terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat
pengakuan sebagai good corporate citizen. 4. Independensi Independency, Untuk melancarkan pelaksanaan asas
GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak
dapat diintervensi oleh pihak lain. 5. Kewajaran dan Kesetaraan Fairness, Dalam melaksanakan
kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya
berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
2.1.3 Dewan Komisaris
Dewan komisaris yang berperan sebagai supervisor atau yang melakukan pengawasan, sementara dewan direksi bertanggung jawab atas kegiatan
operasional perusahaan. Keduanya memiliki tanggung jawab penuh dan juga otoritas dalam mengambil keputusan dalam hal member perintah, mengontrol, dan
mengawasi sistem manajemen sumber daya yang berkaitan dengan tujuan perusahaan. Nugroho dan Eko, 2011.
Dalam perusahaan sering terjadi konflik kepentingan Conflict of interests antara dewan komisaris dan dewan direksi. Dewan komisaris memegang otoritas
yang lebih tinggi, posisi yang lebih kuat daripada dewan direksi, namun memiliki kelemahan yaitu sedikit sekali mengetahui informasi tentang situasi dan kondisi
Universitas Sumatera Utara
perusahaan. Sehingga salah satu solusi untuk menilai permasalahan ini yaitu dengan melihat kinerja para dewan direksi.
Dalam riset Fama dan Jensen 1983 mengatakan bahwa dewan komisaris merupakan elemen vital dalam menerapkan corporate governance, yang secara
esensi diterapkan untuk melindungi dan mengawasi asset para investor. Dan tidak ada mekanisme pengawasan yang lebih efektif daripada pengawasan yang
dilakukan oleh para pihak pemangku kepentingan stockholders. Klein 2002 juga mengatakan bahwa direksi yang independen yang bukan berasal dari dewan
komisaris mampu manjadi alat pengawasan yang lebih efektif. Cornell et, al 2008 menyatakan bahwa kinerja operasional dan keuntungan yang didapat akan
mampu menaikkan jumlah dewan komisaris independen. Dan riset Liu dan Lu 2007 juga menyatakan bahwa struktur dewan tidak hanya mengawasi proses
laporan keuangan namun juga menghindari intervensi para pemegang saham shareholders dari aktivitas yang dapat merugikan para stakeholders.
2.1.4 Komisaris Independen
Keberadaan dewan komisaris independen di Indonesia diatur dengan Ketentuan Bapepam dan Peraturan Bursa Efek Indonesia No. 1-A tanggal 14 Juli
tahun 2004. Komisaris independen dapat melakukan aktivitas pengawasan dan pengendalian terhadap pengungkapan CSR. Berdasarkan aturan tersebut, jumlah
dewan komisaris independen minimal adalah 30. Ketentuan ini memberikan pengaruh terhadap pengendalian dan pengawasan terhadap manajemen dalam
operasi perusahaannya, diantaranya adalah pengungkapan tanggung jawab sosial
Universitas Sumatera Utara
perusahaan. Aplikasi pengendalian dan pengawasan terhadap manajemen oleh komisari independen adalah ketika ma najemen tidak melakukan aktivitas-
aktivitas yang sesuai dengan capaian yang telah dite ntukan dan aktivitas lainnya yang dapat memberikan dampak positif terhadap keberlangsungan perusahaan di
masa yang akan datang. Aktivitas yang dimaksud adalah pelaksanaan dan pengungkapan aktivitas CSR. Nurkhin, 2009.
Dalam suatu dewan komisaris terdapat jabatan komisaris independen yaitu anggota dewan komisaris yang bukan merupakan pegawai atau orang yang
berurusan langsung dengan organisasi tersebut dan tidak mewakili pemegang saham. Nugroho dan Eko 2011 mengemukakan bahwa komisaris independen
beserta para komite audit harus memiliki kontribusi terhadap corporate governance dan semua dewan direksi yang telah ditunjuk secara sah oleh
pemegang saham juga bertanggung jawab atas governance perusahaan. Namun dalam prakteknya, harus dibedakan antara para dewan direksi yang menempati
posisi manajemen perusahaan dan para komisaris yang mengawasi mereka oversight. Kesuma, 2005.
2.1.4 Komite Audit