Analisis Informan 8 HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.10. Analisis Informan 8

Informan terakhir dalam penelitian ini adalah I.S. Ia merupakan lulusan Departemen Ilmu Komunikasi angkatan 2006. Ia sendiri mulai bekerja di Waspada Online sejak Januari 2010. Saat itu ia masih seorang mahasiswi namun telah menyelesaikan semua mata kuliah. Saat itu ia hanya mengambil skripsi dan mendapat tawaran langsung dari Pemimpin Redaksi untuk menduduki posisi Sekretaris Redaksi. Saat itu ia dipilih karena Waspada Online sedang kekurangan SDM dan I.S diketahui pernah menjabat sebagai Sekretaris Redaksi di Pers Mahasiswa SUARA USU. Perkenalan awal I.S dengan Waspada Online adalah saat SUARA USU mengadakan Seminar Nasional tentang Jurnalisme Online. Pada acara tersebut, Pemimpin Redaksi Waspada Online, Avian Tumengkol menjadi pembicara. Saat itulah Ima berkenalan dengan Avian dan Avian menawarkan posisi tersebut. Karena sudah tidak mengikuti perkuliahan lagi, I.S pun berani mengambil keputusan untuk bekerja di Waspada Online. Saat ini, I.S menjabat sebagai Asisten Pemimpin Redaksi, satu level di atas jabatan Sekretaris Redaksi. Ia mulai naik jabatan pada Januari 2011. Tugas utama I.S adalah menyusun agenda pribadi Pemimpin Redaksi, memantau kinerja redaksi, memanajemen redaksi, serta turut menulis berita khususnya berita-berita yang akan dijadikan warta fokus. Namun, terkadang ia juga berperan sebagai back up Redaktur jika ada redaktur divisi yang tidak hadir. Akibat banyaknya tugas yang dilimpahkan kepadanya, tak jarang I.S sering pulang kerja pukul 12 malam ke atas. Namun, ia Universitas Sumatera Utara mengaku menikmati pekerjaannya tersebut. “Banyaklah pekerjaan, malah kalau gak ada reporter aku juga bisa turun ke lapangan untuk meliput,” cetusnya. Motivasi awal I.S menjadi seorang jurnalis adalah ia ingin membuka wawasan yang lebih luas dan menjadi sumber informasi pertama untuk memberitakan sebuah informasi kepada masyarakat. Sepemahaman Ima, tugas utama seorang wartawan adalah untuk mengawasi semua kebijakan pemerintah sebab ia berendapat tanggung jawab utama per situ adalah ke masyarakat. “Media itu kan social control, nah wartawan lah yang menjadi pembawa misi tersebut,” ujarnya. Mengenai Kode Etik Jurnalistik, I.S mendefenisikannya sebagai etika bagi para wartawan dalam menjalankan tugasnya. Sama seperti jurnalis Waspada Online kebanyakan, I.S cukup paham ketika menjelaskan setiap pasal namun tidak hapal satu persatu. Istilah-istilah jurnalistik dalam KEJ sangat dipahami oleh I.S. Ini merupakan bentuk pemahaman I.S ketika ia berada di SUARA USU. Ia mengungkapkan, pertama kali mengenal KEJ ketika menjadi reporter di SUARA USU. “Waktu di SUARA USU, kami sering diberi petunjuk oleh senior untuk berpedoman pada KEJ, makanya sampai sekarang aku paham betul setiap isinya,” tuturnya. Apalagi ditambah seringnya I.S mengikuti pelatihan serta seminar jurnalistik ketika di SUARA USU. Selain menambah pemahaman dalam bidang jurnalistik, ini juga memantapkan I.S dalam menambah keahliannya di dunia jurnalistik. Ia mengatakan bahwa ia sudah menjadikan KEJ sebagai landasan profesinya sebagai seorang jurnalis dan merasa belum pernah melanggarnya. Bahkan, ketika peneliti menanyakan tentang fenomena wartawan amplop, I.S menjawab dengan Universitas Sumatera Utara tegas bahwa wartawan amplop merusak citra wartawan yang sesungguhnya. “Wartawan sesungguhnya itu ya bukan wartawan amplop. Wartawan amplop itu merusak citra wartawan, mereka itu tidak layak disebut sebagai wartawan,” jelasnya. Defenisi wartawan profesional menurut I.S adalah wartawan yang mengerti kaidah-kaidah jurnalistik, paham UU Pokok Pers dan KEJ, dan memiliki keahlian jurnalistik. Sebab menurutnya, pemahaman dulu yang harus diutamakan lalu ke tingkat pengamalan. “Kalau wartawan itu sudah paham, maka gampang dalam pengamalannya,” ujarnya. Namun, fenomena wartawan amplop tersebut menurut I.S dikarenakan banyaknya media yang belum matang serta belum mampu mensejehterakan wartawannya. Ini dikarenakan gampangnya sebuah media berdiri tanpa adanya izin dari pemerintah. “Karena media itu mudah berdiri, jadi banyak media yang asal jadi tanpa adanya manejemen serta prinsip-pripsip jurnalistik yang benar,” tuturnya. Dalam penulisan serta penyajian berita, I.S berkata berprinsip pada pasal tiga KEJ yang berbunyi “Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.” Ia dengan mantap menyatakan tidak pernah mancampurkan fakta dan opini dalam penulisan berita. Ia juga selalu melakukan check dan recheck untuk menguji sebuah informasi. “Aku tahu betul pasal tiga itu karena pasal itu menjadi acuanku dalam menulis berita, tidak boleh mencampurkan fakta dan opini, menguji informasi dan asas praduga tak bersalah,” jelas I.S. Universitas Sumatera Utara I.S biasanya hadir pukul 11 siang ke kantor. Ia memang diberi keringanan untuk dating lebih lama ketimbang staff yang lain. Ini dikarenakan job desc nya yang banyak dan tergolong berat. I.S sendiri mengakui kinerjanya tersebut dibayar dengan pantas oleh perusahaan. “Gaji yang kuterima tergolong lebih dari cukup, mungkin karena faktor masih fresh graduate dan belum berumah tangga ya, Aku juga masih bisa nabung untuk masa depan,” katanya. Berbeda dengan ungkapan A.L, I.S merasa memiliki idealisme. Ia tidak pernah meminta apalagi menyuap narsum untuk kepentingan berita dan berita yang disajikannya tidak pernah ada unsur ataupun tekanan dari berbagai pihak. Baginya, menyampaikan kebenaran kepada masyarakat adalah tugas mulia dari seorang wartawan. “Saya punya idealisme dan saya pegang itu, ingat salah satu elemen jurnalisme adalah menyajikan kebenaran,” ujar I.S tegas. Kesimpulan Pemahaman Informan 8: I.S yang baru diwisuda bulan Juli 2011 ini sangat paham dengan KEJ. Ini dikarenakan latar belakang pendidikannya yang mendukung yaitu Ilmu Komunikasi dengan konstentrasi Jurnalistik. Ditambah lagi ia bergabung dengan SUARA USU membentuk I.S menjadi seorang jurnalis yang paham dan cakap di bidang jurnalistik. Karena masih fresh graduate dan belum memiliki tanggungan hidup, I.S merasa dirinya sebagai wartawan yang punya idealisme. Ia juga tidak pernah menerima uang dari narsum dan menulis berita sesuai fakta. Punya pekerjaan yang banyak tidak menyurutkan semangatnya menjadi seorang jurnalis, bahkan ia menikmati pekerjaannya tersebut. Dari hasil pengamatan peneliti, I.S merupakan asset bagi Universitas Sumatera Utara Waspada Online. Selain cakap di bidang jurnalistik, ia juga cukup mahir dalam berbahasa Inggris. Sehingga ketika ada narsum yang menggunakan bahasa Inggris, I.S sering ditunjuk sebagai reporter untuk mewawancarai nara sumber tersebut. I.S juga paham betul Sembilan Elemen Jurnalisme dalam buku Kovack dan Rosenstiel. Sembilan Elemen Jurnalisme tersebut sudah menjadi pegangan I.S dalam meliput sejak berada di SUARA USU.

IV.11. Pemahaman Kode Etik Jurnalistik Pada Wartawan Waspada Online