Pelaksanaan Prinsip Tata Kelola Perseroan Corporate

58 Dari hal tersebut di atas, penulis mengasumsikan Pelaksanaan Prinsip Tata Kelola Perseroan yang Baik Good Corporate Governance merupakan suatu keniscayaan dalam pengelolaan Perseroan.

1. Pelaksanaan Prinsip Tata Kelola Perseroan Corporate

Governance Sebagai Suatu Keniscayaan dalam Mencegah Terjadinya Kepailitan Pelaksanaan prinsip Tata Kelola Perseroan Corporate Governance yaitu Prinsip Transparansi Transparency, Akuntabilitas Accountability, Prinsip Responsibilitas Responsibility, Prinsip Independensi Independency, Prinsip Kewajaran dan Kesetaraan Fairness harus tercermin dalam pengelolaan Perseroan agar kepailitan dapat tercegah. Tata Kelola Perseroan Corporate Governance berkaitan dengan pengambilan keputusan efektif yang bersumber pada etika bisnis, budaya Perseroan, etika, nilai, sistem, proses bisnis, kebijakan dan struktur organisasi yang bertujuan untuk mendorong dan mendukung: perkembangan Perseroan; pengelolaan sumber daya dan risiko secara lebih efisien serta efektif; dari: 1 uji kewajaran kesepakatan fair dealing atau disebut juga dengan kewajaran prosedur procedure fairness dan 2 uji kewajaran harga fair price. Lihat: Saiful M. Ruky, Op. Cit, hal. 2-5 59 pertanggungjawaban Perseroan terhadap pemegang saham dan stakeholders lainnya 53 . Menurut Price Waterhouse Coopers, Tata Kelola Perseroan adalah sebagai berikut: Corporate Governance is about effective decision making. It is founded upon organizational culture, ethics, value, system, processes, policies and structures which are aimed at fostering and promoting: business prosperity; efficient and effective management of resources and risk; corporate accountability and the stakeholders. 54 Menurut Parijs 55 , ditinjau dari sisi badan kepengurusan Perseroan, dalam hal Tata Kelola Perseroan Corporate Governance dikenal 2 sistem badan kepengurusan governing body yaitu: 1 sistem yang menganut kepengurusan dengan 1 satu lapis dewan pimpinan one tier board system, sistem ini diterapkan di negara-negara yang menganut tradisi hukum Anglo Saxon, 2 sistem dengan 2 dua lapis dewan pimpinan two tier board system, sistem ini banyak diterapkan di negara-negara yang menganut tradisi hukum Eropa Kontinental termasuk Indonesia. Perseroan dengan 1 lapis sistem badan kepengurusan one governing body; the board of director BOD terdiri dari Eksekutif dan Non-Eksekutif Direktur atau biasa disebut dengan Inside dan Outside Director. Mereka dipilih oleh pemegang saham dan 53 Kemal Azis Stamboel, Good Corporate Governance: Menyeimbangkan Antara Kinerja Perusahaan dengan ketaatan, Makalah, Jakarta: The Indonesian Instritute for Corporate Governance, 2000 54 Price Waterhouse Coopers, Conceptual Model for Corporate Governance Definition, Makalah, Jakarta: BPPN Workshop for Recapitalized, 2000 dalam Misahardi Wilamarta, Hak Pemegang Saham Minoritas Dalam Rangka Good Corporate Governance , Jakarta: Program Pasca Sarjana, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2002, hal.37 55 Sergei Parijs dalam Saiful M. Ruky, Op. Cit, hal. 17 60 membuat keputusan serta mengendalikan perusahaan. Direktur Non-Eksekutif biasanya merupakan Direktur paruh waktu dan tugas utamanya melakukan supervise kepada Direktur Eksekutif. Perseroan dengan 2 sistem badan kepengurusan, terdiri atas Dewan ManajemenEksekutif Management Board, Indonesia: Direksi dan Dewan Pengawas Supervisory Board, Indonesia: Dewan Komisaris. Direksi bertugas atas pengelolaan Perseroan sehari-hari, sedangkan Dewan Komisaris mengawasi dan memonitor Direksi dalam melaksanakan tugas pengelolaan sehari-hari, termasuk memberikan nasihat dan ratifikasi terhadap keputusan Direksi yang bersifat strategis, sebagaimana diatur dalam anggaran dasar Perseroan 56 . Keputusan untuk meminjam sejumlah uang terhadap pihak ketiga debitor merupakan keputusan yang bersifat strategis, sehingga dalam membuat keputusan tersebut, Direksi harus terlebih dahulu meminta nasihat dan ratifikasi dari Dewan Komisaris. Dalam beberapa kasus yang akan diulas dalam Bab III, kepaillitan seringkali disebabkan karena adanya utang yang telah jatuh tempo, yang setelah ditelusuri ternyata perjanjian hutang-piutangnya tidak diratifikasi oleh Dewan Komisaris. Dalam hal ini terjadi pelampauan wewenang dalam proses perjanjian dengan pihak ketiga menyangkut keputusan strategis yaitu Direksi tidak 56 Loc. cit. 61 meminta nasihat dan ratifikasi dari Dewan Komisaris. Pelampauan wewenang ini merupakan pelanggaran terhadap prinsip Tata Kelola Perseroan yang baik, dimana Direksi tidak menyertakan fungsi dari Dewan Komisaris untuk memberikan nasihat dan melakukan ratifikasi terhadap keputusan Perseroan yang sifatnya strategis. Kepailitan seharusnya bisa dicegah apabila Direksi menyertakan fungsi Dewan Komisaris pada saat hendak memutuskan hal-hal yang bersifat strategis. Penyertaan fungsi tersebut merupakan salah satu upaya Direksi untuk mengelola Perseroan termasuk di dalamnya keuangan Perseroan secara hati-hati duty of care.

2. Lima Prinsip Good Corporate Governance yang harus