Ultra vires RUPS Ultra vires Direksi Ultra vires Dewan Komisaris

89 b Ultra Vires sebagai Doktrin Tertransplantasi bagi Organ Perseroan

a. Ultra vires RUPS

Ultra vires RUPS Pemegang Saham tertransplantasi dalam Pasal 75 ayat 2 UU No. 40 Tahun 2007: “Dalam forum RUPS, pemegang saham berhak memperoleh keterangan yang berkaitan dengan Perseroan dari Direksi danatau Dewan Komisaris, sepanjang berhubungan dengan mata acara rapat dan tidak bertentangan dengan kepentingan Perseroan .” Parafras e “tidak bertentangan dengan kepentingan Perseroan” menunjukkan bahwa forum RUPS dalam memperoleh keterangan yang berkaitan Perseroan harus untuk dalam rangka kepentingan Perseroan intra vires. Jika bertentangan dengan kepentingan Perseroan, maka tindakan tersebut tergolong ultra vires.

b. Ultra vires Direksi

Ultra vires Direksi tertransplantasi dalam Pasal 92 ayat 2 UU No. 40 Tahun 2007: “Direksi berwenang menjalankan pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 sesuai dengan kebijakan yang dipandang tepat, dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini UU No. 40 Tahun 2007 – catatan penulis danatau Anggaran Dasar .” Parafrase “dalam batas yang ditentukan dalam UU ini danatau Anggaran Dasar” tersirat adanya larangan untuk melakukan tindakan di luar batas 90 yang ditentukan dalam UU No. 40 Tahun 2007 danatau Anggaran Dasar; ultra vires.

c. Ultra vires Dewan Komisaris

Ultra vires Direksi tertransplantasi dalam Pasal 114 2 UU No. 40 Tahun 2007: “Setiap anggota Dewan Komisaris bertanggung jawab wajib dengan itikad baik, kehati-hatian, dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 ayat 1 untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan .” Par afrase “untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan”, menunjukkan bahwa Dewan Komisaris harus bertindak intravires dalam melaksanakan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada Direksi. Dari uraian di atas, penulis mengidentifikasi bahwa indikator tertransplantasinya doktrin ultra vires dalam UU No. 40 Tahun 2007 adalah “sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan”. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana definisi konkrit dari “maksud dan tujuan Perseroan”? Maksud dan tujuan Perseroan terjabarkan dalam Anggaran Dasar Perseroan, sehingga Anggaran Dasar merupakan sumber sekaligus batas kewenangan 91 yang paling utama untuk mengukur terlampauinya kewenangan atau tidak. c Batas Tanggung Jawab Organ Perseroan: Penanda Terlampauinya Kewenangan Organ Perseroan Batas tanggung jawab Organ Perseroan tercantum dalam beberapa sumber kewenangan. Sumber kewenangan organ Perseroan diatur dalam Undang- Undang, Anggaran Dasar, Putusan RUPS dan Best Practises yang diilustrasikan dengan bagan berikut 95 : Bagan 8. Sumber Kewenangan Organ Perseroan Dari bagan tersebut, hendak diilustrasikan bahwa sumber kewenangan Organ Perseroan adalah berdasarkan 95 Ibid., hal. 145 Best Practises Putusan RUPS AD UU 92 Undang-Undang UU, Anggaran Dasar AD, putusan RUPS dan Best Practises. Urutan ini didasarkan pada daya mengikatnya peraturan yang menjadi sumber kewenangan Organ Perseroan; semakin ke dalam, daya mengikatnya semakin kuat. Tanggung jawab masing-masing Organ Perseroan sejatinya memiliki batas-batas tertentu. Batas mana yang oleh tindakan ultra vires dapat tersibakterterobos pierced dan menyebabkan Organ Perseroan bertanggung jawab sampai ke ranah tanggung jawab pribadi Pasal 1131 KUHPer. Bagan 9. Batas tanggung jawab Organ Perseroan Berdasarkan bagan tersebut, tabir Perseroan yang dimaksud adalah batas kewenangan atau tanggung jawab Organ Perseroan. Batas tersebut adalah “tanggung jawab 93 terbatas ” bagi pemegang saham dan “tanggung jawab sesuai kewenangan ” bagi direksi dan dewan komisaris. Selama Organ Perseroan bertindak dalam kewenangannya intravires maka Organ tersebut bertanggungjawab sesuai kapasitasnya sebagai Organ Ranah Tanggung Jawab sebagai Organ Perseroan. Namun apabila Organ tersebut bertindak di luar kewenangan ultravires, maka Organ tersebut bertanggungjawab secara pribadi Ranah Tanggung Jawab Pribadi. Berikut ini adalah uraian mengenai batas tanggung jawab Organ Perseroan, batas mana yang jika dilanggar akan mengakibatkan Organ bertanggung jawab secara pribadi. 1 Batas Tanggung Jawab Anggota Rapat Umum Pemegang Saham: Tanggung Jawab Terbatas limited liability Anggota Rapat Umum Pemegang Saham adalah pemegang saham yang pada dasarnya memiliki tanggung jawab terbatas limited liability yakni sebatas jumlah saham yang dimilikinya; tidak meliputi harta kekayaan pribadinya. Pemegang saham dan Perseroan merupakan entitas yang terpisah separated entity. Hal ini diatur dalam Pasal 3 ayat 1 UU No. 40 Tahun 2007: “Pemegang saham tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang dimiliki. ” Pemegang saham sebagai pemilik memiliki hak kontrol tidak langsung terhadap kegiatan Perseroan dan atas 94 segala kebijaksanaan Direksi. Semakin banyak saham yang dimiliki seorang pemegang saham, semakin besar pula kekuasaan kontrol yang dimilikinya. Namun, pemegang saham tidak memikul tanggung jawab atas pelaksanaan fungsi Direksi 96 . Dalam Pasal 3 ayat 1 mengenai tanggung jawab terbatas limited liability pemegang saham, pada hakikatnya pemegang saham tidak bertanggung jawab secara pribadi atas kerugian Perseroan melebihi saham yang dimiliki. Hal ini mempertegas ciri perseroan bahwa pemegang saham hanya bertanggung jawab sebesar saham yang dimilikinya dan tidak meliputi harta kekayaan pribadinya. 2 Batas Tanggung Jawab Anggota Direksi: Kewenangan Sesuai Anggaran Dasar, Peraturan Perundang-Undangan dan Keputusan RUPS Batas tanggung jawab Anggota Direksi adalah menjalankan fungsi pengurusan management dan fungsi perwakilan representative “sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan” Pasal 92 ayat 1 dan “dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 dan Anggaran Dasar Pasal 92 ayat 2 UU No. 40 Tahun 2007. Selain itu, batas tanggung jawab Direksi adalah berdasarkan keputusan RUPS. 96

M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, 2009, Jakarta: Sinar Grafika,