Sita umum atas semua kekayaan debitor pailit

37 sebagaimana diatur dalam undang-undang ini UU No. 37 Tahun 2004 – catatan penulis” Berikut ini penjelasan mengenai unsur-unsur dari definisi kepailitan.

a. Sita umum atas semua kekayaan debitor pailit

Sita umum atas semua kekayaan debitor pailit merupakan pengejawantahan dari Pasal 1131 KUH Perdata yaitu: “Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perorangan.” Sita umum yang dimaksud meliputi seluruh kekayaan debitor Pasal 21 UU No. 37 Tahun 2004 sehingga semua kekayaan debitor menjadi boedel pailit, kecuali benda dan jasa yang diatur dalam Pasal 22 UU No. 37 Tahun 2004. Jika debitor hanya berutang kepada seorang kreditor saja, maka seluruh harta kekayaannya menjadi jaminan bagi pelunasan hutang tersebut, sehingga dalam pelaksanaannya tidak diperlukan pranata hukum kepailitan. Namun, jika ternyata debitor memiliki lebih dari 1 satu orang kreditor maka harta kekayaan debitor haruslah dibagi menurut prinsip di bawah ini 31 , sehingga untuk itu diperlukan pranata hukum kepailitan: 31 Jono, Op.cit, hal. 3 38  Pari passu, yaitu kreditor secara bersama-sama memperoleh pelunasan, tanpa ada yang didahulukan; dan  Pro rata atau proporsional, yaitu dihitung berdasarkan pada besarnya piutang masing-masing kreditor dibandingkan dengan piutang para kreditor secara keseluruhan sehingga memperoleh prosentase tertentu, prosentase itulah yang menjadi bagiannya dari jumlah seluruh harta kekayaan debitor tersebut. Prinsip pari passu dan pro rata tercantum dalam Pasal 1132 KUH Perdata, yaitu: “Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan padanya; pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan .” Oleh karena harta kekayaan debitor pailit harus dibagi secara pari passu dan pro rata kepada masing-masing kreditor dalam hal ini kreditor konkuren kecuali para kreditor tersebut mempunyai alasan-alasan yang sah untuk didahulukan dalam hal ini kreditor preferen dan kreditor separatis 32 , maka kekayaan debitor harus diletakkan di bawah sita umum. 32 Penggolongan kreditor dibahas dalam syarat-syarat agar permohonan pailit dapat diterima khususnya mengenai syarat adanya debitor 39 Golongan kreditor ada 3 tiga yaitu kreditor konkuren, kreditor preferen dan kreditor separatis 33 yaitu sebagai berikut: 1 Kreditor konkuren Kreditor konkuren ini diatur dalam Pasal 1132 KUH Perdata. Kreditor konkuren adalah para kreditor yang mendapatkan pelunasan setelah hak dari kreditor separatis dan kreditor preferen telah terpenuhi. Kreditor konkuren mendapatkan pelunasan berdasarkan prinsip pari passu dan pro rata, artinya para kreditor secara bersama-sama memperoleh pelunasan tanpa ada yang didahulukan yang dihitung berdasarkan pada besarnya piutang masing-masing dibandingkan terhadap piutang mereka secara keseluruhan, terhadap seluruh kekayaan debitur tersebut. Dengan demikian, para kreditor konkuren mempunyai kedudukan yang sama atas pelunasan utang dari harta debitur tanpa ada yang didahulukan. 2 Kreditor preferen Kreditor preferen yang diistimewakan, yaitu kreditor yang oleh undang-undang, semata-mata karena sifat piutangnya, mendapatkan pelunasan terlebih dahulu. Kreditor preferen merupakan kreditor yang mempunyai hak istimewa, yaitu suatu hak yang oleh undang-undang diberikan 33 Sunarmi, Hukum Kepailitan, 2010, Jakarta: PT. Softmedia, hal. 42 40 kepada seorang yang berpiutang sehingga tingkatnya lebih tinggi daripada orang berpiutang lainnya, semata-mata berdasarkan sifat piutangnya Pasal 1134 KUH Perdata. Kreditor preferen terdiri atas kreditor preferen umum dan kreditor preferen khusus. a Kreditor preferen khusus Kreditor preferen khusus adalah kreditor yang piutang-piutangnya diistimewakan menurut preferensi khusus Pasal 1139. Preferensi khusus tersebut antara lain: 1 Biaya perkara yang semata-mata disebabkan oleh suatu penghukuman untuk melelang suatu benda bergerak maupun tidak bergerak. Biaya ini dibayar dari pendapatan penjualan benda tersebut terlebih dahulu dari semua piutang lainnya yang diistimewakan, bahkan lebih dahulu pula daripada gadai dan hipotik; 2 Uang sewa dari benda-benda tidak bergerak, biaya-biaya perbaikan yang menjadi kewajiban si penyewa, beserta segala apa yang mengenai kewajiban memenuhi persetujuan sewa; 3 Harta pembelian benda-benda bergerak yang belum dibayar; 4 Biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan suatu barang; 41 5 Biaya untuk melakukan pekerjaan suatu barang, yang masih harus dibayar kepada tukang; 6 Apa yang telah diserahkan oleh seorang pengusaha rumah penginapan sebagai demikian sebagai seorang tamu; 7 Upah-upah pengangkutan dan biaya-biaya tambahan; 8 Apa yang harus dibayar kepada tukang batu, tukang kayu dan lain-lain tukang untuk pembangunan, penambahan dan perbaikan benda-benda tidak bergerak, asal saja piutangnya tidak lebih tua dari tiga tahun dan hak milik atas persil yang bersangkutan masih tetap pada si berutang; 9 Penggantian serta pembayaran yang harus dipikul oleh pegawai yang memangku suatu jabatan umum, karena segala kelalaian, kesalahan, pelanggaran, dan kejahatan yang dilakukan dalam jabatannya. b Kreditor preferen umum Kreditor preferen umum adalah kreditor yang piutang-piutangnya diistimewakan atas semua benda bergerak dan tidak bergerak yang disebut preferensi umum Pasal 1149 KUH Perdata. Adapun preferensi umum didasarkan pada urutan sebagai berikut: 1 Biaya-biaya perkara, yang semata-mata disebabkan oleh pelelangan dan 42 penyelesaian suatu warisan; biaya-biaya ini didahulukan daripada gadai dan hipotek; 2 Biaya-biaya penguburan, dengan tidak mengurangi kekuasaan hakim untuk menguranginya, jika biaya itu terlampau tinggi; 3 Semua biaya perawatan dan pengobatan dari sakit yang penghabisan; 4 Upah para buruh selama tahun yang lalu dan upah yang sudah dibayar dalam tahun yang sedang berjalan, beserta jumlah uang kenaikan upah menurut Pasal 1602 q 34 ; 5 Piutang karena penyerahan bahan-bahan makanan yang dilakukan kepada si berutang beserta keluarganya, selama waktu enam bulan yang terakhir; 6 Piutang-piutang para pengusaha sekolah berasrama, untuk tahun yang penghabisan; 7 Piutang anak-anak yang belum dewasa dan orang-orang yang terampu terhadap sekalian wali dan pengampu mereka. 3 Kreditor separatis secured creditor Kreditor separatis secured creditor yaitu kreditor pemegang hak jaminan kebendaan yaitu gadai, hipotek, hak tanggungan dan fidusia 35 . Hak 34 Telah diatur kemudian dalam Pasal 95 ayat 4 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. 35 Ibid., hal. 7. Pengaturan tentang hak jaminan kebendaan tersebut adalah sebagai berikut: a. Gadai diatur dalam Pasal 1150 s.d. 1160 Bab XX KUH Perdata yang diberlakukan terhadap benda-benda bergerak. Dalam sistem jaminan gadai, 43 penting yang dipunyai kreditor separatis adalah hak untuk dengan kewenangan sendiri menjualmengeksekusi objek agunan, tanpa putusan pengadilan parate eksekusi. Golongan kreditor tersebut mendapat pembagian hasil penjualan boedel pailit menurut urutan haknya. Menurut Ricardo Simanjuntak 36 hak para kreditor untuk mendapatkan pembagian dari hasil penjualan boedel pailit, dapat dibagi dalam 7 tujuh tingkat mulai dari hak yang paling tinggi hingga hak yang paling rendah sebagai berikut: 1 Hak retensi retain merupakan hak yang dimiliki oleh kreditor atas kewenangan yang diberikan kepadanya untuk melakukan perbaikan ataupun penambahan nilai dari boedel pailit. Kreditur pemilik tagihan ini berhak untuk menahan retain benda boedel pailit yang berada di bawah kekuasaannya sebelum biaya perbaikan terhadap seorang pemberi gadai debitur wajib melepaskan penguasaan atas benda yang akan dijaminkan tersebut kepada penerima gadai kreditor. b. Hipotek diatur dalam Pasal 1162 s.d 1232 Bab XXI KUH Perdata, yang pada saat ini hanya diberlakukan untuk kapal laut yang berukuran minimal 20 m 3 dan sudah terdaftar di Syahbandar serta pesawat terbang. c. Hak Tanggungan diatur dalam UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah, yang merupakan jaminan atas hak-hak atas tanah tertentu berikut kebendaan yang melekat di atas tanah. d. Fidusia yang diatur dalam Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, yang objek jaminannya berupa benda-benda yang tidak dapat dijaminkan dengan gadai, hipotek dan hak tanggungan. 36 Ricardo Simanjuntak SH, LLM, ANZIIF, CIP, Hukum Kontrak: Teknik Perancangan Kontrak Bisnis, 2011, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, hal. 301-302 44 boedel pailit tersebut terlebih dahulu dilunasi 37 , serta biaya perkara yang dikeluarkan untuk pelelangan dan penyelesaian warisan 38 ; 2 Hak istimewa atas tagihan negara merupakan hak yang dimiliki kantor pajak untuk mendapatkan pembayaran dari boedel pailit lebih dahulu dari kreditur lainnya 39 ; 3 Hak preferensi separatis bagi kreditor separatis secured creditor merupakan hak yang dimiliki oleh kreditur-kreditur yang memegang jaminan dalam bentuk hak tanggungan, hipotek, gadai dan fidusia tersebut di atas; 4 Hak istimewa buruh 40 ; 5 Hak preferensi khusus bagi kreditor preferen khusus berdasarkan Pasal 1139 KUH Perdata tersebut di atas; 6 Hak preferensi umum bagi kreditor preferen umum berdasarkan Pasal 1149 KUH Perdata tersebut di atas; 37 Pasal 61 UU No. 37 Tahun 2004 bandingkan dengan Pasal 21 ayat 3b UU No. 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU No. 5 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas UU No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Menjadi Undang-Undang; selanjutnya disebut UU No. 16 Tahun 2009, 38 Pasal 21 ayat 3c UU No. 16 Tahun 2009 jo. Pasal 1139 ayat 1 dan Pasal 1149 ayat 1 39 Pasal 21 ayat 1 UU No. 16 Tahun 2009 jo Pasal 21 ayat 3a UU No. 16 Tahun 2009 jo. Pasal 1134 KUH Perdata jo. Pasal 1137 KUH Perdata. Dalam kacamata pajak, hak istimewa ini bahkan lebih tinggi mendahului daripada hak yang dimiliki oleh kreditur separatis. 40 Berdasarkan Pasal 95 ayat 4 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Sebelumnya hak buruh untuk mendapatkan pembayaran berada pada kedudukan kreditor preferen umum berdasarkan Pasal 1149 KUH Perdata, akan tetapi kemudian diberikan hak istimewa oleh UU No 13 Tahun 2003. 45 7 Hak umum bagi kreditor konkuren untuk dibayarkan secara pro rata berdasarkan Pasal 1132 KUH Perdata tersebut di atas.

b. Pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh