitokimia Harborne 1984 Metode Penelitian

3.1.3 Uji fitokimia Harborne 1984

Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya komponen- komponen bioaktif yang terdapat pada ekstrak kasar sotong yang memiliki aktivitas antioksidan tertinggi. Sebelum uji fitokimia, dilakukan proses ekstraksi untuk mendapatkan ekstrak kasar sotong. Ekstraksi yang dilakukan adalah ekstraksi sederhana maserasi, dimana dilakukan perendaman sampel dalam pelarut dengan atau tanpa pengadukan. Sampel direndam dalam pelarut metanol dengan perbandingan antara sampel dengan metanol sebesar 1:4. Sampel diaduk selama 24 jam dengan menggunakan shaker lalu kemudian difiltrasi. Filtrat kemudian dievaporasi pada suhu 50 o C menggunakan evaporator. Setelah proses evaporasi berakhir diperoleh ekstrak kasar sotong yang kemudian dilanjutkan dengan uji fitokimia. Uji fitokimia meliputi uji alkaloid, uji steroidtriterpenoid, flavonoid, saponin, fenol hidrokuinon, Molisch, Benedict, Biuret dan Ninhidrin. Metode uji ini berdasarkan Harborne 1984. 1 Alkaloid Sebanyak 1 gram sampel dilarutkan dalam beberapa tetes asam sulfat 2N kemudian masing-masing diuji dengan tiga pereaksi alkaloid yaitu, pereaksi Dragendorff, pereaksi Meyer, dan pereaksi Wagner. Hasil uji dinyatakan positif bila dengan pereaksi Meyer terbentuk endapan putih kekuningan, endapan coklat dengan pereaksi Wagner dan endapan merah hingga jingga dengan pereaksi Dragendorff. 2 Steroid triterpenoid Sebanyak 1 gram sampel dilarutkan dalam 2 ml kloroform dalam tabung reaksi yang kering. Lalu, ke dalamnya ditambahkan 10 tetes anhidra asetat dan 3 tetes asam sulfat pekat. Terbentuknya larutan berwarna merah untuk pertama kali kemudian berubah menjadi biru dan hijau menunjukkan reaksi positif. 3 Flavonoid Sebanyak 1 gram sampel ditambahkan serbuk magnesium 0,1 mg dan 0,4 ml amil alkohol campuran asam klorida 37 dan etanol 95 dengan volume yang sama dan 4 ml alkohol kemudian campuran dikocok. Terbentuknya warna merah, kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya flavonoid. 4 Saponin uji busa Saponin dapat dideteksi dengan uji busa dalam air panas. Sebanyak 1 gram sampel ditambahkan air panas lalu dikocok. Busa yang stabil selama 30 menit dan tidak hilang pada penambahan 1 tetes HCl 2 N menunjukkan adanya saponin. 5 Fenol Hidrokuinon pereaksi FeCl 3 Sebanyak 1 gram sampel diekstrak dengan 20 ml etanol 70. Larutan yang dihasilkan diambil sebanyak 1 ml kemudian ditambahkan 2 tetes larutan FeCl 3 5. Terbentuknya warna hijau atau hijau biru menunjukkan adanya senyawa fenol dalam bahan. 6 Uji Molisch Sebanyak 1 ml larutan sampel diberi 2 tetes pereaksi Molish dan 1 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung. Uji positif yang menunjukkan adanya karbohidrat ditandai terbentuknya kompleks berwarna ungu diantara 2 lapisan cairan. 7 Uji Benedict Larutan sampel sebanyak 8 tetes dimasukkan ke dalam 5 ml pereaksi Benedict. Campuran dikocok dan dididihkan selama 5 menit. Terbentuknya warna hijau, kuning, atau endapan merah bata menunjukkan adanya gula pereduksi. 8 Uji Biuret Sebanyak 1 ml larutan sampel ditambahkan 4 ml pereaksi Biuret. Campuran dikocok dengan seksama. Terbentuknya larutan berwarna ungu menunjukkan hasil uji positif adanya peptida. 9 Uji Ninhidrin Sebanyak 2 ml larutan sampel ditambahkan dengan beberapa tetes larutan Ninhidrin 0,1 . Campuran dipanaskan dalam penangas air selama 10 menit. Terjadinya larutan berwarna biru menunjukkan reaksi positif terhadap adanya asam amino.

3.1.4 Analisis asam lemak AOAC 1999