pemegang saham sebagai owner dari perusahaan. Tentunya perbedaan kepentingan ini akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Jumlah pemegang saham besar large shareholders mempunyai arti penting dalam memonitor perilaku manajer dalam perusahaan Shleifer dan
Vishny ; 1986. Dengan adanya konsentrasi kepemilikan, maka para pemegang saham besar seperti institusional investors akan dapat memonitor tim manajemen
secrara lebih efektif dan dapat meningkatkan nilai perusahaan jika terjadi takeover. Selain itu, konsentrasi kepemilikan pada pihak luar perusahaan
berpengaruh positif pada nilai perusahaan Lins 2002. Hasil-hasil di atas menunjukan bahwa struktur kepemilikan perusahaan berpengaruh terhadap nilai
perusahaan. Hal ini sesuai dengan penelitian Morck et al. 1988 dan McConnel dan Serveas 1990, Holderness dan Sheeman 1985, Barclay dan Holderness
1991, Shome dan Singh 1995, Allen dan Phillips 2000, Cai et al. 2001.
3.3 Pengaruh Corporate Social Responsibility dengan Nilai perusahaan
Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan antara lain di dalam laporan yang disebut Sustainability Reporting laporan keberlanjutan.
Corporate Social Responsibility dapat menjadi berkelanjutan apabila program yang dibuat oleh suatu perusahaan benar-benar merupakan komitmen
bersama dari segenap unsur yang ada di dalam perusahaan itu sendiri. Tentunya tanpa adanya komitmen dan dukungan dengan penuh antusias dari
karyawan akan menjadikan program-program tersebut bagaikan program penebusan dosa dari pemegang saham belaka. Dengan melibatkan karyawan
Universitas Sumatera Utara
secara intensif, maka nilai dari program-program tersebut akan memberikan arti tersendiri yang sangat besar bagi perusahaan. Tujuan utama perusahaan adalah
meningkatkan nilai perusahaaan. Nilai perusahaan akan terjamin tumbuh secara berkelanjutan sustainable apabila perusahaan memperhatikan dimensi
ekonomi, sosial dan lingkungan hidup karena keberlanjutan merupakan keseimbangan antara kepentingan-kepentingan ekonomi, lingkungan dan
masyarakat. Dimensi tersebut terdapat di dalam penerapan Corporate Social Responsibility yang dilakukan perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban
dan kepedulian terhadap lingkungan di sekitar perusahaan. Survei yang dilakukan Booth-Harris Trust Monitor pada tahun 2001 dalam Sutopoyudo
2009 menunjukkan bahwa mayoritas konsumen akan meninggalkan suatu produk yang mempunyai citra.
3.4 Pengaruh Corporate Governance terhadap Nilai perusahaan dengan
Corporate Social Responsibility sebagai variabel moderating
Hubungan CSR dengan struktur kepemilikan memiliki dua arah yaitu struktur kepemilikan manajerial dan struktur kepemilikan institusional.
Kepemilikan manajerial adalah kondisi yang menunjukkan bahwa manajer memiliki saham dalam perusahaan atau manajer tersebut sekaligus sebagai
pemegang saham perusahaan. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya persentase kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan. Manajer yang memiliki
saham perusahaan tentunya akan menselaraskan kepentingannya sebagai manajer dengan kepentingannya sebagai pemegang saham. Semakin besar kepemilikan
Universitas Sumatera Utara
manajerial dalam perusahaan maka semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan.
Fama dan Jensen 1983 menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat kepemilikan manajemen, semakin tinggi pula motivasi untuk mengungkapkan
aktivitas perusahaan yang dilakukan. Kepemilikan manajemen berpengaruh positif terhadap pengeluaran program CSR, namun pada suatu titik tertentu hal
tersebut dapat mengurangi nilai perusahaan dan batasan yang telah dicapai sehingga menyebabkan suatu hubungan negatif Morck et al., 1988. Penelitian
Nasir dan Abdullah 2004 menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif dalam hubungan antara kepemilikan saham manajerial
terhadap luas pengungkapan CSR. Hal senada juga disampaikan Rosmasita 2007 yang menemukan bahwa kepemilikan saham manajerial berpengaruh terhadap
luas pengungkapan CSR di Indonesia. Namun ketidakkonsistenan hasil ditunjukkan oleh penelitian Said et al. 2009 yang menemukan bahwa
kepemilikan saham manajerial tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Pemegang saham institusional biasanya berbentuk entitas seperti perbankan,
asuransi, dana pensiun, reksa dana, dan institusi lain. Investor institusional umumnya merupakan pemegang saham yang cukup besar karena memiliki
pendanaan yang besar. Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi menimbulkan usaha
pengawasan yang lebih besar untuk menghalangi perilaku opportunistic manajer. Menurut Mursalim 2007, kepemilikan institusional dapat dijadikan sebagai
upaya untuk mengurangi masalah keagenan dengan meningkatkan proses
Universitas Sumatera Utara
monitoring. Pemegang saham institusional juga memiliki opportunity, resources, dan expertise untuk menganalisis kinerja dan tindakan manajemen. Investor
institusional sebagai pemilik sangat berkepentingan untuk membangun reputasi perusahaan.
Hasil penelitian ini didukung oleh Kasmadi dan Djoko 2006 yang menemukan bahwa investasi yang dilakukan oleh investor institusional tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan sukarela perusahaan di India. Namun hasil penelitian Anggraini 2006 menunjukkan bahwa semakin
besar kepemilikan institusional dalam perusahaan maka tekanan terhadap manajemen perusahaan untuk mengungkapkan tanggung jawab sosial pun
semakin besar.
3.5 Hipotesis penelitian