belum berkeluarga, sebab ia punya banyak teman sesame wartawan yang gajinya menurut Roy masih kurang. “Memang kalau berbicara soal uang selalu saja nya
kurang, tapi kita juga tidak bisa menutup mata bahwa gaji wartawan itu minim, makanya banyak wartawan amplop berkeliaran di lapangan. Saya setuju adanya
standarisasi yang sedang diproses oleh Dewan Pers dan saya berharap dibahas juga soal kesejahteraan wartawan, ini kan jadi antisipasi yang sangat jitu, kalau gaji tidak
kecil, saya yakin wartawan amplop bisa minimalisir, ya tentunya sosialisasi tentang KEJ juga sangat perlu,” pungkas R.B.
Kesimpulan Pemahaman Informan 4 :
R.B hampir sama dengan H.S, pengalaman yang matang sebagai jurnalis memantapkan dirinya dalam memahami KEJ dan menjadikannya sebagai landasan
profesinya. Bahkan, ia turur mengawasi reporternya dengan cara memberi arahan agar setiap reporter tidak mengutip berita yang sama dengan reporter media lain, atau
dengan kata lain plagiat. Namun, ia masih berpendapat bahwa wartawan amplop itu adalah yang meminta bukan diberi, meskipun dikasi amplop, ia mengatakan lumrah
diterima. Padahal, uang tersebut bisa menjadi senjara dari narsum yang memberi untuk pemberitaannya kelak.
IV.7. Analisis Informan 5
Y.Y adalah informan ke lima yang baru bekerja di Waspada Online sebagai reporter selama dua bulan sejak pertengahan bulan Agustus. Dan waktu dua bulan
tersebut merupakan pengalamannya menjadi seorang wartawan. Saat ini, ia berkuliah
Universitas Sumatera Utara
di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU kelas ekstensi angkatan 2010, sebelumnya pendidikan Diploma tiga Y.Y adalah Pariwisata USU. Ia memutuskan
mengambil Ilmu Komunikasi untuk Sarjananya dengan alasan tertarik di dunia jurnalistik. Sepemahaman Y.Y, dunia jurnalistik identik dengan peliputan yang
ekstrem dan penuh tantangan. Ia berkeinginan untuk meliput di daerah konflik. “Kalau liputan di daerah konflik itu pasti punya kebanggaan tersendiri, kita akan
sangat tertantang,” ujarnya. Namun, motivasi awal Y.Y menjadi seorang wartawan karena ia suka menulis. “Aku suka nulis, dan menjadi seorang wartawan menjadi
saluran kecintaanku akan menulis,” katanya. Sebelum menjadi seorang wartawan, ia sama sekali tidak pernah mendapat
pelatihan jurnalistik. Y.Y juga belum paham dengan istilah-istilah yang ada dalam dunia jurnalistik. Azas praduga tak bersalah, off the record, cover both side, dan
banyak lagi tidak dapat dijelaskan oleh Y.Y, ia selalu menjawab “kurang paham” dengan istilah-istilah tersebut. Tentang Kode Etik Jurnalistik sendiri, Y.Y hanya
sekedar tahu saja itu sebagai sebuah kode etik bagi jurnalis yang harus dipatuhi, selebihnya, ia tidak mampu menjelaskan secara mendalam maupun secara sederhana.
“Ya itu etika yang harus dipatuhi jurnalis,” jawabnya singkat. Bahkan, ia tidak tahu berapa jumlah pasal yang ada dalam KEJ.
Sudah bekerja selama dua bulan ternyata tidak membuat Y.Y mencari tahu tentang etika yang seharusnya menjadi landasan profesinya. Sosialisasi dari Waspada
Online sendiri menurutnya kurang kepada dirinya . “Aku kurang paham, apalagi di kantor sendiri gak pernah ngasi tahu, ya mungkin karena masih baru itu aku,”
tukasnya.
Universitas Sumatera Utara
Y.Y sendiri belum diizinkan untuk meliput ke lapangan, ia masih dalam proses training dan masih membuat berita dari kantor. Ia mendapat penugasan dari
redaktur yang berbeda tiap minggunya. Misalkan pada minggu pertama ia berada di bawah divisi “Medan” maka redaktur Medan akan memberi penugasan kepadanya
untuk menghubungi narsum melalui telepon. Interview by phone merupakan sistem kerja yang harus dijalani Y.Y selama training tiga bulan. Setelah ia mewawancarai
narsum, ia akan menuliskan hasil wawancara tersebut menjadi sebuah berita dan mengirimkannya ke redaktur yang bersangkutan. Namun, pernah satu hari, Y.Y tidak
mendapatkan penugasan dari redakturnya dan ia memilih mengamati stasiun berita Metro TV dan memonitoring jika ada berita tentang kota Medan atau berita politik
yang sedang hangat. Pria asal Batu Gingging ini masih mengaku tidak pernah mencampurkan opini
dan fakta ketika menulis berita. Meski baru dan tidak paham tentang KEJ, Y.Y juga tidak sependapat dengan adanya wartawan amplop. Menurutnya, wartawan amplop
adalah wartawan yang tidak profesional. “Itu wartawan yang tidak profesional dan sudah pasti melanggar KEJ,” katanya. Meskip tidak paham dengan KEJ, ia tetap
yakin jika wartawan amplop bertentangan dengan nilai-nilai yang ada dalam Kode Etik Jurnalistik.
Saat peneliti bertanya bagaimana perasaannya setelah dua bulan bekerja di Waspada Online, Y.Y memberi komentar yang datar. “Biasa aja, belum ada
perkembangan, mungkin karena belum dikasih izin liputan ke luar,” jelasnya. Saat peneliti bertanya kepada Office Manager Waspada Online, Nurelfira Pohan mengapa
wartawan yang sedang dalam proses training tidak dibolehkan liputan ke lapangan, ia
Universitas Sumatera Utara
mengatakan bahwa itu adalah sistem manajemen redaksi yang berlaku di Waspada Online. “Sudah aturannya seperti itu, aku juga kurang tahu, pemimpin yang ingin
seperti itu,” katanya. Menjadi wartawan yang memiliki integritas dan menjadi seorang yang
profesional menurut Y.Y harus dapat menjalankan KEJ dalam bekerja. Namun, perkataan Y.Y tersebut tidak berjalan lurus dengan usahanya untuk paham tantang
KEJ. Ia setuju jika seorang wartawan harus paham tentang KEJ, namun ia sama sekali paham soal KEJ sebagai kode etik yang harus dijalani. Bahkan, setelah peneliti
memperlihatkan 11 pasal dalam KEJ, ia tidak bias menjelaskan dengan bahasa yang dapat dimengerti. Misalnya saat peneliti menanyakan tentang pasal satu yang
berbunyi “Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.” Kemudian peneliti bertanya seperti
berikut “Kira-kira menurut abang, apa maksud dari pasal satu ini?” Ia dengan singkat menjawab “Jadi wartawan itu ya harus independen,” Ia sama sekali tidak
menambahkan arti dari pasal satu tersebut, malahan mengulang isinya dan mempersingkat pasal satu tersebut.
Meskipun saat ini ia sedang bersekolah Ilmu Komunikasi, dasar pemahaman tentang jurnlisme Y.Y masih sangat minim. Modal kuat Y.Y adalah bisa menulis
karena ia menyukainya. Dari sistem sintaksis penulisan berita, Y.Y sudah paham bagaimana memasukkan unsur 5W+1H dalam tulisannya dan aturan-aturan dalam
kutipan. Namun, itu bukanlah modal utama seorang jurnalis.
Universitas Sumatera Utara
Pengalaman yang sangat kurang membuat Y.Y menjadi jurnalis yang amatir saat ini dan berpikir ia akan bisa menjadi seorang wartawan secara otodidak. “Nanti
juga paham sendiri, yang penting dijalanin aja dulu,” ucapnya. Modal belajar atau otodidak bisa saja, namun jika tidak diseimbangkan dengan pengetahuan jurnalisme
lewat buku-buku ataupun pelatihan akam membuat Y.Y menjadi jurnalis yang paham dunia jurnalisme hanya sebatas hal-hal teknis. Apalagi proses belajar tersebut sudah
dipastikan akan memakan waktu yang tidak sebentar.
Kesimpulan Pemahaman Informan 5:
Y.Y yang merupakan wartawan baru di Waspada Online tidak paham sama sekali apa itu Kode Etik Jurnalistik. Pemahaman Y.Y tentang KEJ hanya sebatas
nama dari KEJ itu sendiri yaitu sebuah kode etik. Sebagai sebuah kode etik, maka wartawan harus mematuhinya. Meskipun ia menolak adanya wartawan amplop dan
mengharuskan KEJ sebagai pedoman seorang jurnalis, ia tidak memiliki usaha untuk memahami atau bahkan membaca 11 pasal yang terdapat dalam Kode Etik
Jurnalistik. Istilah-istilah dalam dunia jurnalisme juga tidak diketahuinya, yang padahal istilah tersebut merupakan pengetahun dasar dalam dunia jurnalisme.
Bagaimana mungkin ia bisa menjadi seorang wartawan yang profesional jika aturan main nya saja tidak diketahui. Belajar dengan menjalani profesi wartawan itu sendiri
menjadi prinsip Y.Y dalam memahami tugas dari seorang jurnalis. Hal ini membuat dirinya menjadi seorang jurnalis yang kurang menjiwai esensi dari tugas seorang
jurnalis itu sendiri. Ia hanya bekerja menurut perintah dari redaktur dan tidak punya inisiatif untuk membuat berita sendiri. Padahal, ia sudah punya data kontak narsum.
Universitas Sumatera Utara
Jika tidak disuruh oleh redaktur, seharusnya ia mampu melihat isu apa yang sedang hangat dan layak di follow up menjadi sebuah berita.
IV.8. Analisis Informan 6