Adanya dua kreditor atau lebih concursus

46 a. Adanya debitor Syarat “adanya debitor” merupakan syarat materil terkait Pasal 2 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004: “Debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan, baik atas permohonan satu atau lebih kreditornya.” Debitor adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-undang yang dapat ditagih di muka pengadilan 42 . Debitor bisa berupa perorangan natuurlijk persoon; human being atau badan hukum rechts persoon; artificial person. Perseroan Terbatas termasuk dalam kategori badan hukum.

b. Adanya dua kreditor atau lebih concursus

creditorum Syarat “adanya dua kreditor atau lebih” merupakan syarat materil terkait Pasal 2 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004. Kreditor adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau undang-undang yang dapat ditagih di muka pengadilan 43 . “Adanya dua kreditor atau lebih” memiliki makna bahwa untuk dapat mengajukan permohonan pailit kepada seorang kreditor, maka kreditor tersebut harus mempunyai minimal 2 dua kreditor. 42 Pasal 1 angka 3 UU No. 37 Tahun 2004 43 Pasal 1 angka 2 UU No. 37 Tahun 2004 47 c. Tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih Syarat “tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih” merupakan syarat materiil, sebagai lanjutan dari syarat kedua, terkait Pasal 2 ayat 1 UU No. 37 Tahun 2004. Syarat “tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih” memiliki makna bahwa agar dapat mengajukan permohonan permohonan pailit, maka dari dua kreditor atau lebih, minimal ada satu hutang kepada salah satu kreditor yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih. Yang dimaksud dengan “sudah jatuh waktu dan dapat ditagih” adalah kewajiban untuk membayar utang yang telah jatuh waktu, baik karena telah diperjanjikan, karena percepatan waktu penagihannya sebagaimana diperjanjikan, karena pengenaan sanksi atau denda oleh instansi yang berwenang, maupun karena putusan pengadilan, arbiter atau majelis arbitrase 44 . Definisi “utang” tercantum dalam Pasal 1 butir 6 UU No. 37 Tahun 2004 sebagai berikut: “Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang, baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing, baik secara langsung maupun yang akan timbul di kemudian hari atau kontinjen, yang timbul karena perjanjian atau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh debitur dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada kreditor 44 Penjelasan Pasal 2 UU No. 37 Tahun 2004 48 untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan debitur.” Dari definisi utang tersebut di atas terutama dari parafrase “kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang”, maka secara jelas definisi utang harus ditafsirkan secara luas, bahwa utang bukan hanya meliputi “utang yang timbul dari perjanjian utang-piutang atau pinjam- meminjam” tetapi juga “utang yang timbul karena undang-undang atau perjanjian yang dapat dinilai dengan sejumlah uang”.

d. Pembuktian sederhana summarily proving