Metode Pengumpulan Data Hasil Uji Ketepatan Model Test of Goodness Of Fit Tabel 4.16 Kesimpulan

karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang menjadi subyek penelitian atau responden Indriantoro dan Supomo, 2002:145. Menurut Indriantoro dan Supomo 2002:146 sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Sumber data penelitian terdiri atas : 1. Data Primer Merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli tidak melalui media perantara. Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian. 2. Data Sekunder Merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip data dokumenter yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.

3.8 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah suatu metode atau cara yang ditempuh dalam mengumpulkan semua data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Wawancara Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab langsung dengan pejabat yang berwenang yang ada kaitannya dengan objek penelitian. 2. Penyebaran kuesioner Penyebaran kuesioner, yaitu metode pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan untuk dijawab secara tertulis oleh responden. 3.9 Metode Analisis Data 3.9.1 Teknik Analisis Data Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda, untuk keabsahan hasil analisis maka terlebih dahulu dilakukan uji kualitas instrumen penelitian dan uji asumsi klasik. Model analis data : Y = α + α 1 X 1 + α 2 X 2 + α 3 X 3 + ε Keterangan : Y = pendapatan petani α = konstanta α 1 , α 2 , α 3 = Koefisien Regresi X 1 = kredit pangan X 2 = jumlah pohon sawit X 3 = jumlah petani sawit ε = error term 3.9.2 Uji Kualitas Instrumen 3.9.2.1 Uji Validitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner Ghozali, 2006:49. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan Universitas Sumatera Utara pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut Uji validitas dilakukan dengan cara menguji korelasi antara skor item dengan skor total masing-masing variabel. Secara statistik, angka kolerasi bagian total yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka dalam tabel r produk moment. Apabila r hitung r tabel , maka pertanyaan dikatakan valid. Sedangkan jika r hitung r tabel maka pertanyaan dikatakan tidak valid. Rumus : Keterangan: r : Nilai koefisien korelasi X : Skor item Y : Skor total N : Jumlah responden : Jumlah skor item : Jumlah skor item : Jumlah kuadrat skor item : Jumlah kuadrat skor item

3.9.2.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu Ghozali,2006:45. Teknik pengujian reliabilitas ini menggunakan teknik uji statistik Cronbach Alpha, dengan rumus sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Rumus : Dimana : α : Koefisien reliabilitas k : Jumlah butir Sj : varian responden untuk butir I Sx : jumlah varian skor total Hasil perhitungan menunjukan reliable bila koefisien alphanya α lebih besar dari 0,6, artinya kuesioner dapat dipercaya dan dapat digunakan untuk penelitian. 3.9.3 Uji Asumsi Klasik 3.9.3.1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel terikat dan varabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini metode untuk menguji normalitas adalah dengan menggunakan metode grafik dan dengan uji kolmogorov-smirnov. Dengan metode grafik, hasil pengujian normalitas dengan menggunakan normal probability plot. Apabila normal probability plot menunjukan titik-titik yang menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas. Sedangkan pada uji kolmogorov-smirnov, distribusi data dikatakan normal jika nilai probabilitas 0,05. Universitas Sumatera Utara

3.9.3.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variable bebas independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variable independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variable otogonal adalah variabel independen sama atau nol Ghozali, 2005. Multikolinearitas dapat dilihat dari 1 Nilai tolerance dan 2 Variance Inflation Factor VIF. Jika VIF lebih besar dari 10, maka antar variabel bebas independent variable terjadi persoalan multikolinearitas dan sebaliknya bila VIF kurang dari 10, maka antar variabel bebas independent variable tidak terjadi persoalan multikolinearitas.

3.9.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang lebih baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas karena data cross section mengandung berbagai ukuran Kecil,sedang, dan besar Ghozali, 2005. Dalam penelitian ini metode untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan metode grafik dan dengan uji Glejser. Dengan metode grafik, hasil pengujian normalitas dengan menggunakan grafik Scatterplot. Apabila dari grafik tersebut menunjukan titik-titk menyebar Universitas Sumatera Utara secara acak serta tersebar, baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, hal ini menunjukan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi dalam penelitian ini. Sedangkan pada uji Glejser, model regresi dikatakan terbebas dari masalah heterokedastistas jika nilai probabilitas 0,05.

3.9.4 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat pengaruh antara variabel independen yaitu kredit pangan, jumlah pohon sawit dan jumlah petani sawit secara simultan atau parsial terhadap variabel dependen yaitu pendapatan petani sawit.

3.9.4.1 Uji Simultan Uji-F

Uji ini digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independent yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusan : a. Jika nilai probabilitas 0,05, maka variabel independen secara simultan bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. b. Jika nilai probabilitas 0,05, maka variabel independen secara simultan bersama-sama tidak mempengaruhi variabel dependent.

3.9.4.2 Uji Parsial Uji-t

Uji ini digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen yaitu kredit pangan, jumlah pohon sawit dan jumlah petani sawit secara parsial terhadap variabel dependen yaitu pendapatan petani sawit. Universitas Sumatera Utara Kriteria pengambilan keputusan : a. Jika nilai probabilitas 0,05, maka variabel independent secara parsial mempengaruhi variabel dependent. b. Jika nilai probabilitas 0,05, maka variabel independent secara parsial tidak mempengaruhi variabel dependen.

3.9.4.3 Koefisien Determinasi R²

Koefisien determinasi R² dilakukan untuk melihat adanya hubungan yang sempurna atau tidak, yang ditunjukkan pada apakah perubahan variabel independen kredit pangan, jumlah pohon sawit dan jumlah petani sawit akan diikuti oleh variabel dependen pendapatan petani pada proporsi yang sama. Pengujian ini dengan melihat nilai R Square R2. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 sampai dengan 1. Selanjutnya nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independent dalam menjelaskan variasi variabel dependent amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independent memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi dependent Ghozali, 2005. Universitas Sumatera Utara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Asahan

Kabupaten Asahan merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di kawasan Pantai Timur wilayah Propinsi Sumatera Utara, terletak pada koordinat 02° 03’ - 03° 26’ Lintang Utara dan 99° 1° - 100° 0° Bujur Timur dan berada pada ketinggian 0 – 1000 m dpl, dengan batas-batas administratif, yaitu: sebelah utara berbatasan dengan kab. batubara dan kab. simalungun, sebelah timur berbatasan dengan selat malaka, sebelah selatan berbatasan dengan kab. labuhan batu dan toba samosir, sebelah barat berbatasan dengan kab. Simalungun Sungai Sungai Asahan termasuk Dalam Sungai Strategis Nasional. Sungai yang termasuk Daerah Aliran Sungai DAS yaitu: Sungai Asahan DAS ASAHAN, Sungai Bah Bolon DAS Hapal, Sungai Tanjung. Sungai Asahan merupakan sungai terbesar di Asahan.Sungai ini sering mengakibatkan banjir karena mengalir di daerah datar dan memiliki banyak pertemuan dengan sungai dewasa dan sungai tua lain yang mengalir sebagai anak sungainya, sehingga membentuk delta sungai yang merupakan dataran banjir dan rawa di wilayah pertemuan sungai tersebut dengan laut.

4.1.2 Kependudukan Wilayah Kabupaten Asahan

Jumlah penduduk Kabupaten Asahan pada tahun 2010 adalah sebesar 688,529 jiwa, Kabupaten Asahan memiliki luas 379.949 Ha dengan sebaran penduduk 63.47 . Penduduk Kecamatan Kisaran Timur dan Kecamatan Kisaran Universitas Sumatera Utara Barat merupakan yang terpadat dibandingkan dengan kecamatan lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada di bawah: Tabel 4.1 Jumlah Penduduk per Kecamatan tahun 2008-2010 No Kecamatan Tahun Luas Kepadatan JiwaKm 2 2008 2009 2010 Km2 1 Aek Songsongan 19.349 117,31 164,93 2 Rahuning 18.071 184,27 98,07 3 Bandar Pulau 53.157 54.026 19.500 433,42 45,20 4 Air Batu 70.776 71.645 41.681 94,60 440,61 5 Sei Dadap 32.369 65,72 492,51 6 Sei Kepayang 39.225 40.095 16.833 235,30 71,54 7 Sei Kepayang Barat 12.383 82,92 149,34 8 Sei Kepayang Timur 9.354 142,80 65,51 9 Buntu Pane 53.566 54.436 23.466 218,28 107,51 10 Tinggi Raja 21.498 125,56 171,22 11 Setia Janji 13.200 202,66 65,13 12 Air Joman 59.815 60.744 42.119 92,86 453,57 13 Silau Laut 20.930 89,45 233,99 14 Meranti 62.683 69.978 23.549 90,75 259,48 15 Rawang Panca Arga 16.305 90,30 180,56 16 Pulo Bandung 25.828 99,91 258,52 17 Simpang empat 52.952 53.822 40.124 130,55 307,35 18 Teluk Dalam 17.289 96,00 180,09 19 Aek Kuasan 43.732 44.602 25.665 95,23 269,52 20 Aek Ledong 19.925 82,13 242,59 21 BP Mandoge 32.777 33.647 32.006 651,00 49,16 22 Pulau Rakyat 31.952 32.822 32.515 250,99 129,55 23 Kisaran Barat 57.460 58.330 62.917 32,96 1.909,17 24 Kisaran Timur 66.678 67.485 68.139 38,92 1.750,85 25 Tanjung Balai 34.103 34.973 33.424 55,61 601,03 Jumlah 658.876 676.605 688.529 3.799,49 181,22 Sumber : Proyeksi penduduk, BPS Kab. Asahan, 2011 4.2 Perekonomian Wilayah Kabupaten Asahan 4.2.1 Produk Domestik Regional Bruto PDRB PDRB Kabupaten Asahan atas dasar harga berlaku adhb mencapai Rp. 16,648 triliun. Sektor Industri merupakan kontibutor yaitu sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran.Sedangkan sektor-sektor lainnya hanya menyumbang total kontribusi. PDRB Kabupaten Asahan mencapai Rp. 10,202 triliun. Universitas Sumatera Utara Berfluktuasinya pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Asahan hal ini juga terjadi pada KabupatenKota lain di Sumatera Utara disebabkan berbagai faktor, terutama situasi perekonomian kita yang belum cukup kondusif. Tabel 4.2 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Asahan No Uraian 2008 2009 2010 1 Pertumbuhan Ekonomi Persen 5,93 4,85 4,44 2 PDRB Harga Berlaku juta rupiah 7.260.768 8.221.172 9.551.080 3 PDRB Harga Konstan juta rupiah 4.453.183 4.670.899 4.896.026 Sumber : BPS, Asahan 2011 Terjadi pergeseran struktur perekonomian Kabupaten Asahan sesudah pemekaran dengan Kabupaten Batu Bara yang biasanya di dominasi oleh sektor industri pengolahan bergeser ke sektor pertanian.Hal ini berkaitan dengan Industri strategis banyak terletak di Kabupaten Batu Bara. Konstribusi sektor pertanian terbesar disumbangkan oleh sub-sektor perkebunan, terutama komoditi kelapa sawit yang menjadi komoditi unggulan di Kabupaten Asahan. Sektor dominan kedua adalah industri pengolahan dengan adanya perusahaan pengolahan hasil- hasil perkebunan seperti pengolahan kelapa sawit dan karet. Tabel 4.3 Struktur Ekonomi Menurut Lapangan Usaha persen No Lapangan Usaha 2008 2009 2010 1 Industri 42,35 40,54 38,54 2 Pertanian 35,58 36,31 40,31 3 Perdagangan 12,08 13,05 13,07 4 Bangunan 2,87 2,82 2,92 5 Jasa-jasa 2,97 3,08 3,18 6 Angkutan dan Komunikasi 2,36 2,38 2,88 7 Keuangan 1,32 1,33 1,63 8 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,27 0,28 0,48 9 Penggalian 0,20 0,21 0,31 Sumber : BPS, Asahan 2011 Universitas Sumatera Utara PDRB perkapita merupakan gambaran rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk sebagai hasil dari proses produksi. PDRB perkapita diperoleh dengan cara membagi total nilai PDRB atas dasar harga berlaku dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. PDRB perkapita Kabupaten Asahan tiap tahun mengalami kenaikan tiap tahun tetapi pada tahun 2008 mengalami penurunan. Peningkatan PDRB perkapita tiap tahun belum dapat menggambarkan pemerataan pendapatan masyarakat di setiap strata ekonomi, karena dalam penghitungan nilai PDRB sangat dipengaruhi oleh inflasi.

4.2.2 Potensi Perekonomian

Sampai dengan saat ini terdapat berbagai potensi sektor perekonomian daerah yaitu terutama sektor pertanian yang memang sangat berperan akan dibahas pada bagian sendiri. Selain itu sektor lain yang cukup menjanjikan dan belum dikelola secara optimaldan Diharapkan pengembangan potensi ini mampu meningkatkan pendapatan daerah dan tentunya juga tingkat kesejahteraan masyarakat.

4.2.3 Pola Penggunaan Lahan dan Tanah

Penggunaan lahan di Kabupaten Asahan lebih dominan dipergunakan oleh penggunaan lahan perkebunan, dan untuk perkarangan permukiman atau hunian seluas 19,101 Ha, Sedangkan untuk status pemilikan tanah kabupaten asahan banyak lahan yang berstatus hak milik dan ada juga pengguna hak pakai dan hak guna usaha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.4 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan dan Kecamatan Tahun 2009 No Kecamatan Luas Wilayah Menurut Penggunaan Tanah Ha Jumlah Persawahan Perkebunan TegalKebun Bangunan Perkarangan Lainnya 1 Aek Songsongan 120 8,230 55 667 2,659 11,731 2 Rahuning 17,409 40 862 116 18,427 3 Bandar Pulau 22,426 220 1,045 19,651 43,342 4 Air Batu 180 10,576 210 884 640 12,490 5 Sei Dadap 230 5,506 120 456 -6,305 6,581 6 Sei Kepayang 2,781 14,044 58 430 -17,289 23,828 7 Sei Kepayang Barat 5,446 315 2,531 8,292 8 Sei Kepayang Timur 8,974 306 5,000 14,280 9 Buntu Pane 205 14,996 564 1,135 881 17,781 10 Tinggi Raja 330 9,194 579 847 1,314 12,264 11 Setia Janji 985 10,573 541 673 733 13,505 12 Air Joman 435 5,947 883 1,601 1,008 9,874 13 Silau Laut 705 7,248 29 220 618 8,820 14 Meranti 2,406 1,200 143 229 226 4,204 15 Rawang Panca Arga 3,168 5,289 238 332 418 9,445 16 Pulo Bandung 305 11,809 377 212 549 13,252 17 Simpang empat 386 4,807 278 400 1,715 7,586 18 Teluk Dalam 469 11,400 290 363 2,547 15,069 19 Aek Kuasan 6,802 44 526 3,314 10,686 20 Aek Ledong 6,616 35 474 290 7,415 21 BP Mandoge 31,711 9,037 3,008 21,344 65,100 22 Pulau Rakyat 355 12,292 59 907 11,486 25,099 23 Kisaran Barat 2,221 47 722 306 3,296 24 Kisaran Timur 60 1,103 223 2,006 500 3,892 25 Tanjung Balai 90 4,126 481 864 5,561 Sumber : BPS, Asahan 2011

4.3 Hasil Uji Kualitas Instrumen

Kualitas instrumen penelitian yang dipergunakan untuk mendapatkan data dari responden terlebih dahulu harus diuji validitas dan uji reliabilitas. Apabila hasil pengukuran instrumen valid dan reliabel berarti data yang didapat berkualitas baik dan layak untuk digunakan.

4.3.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sejauh mana alat pengukur dapat mengukur apa yang ingin diukur. Kuesioner adalah alat yang digunakan dalam pengumpulan data yang perlu dilakukan pengujian terlebih dahulu. Universitas Sumatera Utara Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai Correlated Item- Total Correlation dengan r tabel untuk degree of freedom df = n-2, dimana n adalah jumlah sampel. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 42 sampel, sehingga dapat dihitung df = 4- 2 = 40 dan signifikansi α = 5 maka didapat r tabel = 0,304. Hasil pengujian validitas dari masing-masing pengukuran variabel diperoleh sebagai berikut: Tabel 4.5 Hasil Pengujian Validitas Butir Pertanyaan Variabel Corrected Item-Total Correlation r tabel Keterangan Pendapatan Butir 1 1 0,590 0,304 Valid Butir 2 2 0,759 0,304 Valid Butir 3 3 0,738 0,304 Valid Butir 4 4 0,712 0,304 Valid Butir 5 5 0,798 0,304 Valid Kredit Pangan Butir 6 1 0,756 0,304 Valid Butir 7 2 0,783 0,304 Valid Butir 8 3 0,553 0,304 Valid Butir 9 4 0,656 0,304 Valid Butir 10 5 0,632 0,304 Valid Jumlah Pohon Sawit Butir 11 1 0,686 0,304 Valid Butir 12 2 0,660 0,304 Valid Butir 13 3 0,630 0,304 Valid Butir 14 4 0,662 0,304 Valid Butir 15 5 0,673 0,304 Valid Jumlah Petani Sawit Butir 16 1 0,653 0,304 Valid Butir 17 2 0,675 0,304 Valid Butir 18 3 0,748 0,304 Valid Butir 19 4 0,667 0,304 Valid Butir 20 5 0,578 0,304 Valid Sumber : Data primer yang diolah Universitas Sumatera Utara Pada kolom Corrected Item-Total Correlation pada Tabel diatas merupakan korelasi antara skor item dengan skor total item yang akan digunakan untuk menguji validitas instrumen. Dalam hal ini ditetapkan sebesar 0,304 Sugiyono, 2004 : 116 yaitu jika r hitung positif atau r hitung r tabel maka butir pertanyaan tersebut valid. Jika r hitung negatif atau r hitung r tabel maka butir pertanyaan tersebut tidak valid, dalam hal ini r hitung dapat dilihat pada kolom corrected item total correlation. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa semua pertanyaan telah valid.

4.3.2 Uji Reliabilitas

Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 18. Butir pertanyaan yang sudah valid dalam uji validitas ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria, yaitu : jika r alpha positif atau r alpha r tabel maka pertanyaan reliabel. Jika r alpha negatif atau r alpha r tabel maka pertanyaan tidak reliabel, dalam hal ini r alpha dapat dilihat pada kolom Cronbachs Alpha. Tabel 4.6 Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Cronbachs Alpha Nilai Batas Keterangan Pendapatan Petani 0,918 0,6 Reliabel Kredit Pangan 0,848 0,6 Reliabel Jumlah Pohon Sawit 0,922 0,6 Reliabel Jangka Petani Sawit 0,838 0,6 Reliabel Sumber : Data primer yang diolah Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa semua bahwa semua variabel mempunyai koefisien Alpha Cronbachs Alpha yang lebih besar dari 0,60. Sehingga dapat dikatakan bahwa kuesioner tersebut telah reliabel dan dapat disebarkan kepada responden untuk dapat dijadikan sebagai instrumen penelitian. Universitas Sumatera Utara

4.4 Analisa Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi dari berbagai karakteristik responden secara keseluruhan berdasarkan jenis kelamin, usia, pekerjaan dan status pernikahan. Analisis ini menggunakan metode analisis frekuensi. Selain karakteristik responden, analisis deskriptif juga dilakukan untuk mengetahui sebaran jawaban responden dan seberapa jauh variasi jawaban responden dari setiap variabel penelitian. 4.4.1 Karakteristik Responden 4.4.1.1 Petani Dalam penelitian ini banyaknya jumlah responden adalah 42 orang yang merupakan petani sawit di Kecamatan Pulau Rakyat Asahan. Petani adalah semua petani yang berusaha tani kelapa sawit. Petani contoh berada pada usia 30-60 tahun. Tingkatan umur petani sebagian besar berada pada usia 40-50 tahun yakni sebesar 40. Jumlah tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan tingkatan umur pada usia 30-40 tahun 33,33 dan 50-60 tahun 26,67. Meskipun dari sisi umur petani terlihat perbedaan yang bervariasi, namun pengalaman mereka relatif sama dalam hal berusahatani kelapa sawit. Tingkat pendidikan petani bervariasi terdiri dari tamatan SD, SMP, SMA, Diploma dan Perguruan Tinggi. Mayoritas tingkat pendidikan petani berada pada tingkat tamatan sekolah dasar sebanyak 46,67 persen. Tingkat pendidikan yang paling sedikit adalah untuk tamatan perguruaan tinggi dan tamatan diploma yang masing-masing hanya berjumlah 1 orang dengan persentase masing-masing sebesar 3,33 persen. Untuk tingkat pendidikan petani tamatan SMP sebanyak 9 Universitas Sumatera Utara orang atau dengan persentase sebesar 30,00 persen. Tingkat pendidikan petani contoh tamatan SMA sebesar 16,67 persen. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan petani berada pada tingkat tamatan sekolah dasar SD adalah jumlah tanggungan yang dimiliki oleh petani. Jumlah tanggungan petani terbanyak berada pada jumlah 4-5 orang sebesar 48,15 persen. Untuk jumlah tanggungan terendah berada pada jumlah 2-3 orang, yakni sebanyak 22,22 persen.

4.4.1.2 Tingkat Keberdayaan Petani dalam Usaha tani Kelapa Sawit

Dalam usahatani kelapa sawit di Kecamatan P. Rakyat Asahan ini keberdayaan petani dilihat dari kemampuan petani, kelembagaan petani dan posisi ekonomi petani. Skor rata-rata untuk keberdayaan petani berjumlah 12,10 dengan kriteria sedang artinya petani memiliki tingkat keberdayaan petani dengan tingkat sedang. Untuk mengetahui skor rata-rata keberdayaan petani dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.7 Skor rata-rata keberdayaan petani dalam usahatani kelapa sawit di Kecamatan P. Rakyat Asahan, tahun 2012 N O Uraian Frekuensi orang Skor rata-rata Kriteria T S R 1 2 3 Kemampuan petani Kelembagaan petani Posisi ekonomi petani 9 11 5 10 13 11 11 6 14 4,07 4,33 3,70 S S S Keberdayaan petani 6 18 6 12,10 S Sumber : Data primer yang diolah Dari Tabel 4.7 diketahui bahwa kemampuan petani berada pada kriteria sedang dengan nilai skor sebesar 4,07 berarti kemampuan petani dalam usahatani Universitas Sumatera Utara kelapa sawit berada pada tingkat sedang. Hal ini berarti petani memiliki kemampuan yang cukup dalam dalam penggunaan saprotan dan pengolahan kebun kelapa sawit . Kelembagaan petani berada pada skor 4,33 dengan kriteria sedang berarti kelembagaan petani dalam usahatani kelapa sawit berada pada tingkat sedang. Hal ini berarti petani memiliki tingkat kelembagaan dalam usahatani kelapa sawit dalam keanggotaannya dalam KUD dan kelompok tani. Posisi ekonomi petani juga berada pada kriteria sedang dengan nilai skor sebesar 3,70 artinya posisi ekonomi petani contoh berada pada tingkat sedang. Untuk posisi ekonomi petani pada kriteria sedang berarti petani memiliki posisi dalam tawar-menawar harga TBS dan juga pengolahan tanaman kelapa sawit saat produksi maupun pasca produksi. 4.4.1.3 Kemampuan Petani Kemampuan petani dalam usahatani kelapa sawit dilihat dari pengggunaan sarana produksi tanaman saprotan yang digunakan oleh petani dan juga pengolahan usahatani kelapa sawit yang dilakukan oleh petani. Untuk nilai skornya dapat dilihat pada Tabel 4.8. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.8 Skor rata-rata kemampuan petani contoh dalam usahatani kelapa sawit di Kecamatan P. Rakyat Asahan, 2012 No Uraian Frekuensi jumlah Skor Rata- rata Kriteria T S R 1 2 Pengggunaan sarana produksi tanaman Pengolahan usahatani kelapa sawit Pengolahan usahatani kelapa sawit 8 4 16 21 6 5 2,07 2,00 S S Kemampuan petani 9 10 11 4,07 S Sumber : Data primer yang diolah Berdasarkan pada tabel 4.8 sarana produksi yang digunakan oleh petani dalam usahatani kelapa sawit di desa ini berada pada kriteria sedang dengan nilai sebesar 2,07. Hal ini menunjukkan bahwa petani di desa ini sudah menggunakan sarana produksi tanaman kelapa sawit sebagaimana mestinya. Adapun sarana produksi yang digunakan, misalnya parang untuk menebas rumput yang tumbuh di sekitar tanaman yang dapat merugikan atau menghambat pertumbuhan tanaman inti, yakni kelapa sawit. Alat semprot untuk menyemprotkan pestisida yang digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Egrek digunakan petani untuk memanen buah sawit dan angkong digunakan untuk mengangkut buah sawit yang telah di panen. Pupuk sebagai zat penambah unsur hara dan pestisida sebagai zat kimia yang digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. kriteria tinggi artinya ada petani yang dalam menggunakan saprotan pada tingkat tinggi, yakni alat semprot, egrek, cangkul, parang, pestisida dan pupuk. Universitas Sumatera Utara Pengolahan usahatani tanaman kelapa sawit petani juga berada pada kriteria sedang dengan nilai 2,00 yang artinya bahwa petani di desa ini dalam melakukan usahatani kelapa sawit telah melakukan kegiatan pengolahan dengan baik dan sesuai dengan anjuran yang diberikan oleh perusahaan inti. Adapun kegiatan pengolahan usahatani yang dilakukan oleh petani di antaranya membersihkan lahan, mengendalikan hama dan penyakit, pemupukan dan pemanenan. Pada kriteria sedang berarti petani memiliki kemampuan mengolah usahatani kelapa sawitnya pada tingkat sedang, yakni dengan melakukan kegiatan pemangkasan daun dan pemanenan. Skor rata-rata untuk kemampuan petani adalah 4,07 yang berada pada kriteria sedang berarti rata-rata kemampuan petani contoh dalam usahatani kelapa sawit berada pada tingkat sedang. Pada kriteria sedang ada sepuluh orang artinya ada sepuluh petani contoh yang memiliki tingkat kemampuan sedang dalam usahatani kelapa sawit. Kriteria rendah ada 11 orang artinya ada 11 petani yang memiliki tingkat kemampuan rendah dalam usahatani kelapa sawit.

4.4.1.4 Kelembagaan Petani

Kelembagaan petani dalam usahatani kelapa sawit di desa ini dilihat dari keanggotaan petani terhadap kelompok tani dan KUD. Nilai skor mengenai kelembagaan petani dapat dilihat pada tabel berikut. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.9 Skor rata-rata kelembagaan petani dalam usahatani kelapa sawit di Kecamatan P. Rakyat Asahan, tahun 2012 No Uraian Frekuensi orang Skor Rata-rata Kriteria T S R 1 2 Keanggotaan Kelompok tani Keanggotaan KUD 10 6 20 18 - 6 2,30 2,00 S S Kelembagaan petani 11 13 6 4,30 S Sumber : Data primer yang diolah Keanggotaan petani dalam kelompok tani dilihat dari kegiatan yang biasa dilakukan oleh petani yang tergabung dalam kelompok tani tersebut. Berdasarkan pada Tabel 3 skor nilai petani dalam keanggotaanya dalam kelompok tani berada pada nilai 2,30 dan berada pada kriteria sedang. Hal ini berarti bahwa dalam usahatani kelapa sawit ini petani memiliki tingkat sedang dalam keanggotaannya pada kelompok tani. Tergabungnya petani dalam kelompok tani bertujuan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam usahatani kelapa sawit, misalnya penggunaan pupuk dan pestisida jenis, dosis,waktu dan cara untuk mengatasi permasalahan tersebut biasanya petani menanyakan pada petani lainnya yang produksi kebunnya tinggi. Pada kriteria tinggi berarti ada petani contoh yang melakukan pertemuan kelompok dua kali dalam satu bulan dengan membahas topik mengenai produksi, pupuk dan pestisida jenis, cara, dosis dan waktu. Pada kriteria sedang berarti petani melakukan pertemuan kelompok satu kali dalam satu bulan dengan membahas topik mengenai produksi, pupuk dan pestisida jenis, cara, dosis dan waktu. Universitas Sumatera Utara Untuk keanggotaan dalam KUD juga dilihat dari kegiatan yang dilakukan oleh petani yang tergabung dalam KUD. Selain itu juga untuk mengetahui intensitas pertemuan yang dilakukan. Dari Tabel 4.9 dapat dilihat petani juga tergabung dalam KUD dengan nilai skor 2,00 dan juga berada pada kriteria sedang artinya keanggotaan petani dalam KUD berada pada tingkat sedang. Kriteria sedang artinya petani melakukan pertemuan kelompok satu kali dalam satu bulan dengan membahas topik mengenai produksi, pupuk dan pestisida jenis, cara, dosis dan waktu. Pada kriteria rendah berarti ada petani contoh yang tidak melakukan kegiatan pertemuan kelompok. Skor rata-rata untuk kelembagaan petani berjumlah 4,33 dengan kriteria sedang artinya petani selain tergabung dalam kelompok tani juga tergabung dalam KUD dan biasanya melakukan pertemuan satu sampai dengan dua kali dalam sebulan yang membahas mengenai produksi, pupuk dan pestisida jenis, cara, dosis dan waktu.

4.4.1.5 Posisi Ekonomi Petani

Posisi ekonomi petani dalam hal ini dilihat dari posisi tawar menawar harga TBS dan juga nilai tambah yang diperoleh pada saat produksi maupun pasca produksi. Skor rata-rata untuk posisi ekonomi petani berjumlah 3,70 pada kriteria sedang. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.10 Skor rata-rata posisi ekonomi petani contoh dalam usahatani kelapa sawit di Kecamatan P. Rakyat Asahan, 2012 N o Uraian Frekuensi orang Skor Rata-rata Kriteria T S R 1 2 Posisi tawar menawar harga TBS Nilai tambah yang diperoleh pada saat produksi maupun pasca produksi - 5 30 11 - 14 2,00 1,70 S S Posisi ekonomi petani 5 11 14 3,70 S Sumber : Data primer yang diolah Posisi tawar menawar harga TBS ini dilihat dari pihak mana yang menentukan harga TBS. Dalam usahatani kelapa sawit di Desa Budi Asih ini untuk menentukan posisi tawar menawar harga TBS berada pada kriteria sedang dengan nilai 2,00 artinya semua posisi ekonomi petani berada pada tingkat sedang. Untuk perolehan nilai tambah yang diperoleh pada saat produksi maupun pasca produksi dilihat dari kemampuan petani memanfaatkan tanaman kelapa sawit maupun limbah dari tanaman kelapa sawit. Untuk perolehan nilai tambah yang diperoleh pada saat produksi maupun pasca produksi juga berada pada kriteria sedang dengan nilai 1,70 yang artinya bahwa petani dalam memanfaatkan tanaman kelapa sawit maupun limbahnya untuk memperoleh nilai tambah sudah cukup baik misalnya saja tandan daun kelapa sawit yang sudah tidak terpakai lagi digunakan untuk kayu bakar dan daun kelapa sawit digunakan untuk membuat sapu lidi. Pada kriteria sedang artinya ada petani yang telah memanfaatkan cabang pohon yang telah dipangkas untuk kayu bakar dan pada kriteria rendah ada petani Universitas Sumatera Utara yang tidak memanfaatkan tanaman kelapa sawitnya selain melakukan pemanenan baik saat produksi maupun pasca produksi.

4.4.2 Pendapatan Petani dalam Usahatani Kelapa Sawit

Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dan biaya produksi yang dikeluarkan selama berlangsungnya proses produksi. Pendapatan petani dalam usahatani kelapa sawit adalah hasil yang diterima oleh petani setelah hasil penjualan yang didapatkan dikurangi dengan biaya-biaya produksi yang dikeluarkan petani. Rata-rata pendapatan petani sebesar Rp 13.419.403,57 thnkv. Tabel 4.11 Produksi, pernerimaan dan pendapatan petani contoh dalam usahatani kelapa sawit di Kecamatan P. Rakyat Asahan, Tahun 2012. No Uraian Jumlah rata-ratathn 1 2. 3. 4. 5. 6. Produksi kgkv Penyusutan alat rpkgkv Biaya Pestisida Biaya total kv Penerimaan Pendapatan 20.053,07 97.468,77 101.800,00 2.826.582,22 17.756.745,67 13.419.403,57 Sumber : Data primer yang diolah Berdasarkan tabel, Produksi adalah hasil yang diperoleh oleh petani dalam menjalankan usahataninya. Dalam usahatani kelapa sawit produksi yang diterima oleh petani dalam bentuk tandan buah segar TBS yang biasanya dihitung perkilogramnya. Adapun kriteria pendapatan petani contoh sebagai berikut. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.12 Kriteria pendapatan petani contoh dalam usahatani kelapa sawit di Kecamatan P. Rakyat Asahan, Tahun 2012 No Kriteria Pendapatan Jumlah orang Persentase 1 2 3 Rendah Rp 9.560.463,34 – Rp 11.416.653,33 Sedang Rp 11.416.653,33 – Rp 13.272.843,33 Tinggi Rp 13.272.843,33 - Rp 15.129.033,34 1 11 18 3,33 36,37 60,00 Jumlah 30 100,00 Sumber : Data primer yang diolah Dari Tabel 4.12 diketahui bahwa jumlah petani yang memiliki tingkat pendapatan pada kriteria tinggi berjumlah 18 orang atau sebesar 60,00 persen. Pada kriteria sedang berjumlah 11 orang dan pada kriteria rendah ada satu orang dengan persentase sebesar 36,37 dan 3,33 persen.

4.5 Hasil Uji Asumsi Klasik

Model regresi yang baik harus bebas dari masalah asumsi klasik. Uraian berikut akan membahas mengenai uji asumsi kasik pada regresi berganda diantaranya:

4.5.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel dependen dan variabel independen keduanya berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji apakah data penelitian ini terdistribusi normal atau tidak dapat dideteksi melaui 2 cara yaitu analisis grafik dan uji Kolmogorov-Smirnov. Universitas Sumatera Utara a. Analisis Grafik Gambar 4.1 Uji Normalitas Hasil pengujian sebagaimana pada Gambar 4.2 tersebut menunjukkan bahwa data residual sudah berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan dengan titik- titik yang tidak jauh dari garis diagonal. b. Uji Kolmogorov-Smirnov Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 42 Normal Parameters a,,b Mean .0000000 Std. Deviation 2.33338747 Most Extreme Differences Absolute .136 Positive .136 Negative -.079 Kolmogorov-Smirnov Z .880 Asymp. Sig. 2-tailed .421 Sumber : Data primer yang diolah Universitas Sumatera Utara Dari hasil pengujian terlihat pada tabel 4.13 tersebut terlihat besarnya nilai Kolomogorov-Smirnov adalah 0,880 dan signifikansinya pada 0,421 dan nilainya jauh diatas α = 0,05. Suatu model dikatakan berdistribusi normal jika nilai signifikansi dari Kolomogorov-Smirnov lebih besar dari 0,05. Oleh karena itu model ini dikatakan berdistribusi normal.

4.5.2 Uji Multikolinearitas

Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan nilai VIF. Karena model awal regresi memiliki masalah multikolinieritas dimana nilai VIF sangat tinggi. Suatu model regresi dinyatakan bebas dari multikolinearitas adalah jika nilai VIF dibawah 10. Hasil uji multikoliniearitas dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Tabel 4.14 Hasil Uji Multikolinieritas Coefficients a Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 X1 0,388 2,576 X2 0,327 3,060 X3 0,631 1,584 Dependent Variable: Y Sumber : Data primer yang diolah Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa semua variabel bebas mempunyai nilai VIF yang berada jauh di bawah angka 10 sehingga dapat dikatakan semua konsep pengukur variabel-variabel yang digunakan tidak mengandung masalah multikolinieritas. Universitas Sumatera Utara

4.5.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk melihat apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi Heteroskedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan grafik Scatter Plot dan uji Glejser. a. Grafik Scatter Plot Gambar 4.2 Uji Heteroskedastisitas Pada gambar 4.2 dapat dilihat bahwa titik-titik pada grafik scatterplot tidak mempunyai pola penyebaran yang jelas dan titik-titik tersebut menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat gangguan heteroskedastisitas pada model regresi. Universitas Sumatera Utara b. Uji Glejser Tabel 4.15 Hasil Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 1.423 1.206 1.181 .245 x1 -.059 .092 -.159 -.643 .524 .388 2.576 x2 -.051 .108 -.128 -.472 .639 .327 3.060 x3 .136 .072 .368 1.893 .066 .631 1.584 Sumber : Data primer yang diolah Dari hasil pengujian terlihat pada tabel 4.15 tersebut terlihat besarnya nilai signifikansinya di atas tingkat signifikansi α = 0,05. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.

4.6 Hasil Uji Ketepatan Model Test of Goodness Of Fit Tabel 4.16

Hasil Uji Determinasi Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .823 .678 .653 2.42375 Sumber : Data primer yang diolah Berdasarkan tabel 4.16 di atas, diketahui bahwa besarnya koefisien determinasi atau angka R square adalah sebesar 0,678, yang berarti variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 67,8. Jadi model baik. Sedangkan sisanya 32,2 dijelaskan oleh variabel-variabel independen lain yang tidak diteliti dan tidak dimasukkan ke dalam model regresi. Universitas Sumatera Utara

4.7 Uji Hipotesis Penelitian Tabel 4.17

Regresi Linear Berganda Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant .845 1.863 .454 .653 x1 .286 .141 .299 2.023 .050 x2 .364 .167 .351 2.177 .036 x3 .284 .111 .296 2.558 .015 Sumber : data primer yang diolah Berdasarkan hasil pengolahan data terlihat pada kolom Unstandardized Coefficients, maka diperoleh model persamaan regresi linear berganda sebagai berikut : Y = 0,845 + 0,286 X 1 + 0,364 X 2 + 0,284 X 3 Dari persamaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Koefisien regresi X 1 kredit pangan bernilai positif, hal ini menunjukkan bahwa pengaruh kredit pangan adalah searah dengan pendapatan petani sawit. b. Koefisien regresi X 2 jumlah pohon sawit bernilai positif, hal ini menunjukkan bahwa pengaruh jumlah pohon sawit adalah searah dengan pendapatan petani sawit. c. Koefisien regresi X 3 jumlah petani sawit bernilai positif, hal ini menunjukkan bahwa pengaruh jumlah petani sawit adalah searah dengan pendapatan petani sawit. Universitas Sumatera Utara 4.7.1 Hasil Uji Hipotesis Penelitian 4.7.1.1 Uji Simultan Uji-F Digunakan untuk melihat pengaruh dari semua variabel independent yaitu kredit pangan X 1 , jumlah pohon sawit X 2 , dan jumlah petani sawit X 3 terhadap variabel dependen yaitu pendapatan petani sawit Y apakah secara simultan berpengaruh atau tidak. Tabel 4.18 Hasil Uji Simultan Uji F ANOVAb Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 469.910 3 156.637 26.664 .000 Residual 223.233 38 5.875 Total 693.143 41 Sumber : Data primer yang diolah Dari hasil uji F pada penelitian ini didapatkan nilai F statistik sebesar 26,664 dengan angka probabilitas sebesar 0,000. Dengan tingkat signifikansi 95 α = 0,05. Angka signifikansi sebesar 0,0000,05. Atas dasar perbandingan tersebut, kredit pangan, jumlah pohon sawit, dan jumlah petani sawit secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani sawit di kecamatan pulau rakyat.

4.7.1.2 Uji Parsial Uji-t

Digunakan untuk melihat pengaruh dari masing-masing variabel independent yaitu kredit pangan X 1 , jumlah pohon sawit X 2 , dan jumlah petani sawit X 3 terhadap variabel dependen yaitu pendapatan petani sawit Y apakah secara parsial berpengaruh atau tidak. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.19 Hasil Uji Parsial Uji t Variabel Signifikansi Kredit Pangan 0,050 Jumlah Pohon Sawit 0,036 Jumlah Petani Sawit 0,015 Sumber : Data primer yang diolah Berdasarkan tabel 4.19, maka hasil uji t pada penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Kredit Pangan Berdasarkan tabel diatas diketahui secara parsial variabel kredit pangan berpengaruh terhadap jumlah pendapatan petani sawit dimana nilai probabilitas dari kredit pangan sebesar 0,050 sama dengan α = 0,05. Dengan demikian kredit pangan secara signifikan berpengaruh positif terhadap pendapatan petani sawit di kecamatan pulau rakyat. b. Jumlah Pohon Sawit Berdasarkan tabel diatas diketahui secara parsial variabel jumlah pohon sawit berpengaruh terhadap pendapatan petani sawit dimana nilai probabilitas dari jumlah pohon sawit sebesar 0,036 lebih kecil dari α = 0,05. Dengan demikian jumlah pohon sawit secara signifikan berpengaruh positif terhadap pendapatan petani sawit di kecamatan pulau rakyat. c. Jumlah Petani Sawit Berdasarkan tabel diatas diketahui secara parsial variabel jumlah petani sawit berpengaruh terhadap pendapatan petani sawit dimana nilai probabilitas dari jumlah petani sawit sebesar 0,015 lebih kecil dari α = 0,05. Dengan demikian Universitas Sumatera Utara jumlah petani sawit secara signifikan berpengaruh positif terhadap pendapatan petani sawit di kecamatan pulau rakyat bertentangan dengan hipotesis yang ada. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka peneliti mengambil kesimpulan adalah sebagai berikut: 1. Hasil uji F diperoleh probabilitas F-statistik sebesar 0,000 sehingga signifikan pada tingkat alpa 5. Dengan demikian hipotesis 1 diterima sehingga kredit pangan, jumlah pohon sawit, dan jumlah petani sawit berpengaruh terhadap pendapatan petani sawit di kecamatan pulau rakyat. 2. Hasil uji t pada tabel diperoleh probabilitas t-statistik untuk kredit pangan sebesar 0,050 signifikan pada tingkat alpa 5 sehingga hipotesis 2 diterima. Probabilitas t-statistik untuk jumlah pohon sawit sebesar 0,036 signifikan pada tingkat alpa 5 sehingga hipotesis 3 diterima. Probabilitas t-statistik untuk jumlah petani sawit sebesar 0,015 signifikan pada tingkat alpa 5 sehingga hipotesis 4 ditolak. Dengan demikian dalam penelitian ini kredit pangan dan jumlah pohon sawit secara signifikan berpengaruh positif terhadap pendapatan petani sawit di kecamatan pulau rakyat sedangkan jumlah petani sawit secara signifikan berpengaruh positif terhadap pendapatan petani sawit di kecamatan pulau rakyat yang bertentangan dengan hipotesis yang ada. Universitas Sumatera Utara

5.2 Saran